x

Google.com

Iklan

Malik Ibnu Zaman

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 16 Oktober 2022

Senin, 10 April 2023 15:07 WIB

Memiliki Rumah di Tempat Sepi Lebih Banyak Nggak Enaknya

Memiliki rumah di tempat sepi bagi sebagian orang merupakan sebuah kenyamanan tersendiri. Tidak perlu khawatir aktivitas yang dilakukan membuat bising tetangga, ataupun sebaliknya. Bagi yang ingin menepi dari kebisingan padatnya perumahan, tentu memiliki rumah di tempat sepi merupakan alternatif pilihan terbaik.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Memiliki rumah di tempat sepi bagi sebagian orang merupakan sebuah kenyamanan tersendiri. Tidak perlu khawatir aktivitas yang dilakukan membuat bising tetangga, ataupun sebaliknya. Bagi yang ingin menepi dari kebisingan padatnya perumahan, tentu memiliki rumah di tempat sepi merupakan alternatif pilihan terbaik.

Berdasarkan pengalaman saya justru memiliki rumah di tempat sepi lebih banyak nggak enaknya. Rumah saya terletak di tempat sepi pada ujung desa, tempat tersebut dikenal dengan nama Blok Gondang. Jumlah rumah yang berdiri di situ pun dapat dihitung dengan jari, jarak antar rumah juga terpisah. Sekelilingnya terdiri dari sawah, kebun, dan juga ada pemakaman umum.

Ada beberapa hal yang bikin nggak enak, pertama adalah terkait dengan lampu penerangan di jalan. Maka dari itu ketika keluar malam, disarankan menggunakan senter. Mengingat sekeliling rumah saya merupakan sawah dan kebun sudah barang tentu bukan hanya manusia saja yang lewat, termasuk juga ular.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pernah suatu ketika saya akan ke rumah nenek, saat itu saya tidak membawa senter. Tetapi saya tetap meningkatkan kewaspadaan. Nah, dua langkah di depan saya ada ular di tengah jalan. Berhubung saya orangnya penakut, maka saya pun langsung putar balik sambil berlari kencang.

Kemudian letak tetangga yang jauh juga menyulitkan untuk minta tolong. Dulu ketika rumah saya lantainya masih tanah, dan belum ada langit-langit. Seringkali ular masuk ke rumah. Saat itu saya masih di pondok pesantren, otomatis tidak ada laki-laki dewasa di rumah hanya ada ibu dan adik saya. Untuk keluar rumah minta tolong tidak mungkin, sebab takut malah kehilangan jejak. Kalau kehilangan jejak, malah jadi was-was kan.

Untungnya ibu orangnya pemberani, jadi dia bisa mengatasinya seorang diri. Kalaupun ada saya di rumah, pasti saya akan langsung lari. Pernah pas kebetulan saya di rumah ada ular masuk, eh saya malah langsung lari keluar rumah sambil teriak. "Lanang-lanang kecing," begitulah ujar ibu saya.

Lalu ketika malam datang, semua masuk ke rumah masing-masing. Kalaupun ada yang keluar rumah itu untuk melaksanakan sholat berjamaah di mushola, dan mengaji. Berbeda halnya dengan dulu ketika saya masih tinggal di rumah kakek, banyak anak-anak yang bermain hingga larut malam.

Berikutnya yang bikin nggak enak terkait dengan keangkerannya. Seperti yang kita ketahui bahwa tempat sepi biasanya itu angker. Begitu juga dengan Blok Gondang tempat saya tinggal. Menurut penuturan banyak orang, Blok Gondang merupakan tempat berkumpulnya para hantu dari penjuru desa tempat saya tinggal. Hal tersebut memang benar adanya, beberapa warga Blok Gondang pernah mengalami kejadian tersebut, termasuk saya.

Salah satu paman dari ibu, rumahnya dekat dengan saya. Ia seringkali pulang larut malam, karena mengajar ngaji. Beberapa kali ia melihat penampakan, mulai dari hantu setengah badan, bola mata, endas kluntung, dan lain sebagainya. Salah seorang yang hendak mengaji pernah melihat kuntilanak.

Saya sendiri pernah melihat bola api terbang setinggi pohon kelapa. Melihat hal tersebut bergegas saya mempercepat langkah kaki. Saat itu saya dari rumah nenek. Kejadian lainnya tatkala saya pulang jam 3 dinihari dari rumah nenek. Ketika saya melewati sungai kecil di samping kuburan, ada yang memanggil nama saya, suaranya mirip dengan ibu saya.

Awalnya saya hendak menuju sumber suara tersebut, tetapi setelah dipikir-pikir masa iya sih ibu saya. Segera saya berlari, dan ternyata benar ibu saya masih di rumah. Sering juga mendengar suara tangis diselingi tawa wanita. Ibu saya sendiri pernah ketika sedang masak di dapur setelah Subuh, tiba-tiba ada yang nyeletuk dari belakang rumah "Masak!".

 

 

Ikuti tulisan menarik Malik Ibnu Zaman lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler