Analisis Hubungan Media Sosial dan Media Arus Utama di Indonesia

Jumat, 3 Maret 2023 13:36 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Artikel ini merupakan tugas mata kuliah Komunikasi Digital dari program studi Produksi Media. Dengan dosen pengampu Rachma Tri Widuri, S.Sos., M.Si.

 

Jakarta - Saat ini media sosial menjadi salah satu sumber informasi bagi masyarakat. Merujuk dari data We Are Social dan Hootsuite, Facebook masih menjadi platform dengan pengguna aktif terbanyak. Sejak awal kehadirannya media sosial diperuntukkan bagi para penggunanya agar mudah berpartisipasi, memperoleh dan bertukar informasi.

Namun dengan banyaknya informasi yang beredar di media sosial, tidak sedikit ditemukan informasi hoax. Ini merupakan salah satu dari beberapa kekurangan media sosial, masyarakat yang terbiasa menelan mentah-mentah suatu informasi tanpa mengkaji ulang validitasnya terlebih dahulu mudah sekali termakan hoax.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saat ini semua orang bisa menjadi produsen berita, namun yang membedakannya dengan seorang jurnalis adalah kode etik jurnalistik yang tidak semua orang miliki. Setiap jurnalis harus menjunjung tinggi kode etik jurnalistik, karena itu merupakan standar profesionalitas seorang jurnalis. Jumlah jurnalis yang tidak merata di beberapa wilayah membuat beberapa kejadian atau fenomena tidak dapat diliput langsung. Keterbatasan waktu dan personel membuat media sosial kini menjadi salah satu platform pendukung bagi para jurnalis.

Memanfaatkan kecepatan dan kecanggihan media sosial, jurnalis dapat dengan mudah memperoleh informasi yang bisa menjadi bahan sebuah berita. Di sini perbedaan yang sangat terlihat antara seorang jurnalis dan produsen berita biasa. Para jurnalis yang berpegang pada kode etik jurnalistik akan melaksanakan validasi terkait sumber informasi yang diterima. Sebelum diproses menjadi sebuah berita yang kredibel, validasi sumber wajib dilakukan karena akan menyangkut hak informasi masyarakat.

Jika jurnalis tidak melakukan validasi terlebih dahulu, maka akan berbahaya bagi dirinya dan media yang akan mempublikasi berita. Apalagi jika media tersebut merupakan media arus utama yang menjadi ujung tombak sumber informasi bagi masyarakat. Kepercayaan masyarakat pada media tersebut akan hilang jika banyak berita hoax yang diterbitkan.

Media arus utama harus lebih sering memantau kinerja dari jurnalisnya, jangan sampai hanya ingin membuat berita dengan cepat mereka menghalalkan segala cara. Salah satunya membuat berita yang validitasnya belum terpercaya. Jadi media sosial saat ini sangat berperan dalam memberikan informasi yang cepat, tetapi belum tentu semua informasi yang ada bersifat jelas. Tinggal bagaimana seorang jurnalis yang bekerja di sebuah media arus utama menyaring dan melakukan validasi informasi.

 

GD

Bagikan Artikel Ini
img-content
Gezwa Damar

Mahasiswa Produksi Media Politeknik Tempo

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler