Anies-AHY Lemah di Basis Grassroot

Jumat, 14 April 2023 12:55 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Simulasi pasangan capres cawapres, Anies Baswedan dan Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY menghasilkan elektabilitas rendah. Hal itu terkonfirmasi di beberapa lembaga survei. Anies-AHY kalah mentereng misalnya dibandingkan dengan pasangan Prabowo Subianto-Cak Imin atau Ganjar Pranowo-Erick Thohir.

Simulasi pasangan capres cawapres, Anies Baswedan dan Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY menghasilkan elektabilitas rendah. Hal itu terkonfirmasi di beberapa lembaga survei. Anies-AHY kalah mentereng misalnya dibandingkan dengan pasangan Prabowo Subianto-Cak Imin atau Ganjar Pranowo-Erick Thohir.

Direktur Eksekutif Arus Survei Indonesia Ali Rif’an mengatakan, Anies-AHY bukanlah posisi yang strategis secara elektoral karena Anies ditopang cawapres yang menjadi komplementer.

“Posisi yang menjadi komplementer Anies ini harusnya adalah tokoh yang punya basis grassroot,” kata Ali Rif’an saat dikonfirmasi.

Posisi Anies hanya kuat di segmen atau klaster kelas menengah terdidik atau secara pendidikan dan intelektual. Sementara di klaster bawah Anies lemah. Kondisi ini berbalik dengan Ganjar Pranowo yang memiliki kekuatan bagus di level grassroot.

“Pertanyaannya adalah, apakah AHY punya basis grass root? Belum nanti soal efek ekor jas. Kalau mau adil karena posisi Anies bukan partai NasDem, mestinya cawapres bukan kader partai. Kalau nanti AHY yang jadi cawapres, yang mendapat efek ekor jas adalah Demokrat,” kata Ali Rif’an menegaskan.

Kesepakatan, negosiasi dan kompromi politik atas simulasi Anies-AHY ini akan menentukan totalitas seorang Susilo Bambang Yudhoyono. Ahli strategi itu jika nantinya AHY terpilih menjadi wakil Anies, kemungkinan besar SBY akan totalitas dan menentukan arah politik Cikeas.

Potensi mengulang politik identitas

Jika simulasi pasangan Anies-AHY terealisasi, publik kembali diingatkan tentang perhelatan Pilgub DKI pada 2017 lalu pada nuansa politik identitas. Bicara politik identitas, secara terminologi sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari setiap kontestasi.

“Politik identitas itu tidak hanya dimaknai secara agama, tapi politik identitas itu juga soal suku, ras, soal afiliasi organisasi itu juga bisa disebut politik identitas. Di Amerika juga berlaku politik identitas. Misalnya soal kulit putih dan kulit hitam,” ungkap Ali Rif’an.

Di Indonesia, ia menduga kuat pasti akan terjadi politik identitas. Namun demikian, semua pihak mendorong agar supaya posis politik identitas itu tensinya dan kadarnya diperkecil sehingga yang muncul adalah politik gagasan. Karena jika politk identitas yang kencang, nanti akan mengkerdilkan atau menenggelamkan politik gagasan.

“Itu yang kita harapkan bahwa nantinya yang akan muncul ke permukaan lebih banyak poltik gagasan, bicara politik program, mempertajam perbedaan ideologi. Biar publik melihat pemimpin dari aspek program dan aspek gagasannya,” tegasnya.

 

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Ali Mufid

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler