x

Penyandang disabilitas belajar tentang bisnis

Iklan

Rikhardus Roden Urut Kabupaten Manggarai-NTT

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 25 Oktober 2022

Jumat, 7 April 2023 20:40 WIB

Penyandang Disabilitas dan Para Pengasuh (caregiver) Belajar Tentang Kewirausahaan, Bangun Kemandirian.

Para pengasuh (caregiver) anak disabilitas dan Para Penyandang Disabilitas belajar cara membangun dan mengelola usaha kepada Noldi, Pengusaha Tempe sukses di Kampung Null, Desa Poco Lia, Manggarai Timur, Rabu (29/3/2023). Yayasan Ayo Indonesia dan NLR Indonesia Jakarta menyelenggarakan kegiatan ini untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan bisnis dari Para penyandang disabilitas dan Pengasuh. Upaya ini juga merupakan langkah konkrit untuk pemenuhan hak-hak ekonomi dari para penyandang disabilitas.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Para pengasuh (caregiver) anak disabilitas dan Para Penyandang Disabilitas belajar cara membangun dan mengelola usaha kepada Noldi, Pengusaha Tempe sukses di Kampung Null, Desa Poco Lia, Manggarai Timur.



 
Yayasan Ayo Indonesia memfasilitasi suatu kunjungan belajar kewirausahaan dari 5 Pengasuh (caregiver) anak disabilitas dan 20 orang Penyandang disabilitas kepada Arnoldianus Katung, 33 tahun, seorang Pebisnis tempe dan Toko sukses di Kampung Null, Desa Poco Lia, Manggarai Timur, Rabu (29/3/2023) lalu. Para peserta kunjungan belajar merupakan peserta Program Kelompok Usaha dan Bisnis Inklusif (KUBIK), kerjasama Yayasan Ayo Indonesia, KSP CU Florette dengan Lembaga NLR Jakarta. Mereka telah memulai bisnis pada bulan Januari 2023, jenis-jenis usaha dari mereka, antara lain, menjual sembako, beternak ayam, menjual pupuk organik, melayani jasa menjahit sepatu, tenun, dan menjual ikan.

 
Jeri Santoso, Koordinator Program KUBIK kepada media di tempat usahanya Noldi mengatakan kegiatan kunjungan belajar ini bertujuan untuk 1). Meningkatkan semangat atau motivasi peserta dalam menjalankan bisnis dengan cara belajar tentang tata kelola usaha, cara membaca peluang dan 2). Menimbah pengalaman baik terkait cara mengelola mental sehinga mereka mampu menjalankan usaha dengan baik dan fokus, karena memiliki ketangguhan mental dalam menghadapi tantangan atau hambatan.

 
Rikhardus Roden Urut, salah satu pengurus KSP CU Florette mengatakan kepada para peserta kunjungan belajar, bahwa KSP CU Florette sebagai lembaga yang bermitra dengan Yayasan Ayo Indonesia pada Program KUBIK tentu siap untuk mendukung permodalan guna meningkatkan skala usaha bagi para peserta sebab mereka sudah menjadi anggota dari KSP CU Florette, sejak bulan desember 2022. Bergabung menjadi anggota Koperasi Kredit adalah keharusan bagi orang yang berbisnis agar mudah akses terhadap permodalan. Lembaga kami, ujarnya, berkomitmen untuk mendorong anggota berwirausaha melalui pemberian pinjaman dengan bunga rendah dan pendampingan.



Fransiska Rismarum (Kiki), Project Officer di NLR Indonesia dalam kata sambutannya mengungkapkan bahwa kita belajar di sini (tempat usaha milik noldi) untuk meningkatkan kapasitas dan keyakinan dalam berwirausaha. Yayasan Ayo Indonesia dan Yayasan NLR Indonesia Jakarta mengambil inisiasi melahirkan wirausahawan/i melalui program KUBIK khusus untuk teman-teman penyandang disabilitas di Manggarai. “Kami menyasar minimal ada 25 teman-teman disabilitas nantinya bisa mampu berwirausaha, syukur-syukur mereka bisa sukses atau lebih sukses dari Noldi,”ungkapnya. Dia juga menjelaskan kepada Noldi dan Kepala Desa Poco Lia, Manggarai Timur yang sempat hadir pada kegiatan tersebut bahwa kegiatan hari ini, merupakan satu rangkain dari kegiatan pelatihan kewirausahaan yang berlangsung 4 hari di Efata St.Aloysius Ruteng.

 
Pelatihan selama 4 hari ini, jelas Kiki, menjadi awal bagi teman-teman untuk memperdalam bagaimana usaha dibangun dan dijalankan dengan managemen yang baik, bagaimana perencanaan usaha disusun bersama konsultan/fasilitator pelatihan, dan bagaimana strategi memasarkan produk. Kemudian nanti Yayasan Ayo Indonesia, NLR Indonesia, dan KSP CU Florette melakukan pendampingan dan terus membangun relasi dengan pengusaha sukses seperti noldi untuk saling sharing tentang kiat-kiat dalam menjalankan usaha, dan juga kiat menghadapi jatuh bangunnya usaha.

 
Noldi sedang menjelaskan tentang cara membuat tempe yang bermutu kepada para Penyandang Disabilitas


Belajar pengalaman berbisnis dari Noldi, pengusaha tempe di Desa Poco Lia


Noldi sebagai narasumber kepada para peserta membagi pengalamannya tentang mengapa memilih usaha tempe, sejak kapan memulai usahanya, bagaimana cara membaca peluang, cara menghadapi tantangan dan hambatan serta bagaimana membangun jejaring dengan pihak lain untuk mendukung bisnisnya.

 
Dia menjelaskan tentang kisah hidupnya kepada para peserta dimana selepas tamat SMA pada tahun 2008, dia memutuskan untuk merantau ke Kalimatan, bekerja di kebun sawit, mengandalkan kekuatan fisik. Bersama pekerja yang lain di sana setiap hari mereka mengangkut 20-an ton kelapa sawit. Namun 4 bulan kemudian dalam perjalanan waktu, cerita Noldi, dia berpikir mengapa saya yang sudah sekolah harus memilih bekerja di kebun kelapa sawit yang banyak menguras fisik, maka akhir tahun 2008, saya memilih untuk kembali ke kampung Null.

 
Tahun 2009, bapanya meninggal dunia, dia merasa kehilangan sosok yang berarti dalam hidupnya dan penopang ekonomi keluarganya. Situasi inilah, kata Noldi, yang mendorong dan memicu saya untuk segera mencari pekerjaan baru untuk bisa menghidupi keluarganya, lalu tidak berpikir panjang lagi untuk memutuskan merantau ke Kupang dan di sana bekerja sebagai tenaga harian di bengkel yang memproduksi terali besi. Tahun 2013, lanjutnya, saya berpindah kerja untuk melayani jasa las besi di Kota Kupang hingga tahun 2015, mau tidak mau saya harus berpisah lama dengan keluarga, khususnya anak sulung saya yang masih berusia 2 bulan saat itu, terpaksa meninggalkan mereka hanya untuk bisa mendapatkan uang untuk membiayai hidup keluarga. Setiap hari saya terus berdoa agar bisa mendapatkan pekerjaan di kampungnya untuk tidak lagi harus merantau berpisah dengan keluarga yang dicintai.

 
Tahun 2016, Tuhan mengabulkan doa saya, tutur Noldi, secara tidak sengaja bertemu dengan Stefanus Jegaut bersama temannya, staf lapangan dari Yayasan Ayo Indonesia, ketika mereka berbagi informasi tentang tempe untuk meningkatkan gizi dan ekonomi kepada umat yang hadir pada perayaan misa di Kapela Stasi Nul kala itu.

 
“Tertarik dengan apa yang disampaikan oleh stef dihadapan umat lantas secara spontan muncul keinginan saya pergi bertemu Stefanus setelah perayaan misa, tepat di halaman depan Kapela. Saya langsung mengemukakan niat untuk berbisnis tempe agar punya pekerjaan sendiri, tidak merantau lagi, tidak berpisah dengan keluarga dan stefanus ketika itu menyatakan setuju lalu menawarkan kerjasama untuk mewujudkan mimpi saya,” cerita noldi ayah dari 2 orang anak ini.


Cara yang dilakukan Stefanus selanjutnya, jelas Noldi, menghubungkan saya dengan penyedia kedelai di Ruteng, tujuannya tidak hanya mengambil kedelai tetapi saya diberi kesempatan untuk menimba pengalaman tentang bisnis. Berbekal pengalaman yang baik ini, noldi mengambil keputusan untuk memproduksi tempe dalam jumlah besar, kurang lebih 1.800 lempeng per hari dan berani mempekerjakan 4 orang perempuan di bagian produksi dan 7 orang untuk pemasaran ke beberapa Kecamatan di Manggarai Raya. “Tidak hanya tempe yang dijual sebab konsumen juga membutuhkan tahu dan tomat. Setiap kali membawa produk ke calon pembeli di kampung-kampung, saya menanyakan kepada ibu-ibu tentang apa saja yang dibutuhkan mereka selain tempe, ternyata mereka (konsumen) juga butuh tomat dan tahu. Ini cara saya untuk mengetahui kebutuhan pasar,”ungkap Noldi

Para Penyandang Disabilitas belajar tentang proses fermentasi  tempe


Untuk meningkatkan omset penjualan, Noldi mengadakan beberapa fasilitas penunjang, antara lain 1 unit kendaraan roda empat, 7 unit kendaraan roda dua, dan 1 unit mesin penggilingan kedelai. Pengadaan fasilitas-fasilitas produksi dan pemasaran tersebut melalui skema pinjaman modal usaha produktif di KSP Kopkardios. Fasilitas kendaraan memungkin cakupan wilayah pemasaran semakin luas.



Noldi mengakui bahwa dalam menjalankan usahanya tidak bebas dari tantangan, dia pernah merugi 1 ton kedelai, bahan baku tempe sebanyak itu gagal menghasilkan tempe, puluhan juta rupiah biaya produksi, bisa dikatakan terbuang percuma, tempe yang dihasilkan busuk dan tidak layak dijual. Padahal proses produksinya sama. Beruntung Noldi punya mental yang tangguh, dia tidak capat putus asa meski mengalami tantangan yang terbilang berat tersebut. Cara noldi merespon persoalan bisa menjadi inspirasi dimana dia tidak tidak putus asa, dan kehilangan akal, karena memang sejak awal dia membangun usaha terbentuk pola pikir dalam kepalanya bahwa tantangan merupakan ujian untuk mencapai kesuksesan. Isterinya yang berperan dibagian produksi pun tidak shock ketika menghadapi persoalan. Mereka berdua kemudian berdoa untuk menenangkan hati dan mohon bantuan Tuhan agar mendapatkan jalan keluar.

 
Dalam situasi yang berat itu, dia pergi berkonsultasi ke sahabatnya dari Jawa sesama bisnis tempe yang tinggal di Kota Ruteng. Sahabatnya ini memberi beberapa masukan tehnis untuk memperbaiki komposisi bahan baku, alhasil setelah mengikuti saran dari temannya itu, tempe yang diproduksi semakin baik dan berkualitas.

Kepada peserta belajar diakhir sharingnya, noldi memberi beberapa poin penting, yaitu selain menguasai perhitungan biaya produksi (biaya tenaga kerja dan pengadaan bahan baku), total penjualan kotor harian, pembukuan untuk mencatat penjualan harian, produk dan jasa yang dijual harus berkualitas, dan yang tidak kalah penting adalah pengelolaan mental sebab bisnis tidak selalu berjalan mulus. Selain itu, kita juga harus membangun jaringan atau kerjasama dengan pengusaha lain, baik untuk mendukung produksi maupun pemasaran produk kita, sebab jaringan itu sendiri bisa menjadi pasar dan juga penyedia informasi kebutuhan pasar.

Leonardus Sedu, 25 tahun, salah satu peserta kunjungan belajar bisnis, asal wae codi.


Leonardus Sedu, 25 tahun, salah satu peserta kunjungan belajar bisnis, asal wae codi, ketika dimintai komentar terkait pelajaran penting apa yang didapatnya selama belajar dengan noldi mengatakan saya senang mendengar cerita dari noldi yang membangun bisnis dari Nol, dia mampu mengatasi tantangan dan hambatan, tidak cepat putus asa, sehingga saya pun akan demikian memandang tantangan sebagai ujian dan usaha tetap jalan terus, tidak boleh mundur jika ada tantangan. Leonardus sejak bulan Februari 2023 membuka usaha kios dan melayani jasa jahit sepatu di kampungnya, di Wae Codi. Dari usahanya ini, dia bisa mengambil bagian untuk membeli kebutuhan makanan bagi keluarganya, dia tinggal bersama 6 orang keluarganya.


Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ikuti tulisan menarik Rikhardus Roden Urut Kabupaten Manggarai-NTT lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler