x

Iklan

Christian Saputro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 18 Juni 2022

Rabu, 29 Maret 2023 11:51 WIB

Musikalisasi Puisi, Sebuah Alternatif Menafsir Puisi

musikalisasi puisi merupakan salah satu upaya untuk lebih menonjolkan unsur musikal sehingga puisi sebagai sebuah karya sastra dapat lebih jelas lagi diapresiasi masyarakatnya. Jadi, unsur musikal inilah yang dijadikan jembatan bagi khalayak untuk berhubungan dan lebih “meresapi” makna sebuah puisi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Musikalisasi Puisi bisa jadi  salah satu cara ampuh untuk membangkitkan “rasa kasmaran” apresian dalam menggauli puisi.

Menurut Lukman Hakim musikalisasi puisi merupakan salah satu upaya untuk lebih menonjolkan unsur musikal sehingga puisi sebagai sebuah karya sastra dapat lebih jelas lagi diapresiasi masyarakatnya.  

Jadi, unsur musikal inilah yang dijadikan jembatan bagi khalayak untuk berhubungan dan lebih “meresapi” makna sebuah puisi. Kalau kita tengok dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KUBI), kata musikalisasi puisi diartikan hal yang bersifat musical. Kata musical sendiri ‘mempunyai kesan musik’, dan ‘mempunyai rasa peka terhadap musik’.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kata musical itu bertalian dengan kata musik, yang tidak lain artinya adalah “ilmu atau seni mentusun nada”, atau “suara di urutan kombinasi dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan rupa sehingga mengandung irama, lagu dan harmonisasi (terutama yang menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi tersebut)”.

Lebih lanjut, Lukman Hakim, pakar bahasa dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, sebuah puisi yang dibacakan sebenarnya sudah menimbulkan unsure musical. Kata-kata yang dipakai di dalam peran puisi sendiri sudah memberikan unsure musik. Bahkan terkadang citraan dan daya simbolik kata tadi muncul nilai musikalnya.

Jadi, sebenarnya puisi dari segi bentuknya sudah menggunakan kata pilihan (diksi) yang padat ketimbang prosa. Pemakaian  kata dalam puisi diperhitungkan secara ketat dengan mempertimbangkan segi makana, kekuatan, citraan, rima, dan jangkauan simboliknya.

Karena itu dalam puisi, kata-kata tidak sekadar digunakan sebagai alat mengungkapkan gagasan atau perasaan penyair, tetapi sebagai alat untuk membangkitkan tanggapan pembaca. Dengan lain kata, bahasa dalam puisi selain berperan untuk mengungkapkan gagasan dan perasaan penyair juga untuk membangkitkan pengalaman batin penikmatnya.

Sapardi Joko Damono ---salah satu penyair garda depan Indonesia—tetap yakin bahwa puisi adalah penguasaan bahasa. Sedangkan dalam masyarakatnya puisi dapat dipublikasikan oleh penyairnya dengan banyak cara antara lain: publikasi di media cetak, internet, musikalisasi puisi, bahkan pada perkembangan terakhir dengan visualisasi puisi.

Musikalisasi puisi puisi, sebagai salah satu alternatif dalam memasyarakatkan karya sastra dalam hal ini puisi, sebenarnyalah bukan hal yang baru. Di Indonesia, Bimbo aladah salah satu penyanyi puisi yang sukses. Mereka memberi melodi pada puisi-puisi Taufiq Ismail dan Iwan Abdul Rachman.

Kemudian menyusul Ebiet G Ade yang juga melantunkan puisi-puisinya. Selain itu, sederetan nalam lainnya seperti Kyai Kanjeng dari Yogyakarta yang mengangkat puisi-puisi Emha Ainun Najib dalam suguhannya dan Deavis Sanggar Matahari yang konsisten memasyarakatkan musikalisasi puisi dengan melakukan pementasan dan workshop keliling Indonesia.

Fenomena meruyaknya musikalisasi puisi sebagi alternatif dalam memasyarakatkan puisi ini juga ditampilkan penyair Sapardi Joko Damono. Penyair yang juga Guru Besar Fakultas Sastra Universitas Indonesia ini beberapa kali dengan didukung teaterawan dan bintang sinetron mementaskan puisi-puisinya ke dalam musikalisasi  dan visualisasi puisi.

Sapardi sendiri nampaknya juga menyadari perlunya memasukkan unsur hiburan dan aktualitas pertunjukan seni. Jadi, penafsiran puisi melalui musikalisasi puisi maupun visualisasi sah-sah saja sepanjang tidak menguburkan makna puisi itu sendiri.

Eksistensi Musikalisasi Puisi

Justru yang diharapkan dari musikalisasi puisi akan memperkaya makna melalui unrur musikal yang dapat dijadikan jembatan apresiasi. Bahkan  langkah ini nampaknya mendapatkan sambutan positif  bekerjasama dengan Deavis Sanggar Matahari pernah meluncurkan Album Musikalisasi puisi yang antara lain; menembangkan puisi-puisi karya Chairil Anwar, Kriapur, Aspar Paturusi, Abdul Hadi WM dan Leon Agusta.

Tridhatu Menafsir puisi karya Beno Siang Pamungkas

Sedangkan puisi puisi Sapardi Joko Damono pernah dirilis dalam album Hujan Bulan Juni oleh Komunitas Sastra Indonesia Universitas Indonesia. Dalam album ini puisi-puisi Sapardi mendapat sentuhan warna musik folk country, pop dan klasik.    Kyai mbeling Emha Ainun Najib berkolaborasi dengan Franky Sahilatua  juga pernah merilis album Perahu Retak.

Musikalisasi puisi sebagi sebuah alternatif menafsir puisi nampaknya cepat akrab ditelinga masyarakat. Yang terpenting dalam musikalisasi puisi, penyaji harus menangkap kesan penyair.

Pentolan Deavis Sanggar Matahari Denie S Putra mengatakan, musikalisasi puisi adalah puisi yang dapat digubah jadi nyanyian dan dapat dimengerti sebagai puisi. Karena itu, harus tetap memahami makna kata dari puisi tersebut dan diupayakan untuk mengetahui latar belakang penyairnya.

Wilayah Makna

Apresian dalam upaya memasuki wilayah makna harus dibangkitkan “rasa kasmaran” pada pusi yang ditawarkan. Dengan kata lain, apresian harus harus terkondisi suasana batinnay dengan puisi yang disajikan. Di sinilah musikalisasi puisi mempunyai peran untuk menciptakan suasana (mood) yang tepat pada apresian.

Semisal puisi Krawang Bekasi karya Chairil Anwar ditampilkan dalam atmosfer daerah, lebih pas suasana musikalnya berlatar etnik yang ada di wilayah sekitar Krawang Bekasi. Atau puisi-puisi  Amir Hamzah  untuk mengesankan sufistiknya dengan sentuhan musik timur tengah.

Mungkin citraan itulah yang dapat membantu menciptakan suasana. Namun, hal itu tidaklah baku. Jadi tetap terbuka dengan berbagai penafsiran. Pasalnya, puisi juga termasuk musikalisasi puisi bisa ditafsirkan ganda.

Yang terpenting dasar pertimbangan di dalam menafsirkan itu, musikalisasi puisi tadi dapat membangun suasana batin apresian. Karena dari situlah kita beranjak lebih dalam lagi ke wilayah-wilayah lain yang ditawarkan puisi itu sendiri.

Dalam menggarap karya musikalisasi puisi, yang perlu jadi perhatian harmonisasi antara karya puisi dan musikalitasnya. Jangan sampai sebuah puisi akhirnya justru “dirusak” oleh musikalitasnya sendiri, Idealnya, dalam musikalisasi puisi mampu mengangkat dan memaksimalkan karakter sebuah puisi.

Tegasnya musikalisasi puisi sebagai salah satu alternatif mengekspresikan dan menafsirkan puisi tentunya sah dan boleh-boleh saja tentunya,.

*) Christian Heru Cahyo Saputro, suka motret, tukang tulis dan suka berbagi kisah tinggal di Semarang.

Ikuti tulisan menarik Christian Saputro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler