x

Digital Photography by Tasch 2023

Iklan

Taufan S. Chandranegara

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 23 Juni 2022

Senin, 13 Maret 2023 06:11 WIB

Melatikrisan (14)

Melatikrisan (14) Kenangan. Angan tiba ataupun telah lalu. Puisi, menulis kejujuran cerita perasaan. Transendental jernih jiwa. Cerita sunyi, cinta, asmara tak kunjung padam. Salam kasih sayang saudaraku.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Baru saja, menutup buku dari sekian halaman kenangan. Tak ada apapun terlupakan sekalipun interlud gelombang kasih. 

Tersimpan mozaik susastra nurani. Sejak awal mula sampai ketika kenangan menyirna ruh di badan, genggaman terakhir makna berjuta kata hati tertulis, selepas seketika itu, sunyi ngawang semesta.

Biarkan anandamu mendewasakan dirinya, jangan galak-galak, beri mereka pilihan di hatinya. Tugasmu menjaga keberanian mereka menentukan pilihan, apapun kata hati mereka. Kalian tiga lelaki serupa di antara perbedaan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kau ... Bisakan meredakan keras karang di hatimu, secuil saja ... Kau seniman, tak kenal menyerah sekalipun di hadang tank baja. Hatimu selembut kabut ... Kasihmu pada sesama ...

Seperti catatan terlepas dari titik koma. Kembali merangkai akar-akar tercerabut kocarkacir, makna tertanam kembali. Waktu, lama menyembuhkan sepi. 

Tonggak tak rapuh sehebat apapun badai, laut mengombak dermaga tak boleh karam. Meski lunglai awal mula ketika sunyi menyergap, terang tak lantas seenaknya merekah terbit.

Aku, tak sekuat katamu, lelaki lemah, seketika saat melati gugur di taman kecilmu kekasih. Seperti jambangan retak ketika bunga melayu tanpa air.

Kau, tradisi mengalun randai ombak. Muncul mendorong sketsa lepas bebas di kanvasku. Mencipta panggung eksotis gebyar-gebyar pelangi cahaya melukis pengadeganan waktu ke waktu.

Awal mula pelukanmu menggebu peradaban imaji susastra jiwa-jiwa telanjang. Selalu kau kenangkan serenade partitur simfoni ritus tembang asmarandana, estetis, rekam jejak selaksa perjalanan tali hati. 

Kecupan kecil menyirami kesabaran menyulam pola rangkaian melatikrisan, tetumbuhan bunga sederhana. Memungut kelopak keringnya kau taburkan di tanah tumbuhnya. Penyubur benih, katamu. 

Kau, marah kalau aku diam-diam meremasnya, sebelum kau tabur. Biarkan ia sebagaimana kering, adanya, katamu gemas padaku.

Buku kecilmu kusimpan sebaik seperti maumu. Sampai kapan kataku. Sampai lepas oleh waktu, katamu. Kecupan kecil mampir di bahuku. Terima kasih kekasih. 

 ***

Jakarta Indonesiana, Maret 12, 2023.

Ikuti tulisan menarik Taufan S. Chandranegara lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB