x

lustrasi keluarga besar. shutterstock.com

Iklan

azzahra dian

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 9 April 2023

Senin, 10 April 2023 07:13 WIB

Kanreki; Perayaan Ulang Tahun ke-60 di Jepang yang Memiliki Arti Terlahir Kembali

Kanreki adalah perayaan tradisional Jepang yang merayakan ulang tahun ke-60 seseorang. Mencapai umur ke-60 memiliki arti kehidupan seseorang akan dimulai lagi seperti telah terlahir kembali.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Nama: Azzahra Diandra Putri
Program Studi: Studi Kejepangan Universitas Airlangga
Fakultas: Ilmu Budaya
 
Ulang tahun merupakan perayaan untuk memperingati hari kelahiran seseorang yang menandakan hari dimana dimulainya kehidupan diluar rahim Ibu. Perayaan ulang tahun dilakukan untuk mensyukuri bertambahnya usia kita dan seberapa jauh kita telah berkembang. Selain itu, ulang tahun juga menjadi pengingat akan bergantinya waktu dan pentingnya untuk menghargai setiap momen dalam hidup. Ulang tahun dapat menjadi waktu yang tepat untuk introspeksi diri, menetapkan tujuan baru, dan memikirkan serta merencanakan masa depan.
 
Banyak kebudayaan merayakannya dengan cara mengadakan pesta ulang tahun untuk dinikmati bersama keluarga dan juga teman-teman. Biasanya kue menjadi unsur penting dalam pesta ulang tahun, atau dapat juga digantikan dengan makanan lainnya. Dalam pesta ulang tahun, terdapat serangkaian kegiatan yang dapat dilakukan, seperti berdoa sebelum meniup lilin kue ulang tahun, memotong kue, dan juga memberikan hadiah kepada orang yang ulang tahun. Hadiah menjadi cara orang untuk mengungkapkan rasa cinta dan penghargaan kepada orang yang merayakan ulang tahunnya. Menerima hadiah juga membuat perasaan orang yang merayakan ulang tahun merasa dihargai dan diapresiasi sehingga dapat meningkatkan harga diri. Pesta ulang tahun menjadi waktu yang tepat untuk mendekatkan diri dengan keluarga atau teman-teman.
 
Singkatnya, ulang tahun menandakan terbukanya babak baru pada hidup seseorang serta untuk merayakan dan mensyukuri hidup seseorang dalam perjalanan hidupnya dan juga mempererat hubungan bersama keluarga dan juga teman-teman untuk mensyukuri waktu yang telah berlalu dan memikirkan tujuan baru untuk masa depan.
 
Tetapi bagi beberapa orang, ulang tahun merupakan hal yang tidak mereka sukai karena beberapa alasan. Alasan itu diantaranya adalah bosan, karena ulang tahun adalah sesuatu yang bersifat repetitif dan sudah monoton setiap tahun sehingga kegembiraan dari ulang tahun itu sendiri sudah memudar. Alasan berikutnya adalah kecemasan terkait bertambahnya usia. Beberapa orang merasa bahwa dengan bertambahnya usia, itu menandakan bahwa waktu telah cepat berlalu dan mereka akan mengalami penuaan yang menyebabkan mereka seperti kehabisan waktu untuk meraih atau mencapai tujuan tertentu. Beberapa alasan lainnya adalah tekanan, ekspektasi yang berlebihan, harapan yang tidak tercapai di umur sebelumnya, merasa sudah tua sehingga tidak perlu dirayakan, dan lain-lain.
 
Namun di Jepang, ada perayaan ulang tahun yang spesial bagi setiap orang yang mencapai umur tertentu. Contohnya adalah Kanreki. Kanreki adalah perayaan tradisional Jepang yang merayakan atau menandai ulang tahun ke-60 seseorang. Di masa lalu, mencapai umur ke-60 memiliki arti kehidupan seseorang akan dimulai lagi seperti telah terlahir kembali dengan energi dan vitalitas yang baru.
 
Kata Kanreki sendiri berasal dari dua kata yaitu Kan yang berarti “siklus” dan Reki yang berarti “kalender”. Apabila digabungkan, Kanreki memiliki arti penyelesaian satu siklus penuh dalam kalender zodiak Cina tradisional, yang mempunyai dasar dari siklus 12 tahun dari tanda-tanda binatang. Setiap tahunnya diasosiasikan dengan hewan yang berbeda. Hewan-hewan itu adalah tikus, kerbau, harimau, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam jantan, anjing, dan babi.
 
Di Jepang, ketika seseorang berumur 60 tahun, perayaan ulang tahun Kanreki menjadi pilar penting yang menandakan selesainya perjalanan seseorang melalui satu siklus lengkap kalender zodiak. mereka dianggap telah menyelesaikan siklus penuh dan telah mencapai “tahun tikus” kedua mereka. Kanreki diyakini sebagai waktu kelahiran kembali, peremajaan, dan juga awal yang baru.
 
Perayaan Kanreki berasal dari Cina, dan diperkenalkan ke budaya Jepang selama periode Nara. Di Cina, biasanya hal seperti ini hanya dilakukan oleh bangsawan, dan termasuk acara yang jarang dirayakan karena harapan hidup jauh lebih rendah. Namun di Jepang, siapapun dapat merayakan Kanreki mereka dikarenakan tidak ada batasan gender atau batasan sosial karena harapan hidup orang Jepang sekarang adalah pertengahan tahun 80-an, kebanyakan orang akan memiliki kesempatan untuk merayakan Kanreki mereka jika mereka mau.
 
Kanreki sendiri tidak hanya ada di Jepang, namun juga di Negara lainnya. Kanreki juga dikenal dan dirayakan dengan meriah di Hawaii, dimana kebanyakan masyarakatnya berasal dari Jepang atau peranakan Jepang. Di Cina, Konsep Kanreki juga ada, namun memiliki nama lain yaitu Jiazi. Begitu juga di Korea, perayaan tersebut dikenal dengan nama Hwangap.
 
Dalam Kanreki, terdapat praktek dan tradisi yang biasanya dilakukan. Kanreki biasanya diselenggarakan oleh keluarga dari orang yang berulang tahun. Perayaannya sendiri akan terdiri dari jamuan makan ala perjamuan, dimana orang yang merayakan Kanreki-nya akan duduk di ujung meja dan duduk diatas bantal merah yang biasanya dapat disebut Zabuton.
 
Selain praktik dan tradisi, ada juga beberapa pakaian atau aksesoris yang dipakai saat merayakan Kanreki. Secara tradisional, orang yang merayakan Kanreki-nya akan berpakaian seperti aka-chan. Aka-chan secara harfiah memiliki arti “yang merah” tetapi aka-chan lebih sering dijadikan cara untuk menyebut bayi. Kostum tradisionalnya berwarna merah, dan terdiri dari eboshi (topi yang biasanya dipakai oleh tentara di bawah helm mereka dari periode Kamakura dan seterusnya) dan chanchanko (rompi berwarna merah tanpa lengan). Mereka juga terkadang membawa kipas sebagai bagian dari kostum.
 
Terdapat beberapa makna berbeda dibalik penggunaan warna merah saat merayakan Kanreki. Seperti yang sudah bisa ditebak dari kata aka-chan, merah biasanya diasosiasikan dengan bayi yang baru lahir di Jepang. Dalam konteks seseorang yang dilahirkan, warna merah seringkali dipandang sebagai warna yang tepat karena melambangkan keberuntungan, vitalitas, dan kekuatan. Dalam kebanyakan kebudayaan Asia, merah diasosiasikan dengan keberuntungan dan mengusir roh jahat serta sebuah warna perayaan. Begitu juga dalam kebudayaan Cina, warna merah diasosiasikan dengan unsur api, yang dipandang sebagai simbol energi dan transformasi.
 
Maka dari itu, mengenakan pakaian atau aksesoris berwarna merah saat perayaan Kanreki dapat dilihat sebagai cara untuk melambangkan terlahir kembali atau pembaharuan, dan mengharapkan keberuntungan dan kesehatan yang baik pada saat mereka menginjak atau melangkah maju dalam fase kehidupan mereka.
 
Pesta ulang tahun identik dengan makanan-makanannya, begitu pula dengan Kanreki. Kebanyakan makanan yang disajikan saat perayaan Kanreki, adalah makanan tradisional. Terdapat simbolisme besar dalam makanan yang disajikan saat perayaan Kanreki. Ada kue beras besar yang ditaruh dibawah sebagai dasar dari hidangan yang melambangkan tahun-tahun sebelumnya, dan kue beras yang lebih kecil ditaruh di atasnya untuk melambangkan tahun-tahun yang akan datang dan buah jeruk ditaruh di paling atas hidangan yang akan melambangkan generasi berumur panjang. Kue beras tadi dapat disebut sebagai kasane mochi atau kagami mochi, biasanya juga dapat dijumpai saat perayaan tahun baru di Jepang.
 
Kue ulang tahun juga disajikan saat Kanreki. Kue yang disajikan bebas namun dekorasi kuenya yang memiliki simbol dan arti tertentu. Saat Kanreki, dekorasi kue yang umum dapat ditemukan adalah dua hewan yang identik dengan umur panjang yaitu bangau putih atau kura-kura dada merah. Bangau putih dan kura-kura dada merah melambangkan kebijaksanaan dan kemuliaan serta mengharapkan umur yang panjang bagi yang sedang merayakan Kanreki-nya.
 
Tema merah yang menjadi poin penting saat merayakan Kanreki juga dapat dilihat dari makanannya. Sekihan (nasi kacang merah) biasanya dimakan saat perayaan dan melambangkan keberuntungan. Sekihan sendiri juga biasanya dijadikan sajian makanan saat Obi-Iwai, yaitu upacara di bulan kelima kehamilan untuk mengharapkan agar persalinannya lancar. Lalu, ikan kakap merah juga disajikan karena memiliki arti perayaan. Udang dan lobster juga menjadi hidangan yang seringkali disajikan saat Kanreki karena ekornya yang melengkung melambangkan umur yang panjang.
 
Hadiah juga menjadi unsur penting saat pesta ulang tahun, begitu pula saat perayaan Kanreki. Pada umumnya, hadiah yang diberikan akan berwarna merah. Namun, yang menerima hadiah tidak hanya yang merayakan Kanreki-nya, tetapi juga para undangan yang datang akan mendapatkan souvenir dari keluarga yang merayakan.
 
Dekorasi saat perayaan Kanreki biasanya meliputi bambu dan juga pinus. Bambu adalah tanaman yang fleksibel namun kokoh, bambu melambangkan ketahanan. Pinus biasanya diasosiasikan dengan keabadian di budaya Jepang, memberi makna kesehatan dan panjang umur bagi yang merayakan ulang tahunnya.
 
Kanreki secara tradisional juga menjadi waktu dimana yang merayakan Kanreki-nya akan mewariskan tanggung jawab kepada anaknya atau generasi selanjutnya. Dalam kelahiran kembali ini, orang yang merayakan ulang tahunnya bebas untuk memprioritaskan atau mengarahkan hidupnya ke arah yang lain karena mengetahui bahwa penerus mereka akan mengurus tanggung jawabnya untuk mengurus keluarga. Sebagai bentuk simbolisnya, biasanya Ibu dari keluarga akan memberikan centong nasi kepada anak perempuan pertama atau istri dari putra tertuanya yang menjadikan pasangan ini akan menjadi pengurus utama dari keluarga tersebut.
 
Saat seseorang menginjak umur ke-60, dalam kebudayaan Jepang dilihat sebagai tahun untuk refleksi. Pada tahun setelah merayakan Kanreki-nya, sudah menjadi kebiasaan untuk merefleksikan semua pencapaian hidup seseorang sejauh ini, dan tujuan yang ingin mereka tetapkan di kelahiran kembali ini.
 
Kanreki juga mengikuti perubahan zaman dalam perayaannya. Dahulu, setelah seseorang merayakan Kanreki, mereka akan pensiun. Menandakan mereka akan memulai babak baru dalam kehidupannya dengan tujuan baru dan keinginan yang baru. Berbeda dengan sekarang dimana masih banyak ditemui seseorang berumur diatas 60 tahun yang masih bekerja. Dengan demikian, perayaan Kanreki mungkin tidak memiliki makna yang sama seperti dulu bagi banyak orang Jepang. Perayaan Kanreki juga tidak lagi dilihat sebagai waktu untuk menyerahkan tanggung jawab kepada generasi selanjutnya secara simbolik.
 
Saat ini, perayaan Kanreki dilihat lebih sebagai kesempatan untuk menunjukkan rasa hormat dan terima kasih atas semua yang telah diberikan oleh orang tua mereka dan merayakan ulang tahun mereka daripada sebagai bentuk penyerahan tongkat estafet.
Secara keseluruhan, Kanreki adalah upacara ulang tahun dalam budaya Jepang yang dirayakan dengan tradisi, hadiah, dan juga berterima kasih kepada orang tua atas segala pemberian dan pengorbanan yang telah diberikan. Kanreki dilihat sebagai bentuk permulaan baru, pembaruan, dan refleksi di masa lalu. Perayaan ini juga merupakan cara penting untuk menghormati kebijaksanaan dan pengalaman yang datang seiring bertambahnya usia.
 
Daftar Pustaka
HAYATA, T. (2007). Kanreki (celebrate my 60^< th> birthday) or back to the calendar when you were born.
Doi, M. L. (1991). A transformation of ritual: The nisei 60th birthday. Journal of cross-cultural gerontology, 6, 153-163.
 

Ikuti tulisan menarik azzahra dian lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler