x

Aspal. Ilustrasi Pembangunan Jalan

Iklan

Indŕato Sumantoro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 12 Juli 2020

Minggu, 9 April 2023 09:06 WIB

Kalau Mau, Indonesia Sudah Mampu Berswasembada Aspal

Ada satu hal lagi yang perlu pak Rahmad dan pak Jokowi tahu. Aspal impor, selain dapat disubstitusi oleh aspal Buton, dapat juga disubstitusi oleh minyak ekstra berat dari lapangan minyak Iliran High di Sumatera Selatan, dan minyak berat dari lapangan Duri di Riau. Rencana untuk membangun Politeknik Aspal di pulau Buton mohon seyogyanya segera diwujudkan. Kita butuh inovasi dan riset untuk mencapai target Indonesia berswasembada aspal pada tahun 2045. Dari pada Indonesia berangan-angan ingin menjadi Raja Baterai untuk mobil listrik. Alangkah lebih mulianya apabila kita bercita-cita Indonesia akan menjadi Raja Jalanan dengan berswasembada aspal pada tahun 2045 untuk anak-anak dan cucu-cucu kita.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Wakil Ketua DPR RI Koordinator Bidang Industri dan Pembangunan (Karinbang), Bapak Rahmad Gobel, ketika menemani Pak Jokowi datang berkunjung ke pulau Buton pada tanggal 27 September 2022, telah mengatakan bahwa Indonesia harus memiliki target khusus untuk berswasembada aspal. Pak Rahmad menegaskan bahwa ada dua faktor penyebab Indonesia keranjingan impor aspal. Faktor pertama, Indonesia tidak mensyukuri nikmat karunia sumber daya aspal alam yang berlimpah. Adapun faktor kedua, karena kurang gigihnya dalam melakukan inovasi dan riset.

Pernyataan Pak Rahmad ini seharusnya disampaikan langsung kepada pak Jokowi. Atau DPR memanggil para Menteri terkait yang berhubungan dengan aspal Buton, untuk menjelaskan kepada wakil-wakil rakyat, mengapa pemerintahan pak Jokowi tidak mampu mewujudkan hilirisasi aspal Buton?. Apa inti permasalahannya? Dan apa upaya-upaya yang telah dan akan dilaksanakan oleh pemerintah untuk mewujudkan hilirisasi aspal Buton masih di dalam era pemerintahan pak Jokowi yang tinggal beberapa bulan lagi?

Pak Rahmad telah membuat sebuah pernyataan yang bagus sebagai tantangan bagi pemerintahan pak Jokowi. Tantangan tersebut adalah: “Indonesia harus memiliki target khusus untuk berswasembada aspal”. Dan pak Jokowi menjawab tantangan tersebut : “ Indonesia akan stop impor aspal pada tahun 2024”. Tetapi apakah pernyataan pak Jokowi ini merupakan jawaban atas tantangan pak Rahmad? Kelihatannya rakyat masih bingung dengan pernyataan pak Jokowi. Apa hubungannya antara berswasembada aspal dengan stop impor aspal? Nalar kita berkata, kalau kita sudah mampu berswasembada aspal, maka tentu saja kita tidak perlu lagi impor aspal. Tetapi kalau kita akan stop impor aspal pada tahun 2024, apakah ini berarti Indonesia sudah mampu berswasembada aspal pada tahun 2024?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mungkin yang dimaksud pak Jokowi akan stop impor aspal pada tahun 2024, bukan berarti makna yang sesungguhnya akan stop impor aspal pada tahun 2024. Tetapi itu merupakan target untuk memulai berswasembada aspal. Hal ini perlu dilakukan oleh pak Jokowi untuk memotivasi para pengusaha dan investor bahwa ada peluang bisnis yang sangat luar biasa sangat menguntungkan untuk mengsubstitusi aspal impor dengan aspal Buton sebesar 1,5 juta ton per tahun. Atau senilai US$ 900 juta per tahun.

Tantangan pak Rahmad: “Indonesia harus memiliki target khusus untuk berswasembada aspal”, seharusnya dijawab oleh pemerintahan pak Jokowi sebagai berikut: “Target Indonesia berswasembada aspal adalah pada tahun 2045. Karena pada tahun 2045 adalah tahun terwujudnya Indonesia Emas”. Apakah target tersebut realistis? Kalau kita mau memulai mewujudkan hilirisasi aspal Buton pada tahun 2023-2024, maka target itu adalah sangat realistis. Tetapi kalau kita tidak pernah mau memulainya, maka sampai kapanpun target itu tidak akan pernah tercapai.

Pak Rahmad telah mengatakan bahwa faktor pertama mengapa Indonesia keranjingan impor aspal adalah karena Indonesia tidak mensyukuri nikmat karunia sumber daya aspal alam yang berlimpah. Kalau kita berasumsi bahwa pak Jokowi adalah orang yang mempresentasikan Indonesia, maka kita perlu bertanya kepada pak Jokowi. Apakah pak Jokowi mensyukuri nikmat karunia sumber daya aspal alam yang berlimpah?. Kalau jawabannya “ya”, maka kita bisa lanjut.

Faktor kedua yang dinyatakan oleh pak Rahmad adalah karena kurang gigihnya dalam melakukan inovasi dan riset. Menjawab tantangan pak Rahmad ini, sebenarnya Indonesia telah membuat suatu terobosan inovasi dan riset untuk memproduksi Aspal Hibrida. Aspal Hibrida adalah campuran antara aspal Buton ekstraksi dengan Decant Oil dari Pertamina. Proyek Aspal Hibrida ini merupakan proyek kerjasama antara PT Peramina (Persero) dengan PT Wijaya Karya Tbk sejak tahun 2015. Tetapi sayang, proyek ini terhenti, dan tidak dilanjutkan pada tahun 2019.

Ternyata pernyataan pak Rahmad ada benarnya. Kita harus menggaris bawahi kata-kata ”kurang gigihnya dalam melakukan inovasi dan riset”. Pertamina dan Wika sudah berinovasi dan riset untuk memproduksi Aspal Hibrida. Tetapi karena kurang gigih, maka inovasi dan riset tersebut sekarang mangkrak. Oleh karena itu DPR perlu memanggil Pertamina dan Wika sebagai perusahaan BUMN untuk menjelaskan mengapa proyek Aspal Hibrida mangkrak. Dan apa upaya-upaya mitigasinya untuk melanjutkan kembali proyek aspal hibrida tersebut?

Lagi-lagi pernyataan pak Rahmad benar : “Indonesia harus memiliki target khusus untuk berswasembada aspal”. Apabila Indonesia sudah memiliki target untuk berswasembada aspal pada tahun 2045, maka semua rintangan dan halangan yang akan menghambat tercapainya cita-cita tersebut pasti akan dapat diatasi. Dan masalah mangkraknya Proyek Aspal Hibrida ini sebenarnya bukanlah masalah yang rumit. Tetapi kata kuncinya adalah: “Dimana ada kemauan, pasti di situ ada jalan”.

Mungkin dalam sidang rapat diantara DPR, Pertamina, dan Wika, DPR perlu menanyakan kepada Pertamina dan Wika, apakah Pertamina dan Wika mempunyai “kemauan yang kuat” untuk mendukung mewujudkan target Indonesia akan berswasembada aspal pada tahun 2045? Kalau jawabannya “ya”, maka proyek Aspal Hibrida akan dapat dilanjutkan kembali. Apapun kendala-kendala dari permasalahan-permasalahan untuk melanjutkan proyek Aspal Hibrida pasti akan ada solusi dan jalan keluarnya. Itulah keajaiban dari daya “kemauan” yang maha dahsyat. Segala rintangan akan dapat di atasi. Karena keberhasilan sudah terlihat di depan pelupuk mata.

Pada saat ini fokus kita untuk mengsubstitusi aspal impor adalah hanya dengan menggunakan aspal Buton saja. Karena deposit aspal alam di pulau Buton jumlahnya sangat melimpah. Padahal Proyek aspal Hibrida sudah membuktikan bahwa inovasi dan riset dengan mencampur aspal Buton ekstraksi dengan Decant Oil dari Pertamina ternyata bisa menghasilkan aspal yang kualitasnya lebih baik dengan harga yang lebih murah. Jadi sekarang bagaimana kalau inovasi dan riset ini dilanjutkan dengan mencampur aspal Buton ekstraksi dengan getah karet, limbah plastik, limbah industri perminyakan. Masih banyak inovasi dan riset lainnya untuk memproduksi aspal made in Indonesia ini. Kata-kata pak Rahmad ini mungkin bisa menjadi motivasi bagi para ahli riset: “Inovasi dan riset adalah kunci keberhasilan Indonesia berswasembada aspal pada tahun 2045”..

Ada satu hal lagi yang perlu pak Rahmad dan pak Jokowi tahu. Aspal impor, selain dapat disubstitusi oleh aspal Buton, dapat juga disubstitusi oleh minyak ekstra berat dari lapangan minyak Iliran High di Sumatera Selatan, dan minyak berat dari lapangan Duri di Riau. Rencana untuk membangun Politeknik Aspal di pulau Buton mohon seyogyanya segera diwujudkan. Kita butuh inovasi dan riset untuk mencapai target Indonesia berswasembada aspal pada tahun 2045. Dari pada Indonesia berangan-angan ingin menjadi Raja Baterai untuk mobil listrik. Alangkah lebih mulianya apabila kita bercita-cita Indonesia akan menjadi Raja Jalanan dengan berswasembada aspal pada tahun 2045 untuk anak-anak dan cucu-cucu kita.

 

Ikuti tulisan menarik Indŕato Sumantoro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler