Perbedaan Pengamen dan Politisi Meski Sama-sama Bermodal Suara

Sabtu, 8 April 2023 16:28 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pengamen dan Politisi sama-sama bermodal suara, namun ada perbedaan antara keduanya.

Perjalanan pulang menuju kota Lamongan tempo hari memberikan kesan tersendiri yang tak semestinya dilupakan. Dinginnya AC bis restu jurusan Surabaya-Semarang memaksa tangan saya untuk mengambil  secarik baju guna menangkal rasa pesimis saya terhadap pesta demokrasi yang sebentar lagi bakal digelar, eh makasudnya menangkal rasa dingin udara di dalam bis berkecepatan penuh ini.

Cuaca terik kota Surabaya tak meyurutkan niat sopir dan kondektur untuk melintasi jalur poros Pantura. Ada penumpang yang harus diantar ada setoran yang harus dibayar, mungkin itu alasannya tetap melanjutkan perjalanan. Keadaan di dalam bis agak berbeda karena harus berjaga jarak, namun, suasananya tidak berbeda jauh dari tahun pertama saya naik bis sendiri dengan berteman nekat dan berbekal niat. Asap knalpot, bau keringat, penjual asongan dan yang tidak bisa ditinggalkan adalah pengamen.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pengamen menjadi elemen wajib yang selalu saya temui setiap perjalanan bis dari dan menuju Lamongan, pengamen menjadi hiburan tersendiri bagi kaum urban yang padat pekerjaan pengamen bisa sedikit meredakan tingginya kabar tentang pandemi yang kian mengganas. Pembahasan yang mendalam tentang pengamen menjadi kegelisahan saya ketika mendengar setiap tabuhan kendang dan petikan senar ketrung yang masuk gendang telinga.

Yang pertama, pengamen mempunyai konsep yang mantap bin matang dalam setiap performanya di dalam bis, mulai dari pembuka isi dan penutup. Baik, mari kita kuliti satu persatu, dalam pembuka bisanya pengamen memulai dengan meminta izin kepada pak sopir dan kondektur agar bisa mengamen dengan sempurna, jika dikomparasikan dengan acara-acara yang ada sudah dapat dipastikan ada pembuka sebagai pertanda dimulainya suatu acara, jadi tidak nyelonong begitu saja mengambil dana bansos.

Konsep selanjutnya pengamen menyajikan lagu dengan nada rendah namun memohon untuk berjoged dan bernyanyi bersama, dengan alasan pengamen bisa mengantarkan penumpang ke lagu kedua yang dengan nada yang tinggi dan hentakan yang cepat, lantangnya suara pengamen tak selantang suara politisi yang yang tersenyum menebar janji.

Lagu ini menjadi lagu pamungkas dalam setiap performa pengamen, kalo mau dibandingkan dengan performa debat calon Bupati yang masih terbata-bata dan menggunakan teks kayaknya harus belajar ke pengamen yang nyanyi tanpa teks dan lancar seperti punya orang dalam. Di lagu kedua ini saya melihat beberapa penumpang yang pasang wajah cuek kepada pengamen namun jari jempol dan kaki mereka beroyang mengikuti irama lagu.

Hal ini menjadi bukti bahwa pengamen pun tidak sembarangan nyanyi, ada hal prinsipil yang dibawa agar bisa menghibur dan menyampaikan pesan. Begitupun dengan konsep terakhir yakni penutup, para pengamen yang biasanya digawangi oleh 2 orang personil ini mulai membuat kami, para bis mania memberikan penilaian dan pertimbangan, rasanya sudah kayak jadi juri Indonesian Idol saja, pada bagian penutup ini dengan iringan lagu yang rendah kami dipaksa untuk memberikan keputusan apakah memberikan golden ticket atau tidak meloloskanya, bukan hanya masa tenang kampanye saja yang membuat pemilih bingung menentukan pilihan, memberikan keputusan untuk memberi uang ke pengamen itu lebih bergejolak daripada pertimbangan untuk memilih salah satu paslon.

Nah, antara pengamen dan politisi sebenarnya punya perbedaan yang cukup mencolok, jika pengamen menjual suara, politisi membeli suara, jika pengamen lebih memilih ‘ikhlas bagi anda halal bagi kami’  politisi lebih memilih ‘anda terpaksa kami bahagiahaha’, jika pengamen berpesan kepada penumpang untuk menjaga barang bawaan, politisi berpesan jangan segan-segan memberikan barang berharga kepada mereka tanah, air, pasir, bati batu bara dan semacamnya ketika sudah jadi nantinya. Namun ada satu persamaanya, pengamen memberikan kebahagiaan, politisi juga memberikan kebahagiaan, kepada diri sendiri dan keluarga.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Muhammad Rizal Firdaus

Content Writer, Copywriter, Graphic Designer, and Creator Digital

1 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler