Sastra Tak Tertulis Sabda Tak Terucap
Bambang Udoyono
Dulu puluhan tahun lalu, almarhum ayah saya sering ngendiko (berkata) bahwa dalam budaya Jawa jagad raya ini adalah sastro kang tan tinulis, sabdo kang tan winedar. Mari kita lihat apakah kalimat mutiara dari Jawa ini sesuai dengan wahyu Allah swt di dalam Al Qur’an.
Sastro adalah padanan kata sastra dalam bahasa Indonesia. Sastro kang tan tinulis artinya sastra yang tak tertulis. Bentuk pasifnya lebih indah bahasa Jawa kan daripada bahasa Indonesia? Winedar juga bentuk pasif dari kata kerja wedar yang artinya memaparkan. Tan winedar artinya tidak dipaparkan secara eksplisit. Jadi artinya jagad raya ini adalah sastra yang tak tertulis dan sabda yang tidak dipaparkan secara eksplisit. Maksudnya di dalam alam raya ini terdapat banyak sekali ilmu Allah swt. Mari kita lihat di dalam Al Qur’an.
Ada dua ayat Al Qur’an yang dengan indah sekali menyebutkan tentang banyaknya ilmu Allah. Di dalam Surat Al Kahfi ayat 109 disebutkan :
”Katakanlah: Kalau lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)."
Kemudian ada sebuah ayat yang senada di surah Al Luqman 27:
”Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya kalimat Allâh tidak akan habis ditulis.”
Terbukti bahwa kalimat mutiara warisan nenek moyang kita itu benar sekali. Sungguh sangat bijaksana orang yang mampu merumuskan kebijaksanaan seperti itu.
Jika kita simak di Al Qur’an ada lagi perintah untuk mempelajari alam semesta. Di dalam wahyu yang pertama kali diturunkan yaitu Surat Al Alaq 1-5 disebutkan:
”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan”
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.”
Dan mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Ini adalah perintah belajar menurut tafsir ulama. Apa yang dibaca itu obyeknya bermacam-macam, ada ayat-ayat yang tertulis (ayat al-Qur’an), dan ada pula ayat ayat yang tidak tertulis (ayat al-kawniyah). Kemudian di Q.S. al- Mujadalah ayat 11 :
”… niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
Dalam surat Al-Baqarah [2]: 269, Allah SWT berfirman:
"Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)."
Di dalam hadist:
"Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim." (HR. Ibnu Majah no. 224, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih al-Jaami'ish Shaghiir no. 3913)
"Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim, no. 2699)
"Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do'a anak yang sholeh" (HR. Muslim no. 1631)
Jadi benarlah kata nenek moyang bahwa jagad raya adalah sastra yang tak tertulis dan sabda (firman) yang tak terucapkan. Sastro kang tan tinulis sabdo kan tan winedar. Dan di dalam Al Qur’an dan hadist banyak sekali anjuran dan perintah untuk mempelajari ilmu. Tidak disebutkan suatu ilmu tertentu, jadi boleh mempelajari semua ilmu yang bermanfaat.
Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.
