Seorang pengembara yang mencoba mengekspresikan diri lewat tulisan

Dakwah dari Masa ke Masa

Senin, 10 April 2023 07:09 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dari masa ke masa dakwah terus mengalami perubahan, baik dari metode mengajarkan sampai media dakwahnya

 

Di bulan Ramadan ini kegiatan dakwah begitu semarak, para Dai baik pendatang baru maupun Dai kondang wara wiri di layar kaca.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dakwah sekarang menjadi lebih mudah dengan bermacam sarana penunjang yang ada, berbeda jauh saat beberapa dekade ke belakang.

Awal tahun kemerdekaan dakwah di Indonesia masih berjalan secara tatap muka, majelis-majelis pengajian dibuka. Terkhusus dakwah di perkampungan selalu menggunakan sarana seadanya.

Pergerakan dakwah di kampung-kampung waktu itu memang masif terutama jika ada di daerahnya seorang kyai atau ulama yang membuka pesantren.

Masyarakat sekitarnya selalu menyengaja datang untuk mengaji. Perlu diketahui juga bahwa masyarakat Indonesia kala itu mayoritas sebagai petani tak banyak waktu siang bagi mereka untuk berkumpul.

Dengan penerangan seadanya dan sarana apa adanya tapi kekhidmatan mencari ilmu terasa lebih khusuk, surau dari bambu atau halaman tanah beralas tikar tidak menjadi penghalang dalam mengkaji kalam Ilahi.

Dari Dakwah Tradisional ke Dakwah Digital

Selama bertahun-tahun dakwah tradisional tetap dipertahankan di negeri kita, hingga datang masa perkembangan transmisi suara yang teraplikasi dalam suara yakni ditemukannya radio.

Saat Radio Republik Indonesia (RRI) hadir 11 September 1945, siaran radio masih dipenuhi dengan informasi seputar pergerakan revolusi, alat propaganda dan diselingi lagu-lagu.

Kemudian hari radio pun mengadakan program religi termasuk di dalamnya dakwah Islam.

Semakin maraknya radio swasta menjadikan beragam pula program acara yang dikemas masing-masing stasiun. Dakwah Islam pun tak terkecuali mengalami perubahan signifikan dengan adanya inovasi dakwah lewat radio.

Dai-dai kondang mulai mengisi kuliah subuh di radio swasta setiap paginya. Dakwah pun semakin meluas karena jangkauan frekuensi siaran radio lebih luas cakupannya.

Kemajuan teknologi tak hanya sampai di situ, pada awal tahun 1990-an bermunculan pula stasiun televisi swasta.

Sebelumnya porsi acara religi agama Islam hanya sepekan sekali, saat itu mulai diperkenalkan lebih sering.

Setelah itu menjamurlah televisi-televisi swasta di Indonesia. Dakwah Islam semakin semarak karena para penonton bisa melihat secara visual dai idamannya.

Kemudian berbagai kaset rekaman dakwah pun dilipat gandakan ada yang berbentuk pita kaset, ada juga mp3 CD.

Dakwah tradisional sudah bertransformasi menjadi dakwah digital, tak sampai di situ sampailah kita di milenium 3 perubahan drastis dari revolusi digital benar-benar terasa.

Bermunculannya platform digital berupa media sosial seperti, Youtube, Facebook, Whatsapp, Instagram dan lain-lain semakin melesatkan pengguna ke seantero jagat.

Dakwah pun semakin mendunia, bayangkan saja satu menit kejadian di Amerika, menit itu juga dapat kita saksikan beritanya. Di belahan bumi mana pun informasi dapat diakses dalam hitungan detik.

Semua orang bisa terkoneksi dalam satu waktu di satu platform yang sama.

Dakwah Kondisional

Pentingnya dakwah dalam Islam memicu para pelakunya untuk terus berdakwah dari waktu ke waktu dan mencari inovasi up to date tentang cara berdakwah, agar dakwah tidak berhenti karena gara-gara kurangnya sarana pendukung bagi dakwah itu sendiri. Dari zaman dulu dengan sarana terbatas yang sangat sederhana dakwah mampu dilakukan.

Berlalulah masa itu ditemukannya berbagai macam teknologi sebagai wasilah, media atau alat bantu agar dakwah lebih mudah lagi menjangkau seluruh lapisan, bahkan lapisan yang paling jauh atau yang paling dalam bisa terjangkau dengan memakai media digital, teknologi tertentu.

Oleh karenanya harus ditegaskan lagi bahwa pentingnya dakwah jangan pernah terhambat gara-gara peralatan yang tidak ada, atau tidak adanya media. Dakwah itu sebenarnya harus dilakukan dengan cara apa pun.

Untuk menghadapi audiens dakwah, para dai harus pandai-pandai mencari media tertentu. Bagaimana caranya agar dakwah itu sampai kepada para pendengar dan kepada para jamaah.

Jika dia harus bertatap muka berceramah dengan metode yang tradisional Para dai Jangan memaksakan dakwah kepada mereka dengan memakai perangkat digital yang bisa jadi dakwah tidak tersampaikan, esensi dakwah tidak tersampaikan kepada mereka.

Pun demikian sebaliknya, jika masyarakat perkotaan yang tingkat intelektualnya lebih matang maka media yang dilakukan agar mereka lebih mengerti dan lebih paham adalah media-media yang bersifat modern. Media digital akan lebih tepat menyasar para audiens.

Era sekarang adalah era milenial, mereka akan mudah disasar oleh dakwah memakai sarana atau media platform digital seperti Youtube, Tik Tok, WhatsApp, Facebook, Instagram dan lain-lain.

Semua objek dakwah memiliki kemampuan menyerap dakwah berbeda-beda oleh karenanya tugas para dai yang harus diperhatikan ketika berdakwah adalah materi dakwah itu ataupun media dakwah itu sendiri.

Dengan memilih metode dakwah yang sesuai dengan konteks dan kondisi objek dakwah, optimis dakwah akan tersampaikan.

Di bulan Ramadan ini semarak dakwah semakin terlihat, bagaimana stasiun-stasiun televisi berlomba mengadakan siaran seputar religi dari mulai sahur on the road, acara kajian menjelang berbuka sampai live salat tarawih dari kota Mekah.

 

 

 

 

 

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Dudi Safari

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler