Ian, pemuda berusia 26 tahun terbangun di pagi hari dengan wajah kusut dan rambut berantakan. Dia langsung membuka laptopnya untuk membuat sebuah surat lamaran, lalu pemuda itu dengan cepat membuka berbagai situs lowongan pekerjaan. Sudah puluhan surat lamaran yang dia kirim ke berbagai situs penyedia lowongan pekerjaan, namun setelah menunggu hingga 2 minggu lamanya Ian belum mendapatkan kabar dari perusahaan yang dilamar. Dia kembali melakukan hal serupa sama selama satu bulan penuh dengan hasil serupa.
Ian merupakan salah satu dari sekian banyak orang yang selalu menemui jalan buntu dalam mendapatkan pekerjaan, memang di Indonesia masalah pengangguran merupakan hal serius yang harus segera ditanggulangi.
Keterbatasan Keterampilan
Keterbatasan keterampilan menjadi salah satu faktor penjegal para jobseeker. Ketidakmampuan mengimbangi tuntutan keterampilan dunia kerja modern membuat mereka harus memutar otak agar bisa bersaing dalam bursa kerja yang semakin keras. Solusi untuk masalah ini bisa diatasi dengan mengikuti berbagai macam seminar, workshop, dan pelatihan yang disesuaikan dengan minat, dan kebutuhan dalam dunia kerja.
Sayangnya belum banyak pelatihan yang bisa dijangkau dengan harga murah. Rata-rata biaya untuk bisa mengakses berbagai pelatihan keterampilan berkisar di angka Rp300 ribu sd Rp1 juta, tergantung jenis pelatihan yang diikuti. Tentunya hal ini memberatkan para jobseeker ketika ingin mencoba mempelajari keterampilan baru.
Mereka bimbang karena ketika memutuskan membayar mahal untuk mengikuti berbagai pelatihan, mereka juga dihadapkan dengan tuntutan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Belum lagi menghadapi ketidakpastian apakah dengan membayar mahal untuk mengikuti pelatihan keterampilan akan membuat mereka langsung mendapatkan pekerjaan.
Training dari BNSP/TEMPO
Pemerintah perlu mempertimbangkan hal tersebut, memberikan subsidi kepada berbagai lembaga pelatihan menjadi solusi ideal untuk mengatasi masalah ini. Jika sudah mendapatkan subsidi, pelatihan keterampilan kerja bisa dijangkau dengan harga murah. Dengan begitu semakin banyak orang akan berminat untuk mengikuti pelatihan tersebut sehingga memberikan mereka peluang besar untuk diserap oleh lapangan pekerjaan yang akan membuat angka pengangguran di Indonesia semakin menurun.
Selain itu lembaga-lembaga pelatihan tersebut diharapkan bisa bekerja sama dengan pihak perusahaan dalam melakukan proses perekrutan calon karyawan. Cara kerjanya adalah dengan menyaring orang-orang yang dianggap kompeten ketika mengikuti pelatihan keterampilan untuk bisa langsung disalurkan ke perusahaan yang membutuhkan.
Ketimpangan antara Jumlah Pelamar Kerja dan Kebutuhan Perusahaan
Career Talk UPH 'How to Love Your Life and Job' - Henry Manampiring (kiri), Priscilla Pangemanan (kedua dari kanan), Vancelia Wiradjaja (kanan)/TEMPO
Ketimpangan antara jumlah pelamar kerja, dan jumlah lowongan pekerjaan yang tersedia menjadi masalah serius di Indonesia. Data terakhir yang dihimpun jobstreet Indonesia pada periode Agustus 2022 menunjukkan total lowongan pekerjaan di Indonesia hanya berkisar di angka 39.842, sedangkan total pelamar aktif berjumlah 560.994. Sebuah fakta yang membuat mata terbelalak.
Menurut pandangan saya, pemerintah perlu meningkatkan kuantitas progam pelatihan wirausaha. Program ini bertujuan untuk menciptakan para pengusaha handal, dan produktif sehingga nantinya dapat membuka lapangan pekerjaan baru yang akan menekan tingginya angka pengangguran di Indonesia. Ketika saya membuka situs Kementrian Ketenagakerjaan (Kemnaker) ternyata sudah banyak program pelatihan untuk pengusaha, diharapkan dengan banyaknya unit pelatihan wirausaha dapat mendorong meningkatnya jumlah pengusaha yang mengelola UMKM sehingga masalah pengangguran cepat teratasi.
UMKM Sebagai Pemutus Rantai Pengangguran
Wirausaha berpotensi menyerap banyak tenaga kerja/TEMPO
Banyaknya UMKM yang bertebaran di Indonesia dapat mendongkrak pendapatan Produk Domestik Bruto (PDB), tentunya hal ini dapat membuat Indonesia semakin makmur dan sejahtera. Potensi penyerapan tenaga kerja melalui UMKM bisa menjadi garda terdepan dalam memutus rantai pengangguran di Indonesia, apalagi UMKM bisa menggaet orang-orang dengan berbagai macam latar belakang, serta tidak memandang tingkat pendidikan seseorang asalkan mau bekerja dengan giat. Indonesia memiliki potensi besar untuk perkembangan UMKM, hal ini disebabkan melimpahnya sumber daya alam yang ada di negara ini.
UMKM di Indonesia rata-rata bergerak di bidang sektor pertanian, dan perkebunan. Jika dilihat dari karakter masyarakat Indonesia yang memiliki minat tinggi pada bidang agraria, tentunya hal ini bisa dijadikan potensi untuk menyerap banyak tenaga kerja pada bidang tersebut. Pemerintah perlu mempertimbangkan potensi tersebut, memberikan subsidi dalam rangka mendukung pertumbuhan UMKM kecil adalah Langkah pertama untuk mengembangkan unit usaha rakyat yang ada di Indonesia, sejauh ini sudah ada langkah maju dari pemerintah dengan cara memberikan Kredit Usaha Rakyat (KUR) guna menggenjot perkembangan UMKM. Jika UMKM sudah stabil, serta mulai banyak melakukan ekpansi bisnis tentunya hal itu akan memberikan peluang untuk menyerap tenaga kerja lebih besar lagi.
Ikuti tulisan menarik Gregorian Tambuk lainnya di sini.