x

para peserta mendengarkan pengarahan dari Yusuf Ode

Iklan

Dewi Sartika

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Oktober 2022

Jumat, 24 Maret 2023 06:00 WIB

Blusukan Ibu-ibu Aisyiyah ke Gedung KPPN Kota Malang

Pengurus Aisyiyah ranting Bumiayu mengadakan kunjungan ke Gedung Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Kota lang yang berlangsung pada Sabtu (18/3). Sekitar dua belas peserta mengikuti acara tersebut.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pengurus Aisyiyah ranting Bumiayu mengadakan kunjungan ke Gedung Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Kota Malang yang berlangsung pada Sabtu (18/3). Sebanyak 12 peserta mengikuti acara tersebut.

Kegiatan yang memakan waktu kurang lebih satu setengah jam tersebut dilakukan dengan menjelajahi bagian dalam Gedung KPPN. Dipandu petugas dari KPPN, Yusuf Ode, para peserta diajak untuk mengetahui sejarah gedung KPPN itu secara khusus dan Kota Malang pada umumnya.

Menurut koordinator kegiatan, Dewi Sartika, kunjungan ke Gedung KPPN ini dimaksudkan untuk menambah wawasan bagi Ibu-Ibu Aisyiyah ranting Bumiayu. Menurutnya, sebagai warga Malang, sepatutnya mengetahui cerita-cerita sejarah kota ini mengingat sejak era kolonial Belanda, Malang termasuk kota besar di Jawa Timur. Tak hanya itu saja, pasca kemerdekaan, Malang juga sempat masuk nominasi sebagai ibukota Indonesia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Acara dimulai sekitar jam 08.00. Bertempat di lantai bawah, Yusuf Ode menerima para peserta kemudian menerangkan tentang ruangan pertama. Beberapa lukisan serta deretan kursi rotan mengisi ruang ini. Dulunya, di sinilah para pejabat duduk menerima tamu (bawahan). Uniknya, tak seperti sekarang, ada jarak sekitar dua meter yang memisahkan kursi pejabat dan kursi para bawahan.

Di ruangan ini pula terdapat dua lukisan besar; RKA Bertsch (Residen Malang) dan JH Boestra (Walikota Malang ke empat). Tak hanya itu saja, juga terdapat tulisan Centraal Bestuurskantoor (kantor pusat administrasi).

Selanjutnya, peserta lalu diajak ke ruangan lain; semacam ruang tengah. Ruangan ini berukuran lebih luas dibandingkan ruang depan. Ada meja bundar besar dengan vas bunga yang diletakkan di tengah-tengah ruangan. Beberapa lukisan juga tergantung di dinding. Sebuah cermin berukuran besar terpasang di salah satu sudut. Menurut Yusuf Ode, selain dipakai bercermin sebelum menghadap pejabat, cermin ini juga untuk menghalau energi jahat. 

Selesai menjelajahi lantai satu yang terdiri dari beberapa ruangan termasuk ruang VIP yang diperuntukkan untuk istirahat para pejabat khusus, peserta kemudian naik ke lantai atas. Di dinding anak tangga terpasang beberapa gambar tempat-tempat yang ada di Kota Malang pada era kolonial.Di pertengahan tangga terdapat mesin ketik tua. "Mesin ketik ini kami temukan secara tak sengaja saat sedang bersih-bersih gudang," ucap Yusuf Ode.

 

Sebagaimana lantai bawah, pun demikian dengan lantai atas. Terdiri dari beberapa ruang seperti ruang pertemuan. Hiasan-hiasan dinding juga masih menampilkan gambar lokasi-lokasi yang berada di Kota Malang. 

 

Gedung KPPN sendiri dibangun pada 1936 lalu selesai setahun kemudian. Rencana pembangunannya sebenarnya sudah direncanakan pada masa pemerintahan residen pertama Malang, tetapi baru terealisasi saat kepemimpinan RKA Bertsch. Penyebab mundurnya pembangunan gedung karena pemerintah pusat menilai anggaran yang dikeluarkan terlalu besar. Hingga pada akhirnya, terpilihlah MB Tideman yang mengarsitekinya.  Tideman terpilih karena berhasil menekan biaya pembangunan serta efektivitas desain.

 

Dalam mendesain Gedung KPPN, MB Tideman mengacu pada arsitektur rumah pertanian di Belanda. Hal ini tampak pada penggunaan atap tinggi serta warna dinding bangunan; merah bata yang banyak dipakaidi rumah-rumah di Belanda kala itu.a

 

Fungsi awal bangunan ini sendiri sebagai kantor bersama pemerintahan di mana terdapat ruang pengadilan, kantor jaksa, kantor residen, kantor asisten residen, dan kantor kas negeri.

 

Setelah puas melihat-lihat sekaligus mendengarkan penjelasan, para peserta lalu diajak untuk menonton video singkat tentang Gedung KPPN di lantai bawah. Selesai menonton, sebelum acara berakhir, para peserta dan Yusuf Ode berpose bersama di luar gedung.

 

Mengingat Gedung KPPN sudah berusia puluhan tahun maka bangunan ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya pada 2018 lalu. Plakat penetapannya sendiri tertempel pada salah satu dinding luar.

 

Tak hanya itu saja, ternyata masyarakat umum pun bisa memanfaatkan beberapa ruangan di gedung ini sebagai untuk acara pertemuan tanpa dipungut biaya. 

Ikuti tulisan menarik Dewi Sartika lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler