x

Mengenalkan siswa tentang teknik menanam hidroponik

Iklan

Tunggul Harwanto

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 7 April 2023

Sabtu, 8 April 2023 07:04 WIB

Wisata Literasi, Kolaborasi Praktik Merdeka Belajar Berbasis Kearifan Lokal

Implementasi kurikulum Merdeka Belajar melalui program “Wisata Literasi”. Yaitu, program paket kunjungan atau perjalanan yang berkonten pendidikan

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Belajar tidak harus di dalam ruang sekolah atau kampus saja, banyak hal bisa kita pelajari dari lingkungan sekitar. Alam dan masyarakat sekitar adalah laboratorium terbesar yang bisa menjadi sumber ilmu. Terlebih lagi dengan adanya kurikulum “Merdeka Belajar” yang saat ini digaungkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjadi terobosan baru bagi dunia Pendidikan di Indonesia.

Spirit Merdeka Belajar mempersilahkan (walau tidak 100% dan itupun optional) Peserta Didik untuk mengejar apa yg hakiki dibutuhkan yaitu ilmu, kharakter, pengalaman dan modal jaringan (konsep kecerdasan abad 21) pada siapapun, tentang apapun, dimanapun, dan dengan methode apapun. Asalkan memfasilitasi untuk berwawasan dan berkeahlian yang dibutuhkan untuk survive, berkembang dan bermanfaat bagi perubahan di masyarakat.

Pelaksanaan kurikulum Merdeka Belajar tentunya harus didukung kuat dengan kesiapan sumber daya mulai dari fasilitas, infrastruktur, dan tenaga pendidik yang sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan. Disisi lain, minimnya pengalaman dalam implementasi kemerdekaan belajar juga menentukan kualitas atau kompetensi yang dimiliki guru.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selanjutnya, keterbatasan referensi untuk menjalankan kurikulum tersebut. Misal, terkait penunjang seperti buku teks yang berkualitas dinilai masih kurang untuk menjadikan referensi yang dapat membantu guru dalam memperoleh rujukan terkait bagaimana memfasilitasi pembelajaran berpusat pada siswa dengan efektif.

Sekolah yang tidak mampu beradaptasi terhadap perkembangan zaman, tidak responsive dan pasif hanya akan menjadi penonton di kubangan sejarah. Sekolah yang aktif, responsive dan adaptif akan menjadi pemenang di era kurikulum merdeka seperti sekarang.

Kini, sudah bukan eranya lagi guru dan sekolah kaku mempertahankan budaya lama tetapi tidak mau tahu perkembangan yang relevan dengan kehidupan hari ini. Sekolah dan guru harus terus tumbuh dengan cara tidak meninggalkan nilai-nilai keadaban dan juga kearifan lokal yang tetap dijaga dalam dunia pendidikan.

Kunci keberhasilan implementasi kurikulum Merdeka Belajar di sekolah ada pada kolaborasi berbagai pihak. Kolaborasi diperluas bukan sebatas hanya guru dengan siswa namun juga dengan warga sekolah lain, diantaranya orangtua termasuk berbagai komunitas yang peduli terhadap pendidikan.

Seperti yang dilakukan beberapa sekolah yang ada di Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi. SDN 1 Ketapang misalnya, mereka menjalin kerjasama dengan Yayasan Rumah Literasi Indonesia terkait implementasi kurikulum Merdeka Belajar melalui program “Wisata Literasi”. Yaitu, program paket kunjungan atau perjalanan yang berkonten pendidikan dan pelatihan didesain untuk pengunjung berbagai kategori umur dan kebutuhan, dari pelajar hingga professional, dengan memanfaatkan sumber belajar berbasis kearifan lokal.

Yayasan Rumah Literasi Indonesia adalah sebuah organisasi nonprofit yang mengambil inisiatif berfokus pada upaya pengembangan dan inovasi gerakan literasi berbasis komunitas melalui upaya kreatif untuk menumbuhkan semangat pembelajar (budaya literasi) hingga ke pelosok-pelosok desa. Yayasan ini merancang berbagai praktik baik pembelajaran memanfaatkan sumber daya yang ada di sebuah kampung.

Prinsipnya jika wawasan, keterampilan, sikap mental dan kepercayaan jaringan yang dijadikan orientasi utama proses belajar, maka ruang kelas tak akan lagi menjadi satu-satunya arena belajar siswa. Karena laboratorium yang lebih lengkap ada di luar sekolah berupa lahan pertanian, tambak, peternakan, segala jenis usaha kecil maupun korporasi, kegiatan sosial, praktik belajar, proses demokrasi, penegakan hukum hingga rekayasa teknologi dan energi.

Memfungsikan setiap entitas dalam masyarakat sebagai sarana belajar, pemilik atau pengelolanya sebagai pendamping belajar akan memberikan Lesson Learn dan Best Practice yang biasanya tidak dimiliki oleh sekolah. Melalui berkolaborasi dengan masyarakat dalam proses belajar, akan banyak meringankan tugas sekolah untuk transfer pengetahuan yang kontekstual.

Beragam Kelas Tematik dirancang sehingga para siswa mampu berinteraksi langsung dengan sumber belajarnya, serta membuat proses belajar semakin menyenangkan karena dikemas dengan berbagai tantangan lewat sebuah permainan. Kelas Tematik tersebut diantaranya : Kelas Literasi dan Numerasi, Kelas Musik, Kelas Hidroponik, Kelas Budidaya Lobster, Kelas Content Creator, Kelas Bahasa, Kelas Sains serta Kelas Explorasi Alam.

Sekolah bisa memilih berbagai Kelas Tematik sesuai dengan penerapan kurikulum Merdeka Belajar, sehingga guru tak hanya berpedoman pada teksbook, namun lebih mampu melakukan eksplorasi metode belajar. Keberagaman sumber belajar berbasis lokal membuat para siswa lebih antusias karena secara langsung diberi tantangan untuk menyelesaikan project belajar yang dikerjakan bersama-sama.

Keberadaan komunitas dan masyarakat sosial sebagai pusat pembelajaran menjadi aspek penting untuk mewujudkan pembelajaran yang bermakna. Siswa juga terpacu mengembangkan pengertian dan pengetahuan awal yang sudah dimilikinya ke dalam proses belajar, kemudian siswa distimulus untuk menambahkan, memodifikasi, memperbarui, merevisi, atau mengubah informasi yang baru dijumpai dalam proses pembelajarannya.

Implementasi pembelajaran melalui program Wisata Literasi memungkinkan siswa untuk melakukan pendekatan pembelajaran secara kontekstual. Pendekatan pembelajaran secara kontekstual ini dijelaskan adalah suatu konsep belajar yang akan membantu siswa menghubungan materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata dan akhirnya mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang mereka miliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pendekatan ini siswa akan belajar dengan baik apabila yang mereka pelajari berhubungan dengan fenomena atau realita yang telah mereka ketahui. Inilah yang disebut dengan Project Base Learning, model pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai sarana pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dicapai peserta didik.

Spirit paling utama yaitu menekankan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik ketika melakukan suatu investigasi yang mendalam terhadap suatu topik. Secara konstruktif, peserta didik melakukan eksplorasi atau pendalaman pembelajaran dengan melakukan pendekatan berbasis riset terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata, dan relevan.

Misal, kita ambil di salah satu kelas tematik pada program WIsata Literasi yaitu Kelas Hdiroponik. Para siswa secara berkelompok diawal diberi pengetahuan tentang proses menanam hidroponik dengan melihat langsung prosesnya mulai dari pemilihan bibit, penyemaian, pemindahan media tanam, pemberian nutrisi, hingga merasakan langsung proses panen sayurnya. Kemudian para siswa menyelesaikan tantangan untuk menjawab beberapa pertanyaan kelompok, salah satunya menginventaris keunggulan dan kelemahan berkebun dengan teknik hidroponik.

Tak berhenti disitu, para siswa juga mendapat kesempatan untuk membuat makanan olahan dengan memanfaatkan sayur yang telah dipanen tersebut. Dengan bimbingan fasilitator/guru anak-anak didampingi untuk membuat produk makanan sehat. Misal mengolahnya menjadi kebab, burger, salad, bistik dan lain sebagainya.

Olahan yang telah jadi tak hanya dinikmati para siswa, namun sebelumnya mereka diajarkan untuk menghitung nilai ekonomis jika ingin menjadikan sayur hidroponik ini sebagai bisnis kuliner. Tentu melalui kegiatan ini, siswa kemudian mempresentasikan tugas kelmpoknya. Dengan cara ini siswa akan mengasah kemampuan numerasi sekaligus menumbuhkan jiwa wirausaha sejak dini.

Setidaknya, program Wisata Literasi dengan model pembelajaran project based learning memiliki keunggulan dalam pelaksanaannya. Adapun keunggulannya meliputi :

  1. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu dihargai.
  2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
  3. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks
  4. Meningkatkan kolaborasi
  5. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi
  6. Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber
  7. Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek bermakna sekaligus menyenangkan

Melalui program ini tergambar dengan jelas bahwa kolaborasi kurikulum merdeka belajar akan menjadikan setiap tempat sebagai arena belajar, setiap orang bisa belajar sekaligus mengajar, dan setiap yang kita temui hakikatnya berisi banyak pengetahuan.

Program Wisata Literasi yang berbasis kearifan lokal terbukti efektif meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik. Peningkatan aktivitas dan hasil belajar peserta didik tersebut dipengaruhi oleh penggunaan bahan ajar berbasis kearifan lokal yang dapat membantu peserta didik dalam memahami materi pelajaran.

Kurikulum Merdeka Belajar adalah momentum untuk kemajuan pendidikan generasi masa depan. Tinggal, kita perlu siap dan menumbuhkan keberanian untuk keluar dari zona nyaman. Terutama tentang kebiasan belajar lama yang kurang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Melelahkan memang, tapi menjadi bangsa yang tak berdaulat dan pemalas itu lebih menyakitkan. Finally, Those who survive are not those who are the biggest nor the strongest but those who are most adaptable to change (Darwin).

Salam Merdeka Belajar !!!

Ikuti tulisan menarik Tunggul Harwanto lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler