x

Ilustrasi Sekolah Anak Berkebutuhan Khusus. Foto: dokumentasi Pendidikan Inklusi Cikal

Iklan

masiri, S.Pd

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 24 November 2021

Senin, 17 April 2023 19:38 WIB

Menjemput Rezeki di Waktu Duha: Praktik Baik Merdeka Belajar dan Merdeka Budaya di Sekolah Luar Biasa

Artikel ini merupakan opini penulis terhadap kebermanfaatan dan praktik baik dari Merdeka Belajar dan Merdeka Berbudaya

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

      Perkembangan pendidikan seiring berjalannya waktu terus mengalami transformasi ke arah yang lebih baik. Untuk mendukung peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia, pemerintah telah berupaya mengembangkan rangkaian kebijakan baru dengan mencetuskan Kurikulum Merdeka. Langkah ini diambil sebagai langkah awal lompatan pendidikan yang memberi kemerdekaan kepada warga belajar baik guru maupun peserta didik untuk menyelenggarakan sistem pendidikan dengan penuh kebebasan tanpa adanya tekanan dengan harapan terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas, serta memiliki jiwa profil pelajar pancasila yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, gotong royong, mandiri, berkebhinekaan global, kreatif dan bernalar kritis.

     Merdeka belajar dan merdeka berbudaya merupakan salah satu bagian dari program merdeka belajar yang di inisiasi oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Merdeka belajar dan merdeka berbudaya adalah konsep yang memberi kebebasan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya sehingga akan menciptakan iklim pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan.

Kenapa harus Merdeka Belajar dan Merdeka Berbudaya?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

  Konsep pendidikan yang menekankan merdeka belajar dan merdeka berbudaya akan memberikan dampak positif baik pada warga sekolah maupun pada kebudayaan bangsa Indonesia. Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman budaya, agama, bahasa, suku dan etnis yang selalu menjunjung tinggi Bhineka Tunggal Ika. Dengan lebih memahami keberagaman kita akan mampu meningkatkan rasa toleransi dan menghargai budaya yang ada sebagai wujud identitas nasional yang harus dijaga dan dilestarikan.

     Dalam seting sekolah luar biasa (SLB), keberagaman merupakan sesuatu yang unik dan wajar, sebagaimana setiap peserta didik yang memiliki karakteristik yang beragam. Setiap peserta didik tentu memiliki potensi, hambatan dan kebutuhan belajar yang tidak sama. Sebagaimana contoh, peserta didik dengan hambatan penglihatan (tunanetra) memerlukan pembelajaran dengan mengoptimalkan indera peraba atau audio, peserta didik dengan hambatan pendengaran (tunarungu) memerlukan pembelajaran dengan mengoptimalkan kemampuan visualnya, dan lain halnya dengan peserta didik yang memiliki hambatan kecerdasan intelektual (tunagrahita) memerlukan pembelajaran yang sifatnya konkret dan fungsional. Perbedaan setiap potensi, hambatan dan kebutuhan belajar dari setiap peserta didik ini tentu harus difasilitasi sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.

      Pendidikan sejatinya tidak berkembang atas dasar rasa iba, melainkan pendidikan berkembang diatas tonggak dasar kasih sayang. Oleh sebab itu, implementasi merdeka belajar dan merdeka berbudaya ini menjadi sebuah lompatan pendidikan dengan memberi kebebasan kepada guru dan peserta didik untuk menciptakan suasana pembelajaran yang disesuaikan dengan minat, bakat dan kemampuannya sehingga akan menciptakan iklim pembelajaran yang menyenangkan dan tetap menghargai keberagaman sebagai identitas bangsa dengan tetap menjunjung tinggi Bhineka Tunggal Ika. 

Kebermanfaatan dan Praktik Baik Merdeka Belajar dan Merdeka Berbudaya

    Praktik baik merdeka belajar dan merdeka berbudaya dapat di implementasikan dalam beragam hal sesuai dengan program dari setiap masing-masing sekolah. Salah satu contoh penerapan praktik baik di salah satu Sekolah Luar Biasa tempat penulis mengajar adalah pembiasaan praktik sholat duha bersama-sama di Masjid setiap senin pagi yang diikuti oleh setiap peserta didik muslim dari berbagai jenis hambatan, baik tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, autis, down syndrome, dan ADHD. Program pembelajaran praktik sholat duha ini bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter dari dimensi profil pelajar pancasila dengan tujuan untuk membentuk sumber daya manusia (SDM) bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa dan memiliki akhlak mulia.

     Pembiasaan sholat duha diawali dengan praktik wudhu dengan didampingi oleh setiap guru dengan memperhatikan keberagaman peserta didik. Setalah peserta didik selesai berwudhu, selanjutnya guru mengatur shaf sholat dan mendampingi peserta didik untuk melafalkan bacaan dan gerakan sholat secara bersama-sama. Setelah selesai sholat, peserta didik dibimbing guru untuk membaca doa secara bersama-sama dan bersalaman.

      Kebermanfaatan dan praktik baik dari merdeka belajar dan merdeka berbudaya melalui pembiasaan sholat duha bersama di Masjid merupakan bentuk penanaman karakter untuk menjadi pribadi yang berakhlak mulia. Program ini diinisiasi untuk memberikan pengalaman konkret kepada peserta didik dengan suasana pembelajaran yang nyaman, menyenangkan dan dapat dilakukan diluar kelas. Kebermanfaatan dari pembelajaran tersebut diharapkan peserta didik dapat mengimplementasikan nya tidak hanya di sekolah tetapi dapat di terapkan di rumah dengan bimbingan dan pendampingan orang tua. Selain itu, peserta didik dapat belajar menumbuhkan sikap toleransi terhadap peserta didik non muslim lainnya dalam beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.

 

Ikuti tulisan menarik masiri, S.Pd lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler