x

Ilustrasi anak-anak menunggu berbuka puasa di Jakarta, Selasa 14 April 2020. TEMPO/Subekti.

Iklan

Bayu Fitri Hutami

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 27 Maret 2023

Senin, 27 Maret 2023 11:06 WIB

Makna Puasa Sejati Bukan Sekedar Menahan Lapar dan Haus

Bulan Ramadhan sudah tiba. Bagi umat muslim ini adalah bulan penuh keberkahan. Banyak ritual Ramadhan dijalankan. Mulai dari berpuasa sampai ibadah menjalankan sholat tarawih. Tak ketinggalan juga kegiatan itikaf atau berdiam diri di masjid, tadarusan sampai ikut pesantren kilat.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bulan Ramadhan sudah tiba. Saatnya mengumpulkan banyak pahala dengan melakukan berbagai kegiatan yang mendatangkan banyak manfaat. Mulai dari berpuasa menahan lapar dan haus sampai melakukan ragam kegiatan ibadah lainnya.

Belajar Puasa

Jika dahulu ketika masih kanak-kanak, Kita berpuasa diajarkan untuk menahan haus dan lapar. Tidak makan minum dari mulai lepas imsak dan berbuka ketika bedug Magrib berkumandang.

Dahulu semasa kanak - kanak,  Saya pribadi tidak mengenal apa itu bukber, ngabuburit atau kegiatan yang bersifat duniawi. Sependek pengetahuan Saya, orang tua mengajarkan berpuasa dengan cara sederhana. 

Puasa Kala Dewasa

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kini saat dewasa Saya banyak melihat keriuhan ketika bulan puasa tiba. Adanya "bukber" alias buka bareng teman-teman. Kemudian ada "ngabuburit" alias jalan-jalan sembari menunggu waktu buka puasa tiba.

Saat menjelang sahur tak jarang ada ajakan "sahur on the road" yaitu membagikan makanan sahur pada orang-orang di jalan yang kurang beruntung. Ada juga bagi-bagi sembako menjelang hari raya Idul Fitri. Semua keriuhan kegiatan selama bulan Ramadhan terjadi dan berulang hampir setiap hari saat bulan Ramadhan tiba.

Makna Puasa

Menurut pemahaman Saya pribadi sejatinya makna menjalankan puasa bukan sekedar menahan haus dan lapar saja. Makna puasa adalah pengendalian diri terhadap sesuatu yang tidak pada tempatnya. Makan dan minum itu seperlunya tidak perlu berlebih. Karena sesuatu yang berlebih tentu tidak baik. 

Mengendalikan emosi dan perilaku itu juga bagian dari makna puasa. Apa keuntungan emosi sampai naik pitam berlebihan? Tidak ada, selain membuat jantung berdetak cepat dan mengeluarkan kata-kata yang tidak terkendali.

Apakah marah menyelesaikan persoalan? Bagi pemilik amarah bisa lega hatinya karena sudah keluar uneg-unegnya. Bagi orang yang menjadi tempat pelampiasan amarah mungkin akan menyimpan trauma atau dendam sepanjang hayatnya.

Orang berpuasa juga sekaligus melakukan ibadah. Sejatinya ibadah adalah minta pengampunan pada Allah SWT atas apa kekhilafan yang Kita perbuat. Namun sifat manusia yang "gampang lupa" namun "susah ingat" kerap melakukan kekhilafan yang nyaris sama berulang kali. Selanjutnya berulang kali juga Kita memohonkan ampunan pada NYA.

Menjadi Manusia yang Naik Kelas 

Seiring bertambahnya usia seharusnya Kita sebagai manusia secara perlahan menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Sehingga kekhilafan yang Kita lakukan tidak berulang. Karena dunia adalah tempat manusia belajar maka seperti di ruang kelas yang berisi murid,  manusia sebagai murid sejatinya  juga harus "naik kelas".

Manusia dikatakan "naik kelas" jika secara perlahan namun pasti sudah bisa meminimalisir sifat dan perbuatan yang tidak membawa manfaat bagi manusia sekitarnya. Manusia dikatakan "naik kelas" jika sudah bisa menghargai sesuatu yang berbeda dan tidak sibuk menilai orang di luar diri. Manusia dikatakan naik kelas jika waktunya lebih banyak untuk kontemplasi diri bukan sibuk membenahi perilaku orang lain tapi lupa membenahi perilaku diri sendiri. 

Puasa Setiap Hari

Jika makna puasa bukan sekedar "menahan diri" tapi harus bisa "mengendalikan diri" apakah puasa hanya dilakukan di bulan Ramadhan saja? Lalu bulan - bulan lainnya apakah Kita tidak "berpuasa"? 

Jawabannya tentu tidak. Sejatinya setiap detik Kita harus melakukan "puasa dengan makna". Bulan Ramadhan adalah pengingat bagi manusia sebagai mahluk pembelajar untuk lebih mengenal apa itu "makna puasa". 

Sifat dasar manusia adalah "pelupa". Oleh karenanya perlu selalu diingatkan pada satu waktu tertentu untuk lebih fokus menjalankan ketentuan yang sudah ditetapkan oleh NYA. Oleh karena itu ditetapkan satu bulan yang bernama bulan Ramadhan untuk menjalankan ibadah puasa. Tapi tentunya ibadah puasa yang Kita jalankan bukan sekedar menahan haus dan lapar saja. 

Sayang kan, kalau Kita bisa menjalankan puasa dengan "makna" selama satu bulan penuh namun harus ternoda dengan tidak bisanya kita mengendalikan diri terhadap apapun pada  11 bulan lainnya.

Selamat Menjalankan Ibadah Puasa dengan Makna

 

Ikuti tulisan menarik Bayu Fitri Hutami lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler