Sadarkah di antara kita bila Tuhan Semesta Alam sejak semula telah ajarkan kepada manusia tentang budaya kebaikan bernilaikan prinsip keseimbangan di seluruh aspek semesta kehidupan?
Bergulir dalam batas ruang dan waktu, seiring dengan perguliran waktu merangkai kejadian berulang-ulang
Dan, suatu ketika akan nampak sebagai ketetapan, teratur, lalu berdaur
Ataukah ada yang merasa bila segalanya tercipta dan menjelma dengan sendirinya?
Sehingga menghantarkan manusia menghamba pada nafsu, lampiaskan tamak serakah tak terkendali
Terjerembab ke dalam kubangan gelimang harta, tahta mahkota, dan maunya menjadi penguasa
Abaikan kesetaraan antar sesama, melupa diri bila sejatinya diri ini adalah hamba bagi Sang Pencipta
Merudapaksa alam semesta, menghisap sesama demi meraih dominasi bergelimangkan hegemoni tanpa merasa risih dan enggan mengakuinya
Melebarkan sayap dan memuncak melintas antar bangsa, membelah dunia dalam genggamannya
Tuhanpun dipaksa tunduk menuruti maunya ..!
Gelap gulita dalam ketimpangan tatanan dunia pun kian terasa menyeruak menjelma
Sementara, Tuhan masih menunggu kehadiran manusia-manusia pilihan
Yang akan pulihkan keseimbangan sebagaimana awal mulanya alam semesta dicipta
Dengan adab budaya dan peradaban yang diajarkan-Nya sebagai busana pembalut jati diri kepribadian yang asasi
Agar manusia hidup dalam kehidupan nan indah dalam tatanan surgawi
Dan, sayangnya kebanyakan manusia lebih terbuai oleh bujuk rayu dan bernafsu
Menuju kehidupan terkutuk, celaka, binasa berlautkan api yang menyiksa
Sadarkah kita?
Ataukah masih dalam buaian nafsu keakuan yang melena?
*****
Kota Malang, April di hari kelima belas, Dua Ribu Dua Puluh Tiga.
Ikuti tulisan menarik sucahyo adi swasono lainnya di sini.