x

Masa depan bahasa Indonesia di era globalisasi

Iklan

Joseph Hiwakari

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 24 Maret 2023

Jumat, 5 Mei 2023 13:12 WIB

Bahasa Indonesia, Bahasa yang Penuh Kekayaan

Artikel ini akan membahas mengenai kekayaan Bahasa Indonesia dan mengapa sudah sepantasnya untuk diutamakan, dilestarikan, dan dipelajari oleh warga Indonesia maupun dunia.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman budaya yang melimpah. Keanekaragaman budaya yang ada membuat seorang individu dari suatu wilayah mempraktikkan bahasa daerahnya sendiri yang tidak dimiliki di daerah lain. Untuk memfasilitasi perbedaan bahasa tersebut, Bahasa Indonesia dibentuk sebagai bahasa resmi tanah air.

Sejarah pendirian Bahasa Indonesia sebetulnya telah melalui tahapan yang panjang. Menurut salah satu sumber kredibel, Bahasa Melayu pada awalnya merupakan bahasa yang dituturkan di seluruh wilayah Indonesia ratusan tahun silam. Ketika barter masih diberlakukan sebagai metode perdagangan utama, jauh sebelum kedatangan Bangsa Tionghoa ke Indonesia, Bahasa Melayu digunakan sebagai sarana untuk bertransaksi antara satu warga dengan yang lain.

Hingga akhirnya, Bangsa Belanda datang menjajah Indonesia selama 350 tahun. Selama masa penjajahan tersebut, Bahasa Indonesia digunakan sebagai sarana untuk melaksanakan komunikasi hingga negosiasi antara penjajah dengan masyarakat asli Indonesia. Di masa-masa inilah, Bahasa Melayu mulai bertransisi ke dalam Ejaan Belanda, seperti kata tj untuk "c", j untuk "y", dan oe untuk "u".

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selain itu, beberapa kosakata dari Belanda juga mulai digunakan secara masif di tanah air, seperti fabriek (pabrik) dan kantoor (kantor). Ejaan tersebut kini disebut sebagai Ejaan Indonesia Lama, dan pada tahun 1928, ketika rasa nasionalisme dan keinginan untuk merdeka begitu berkecamuk di dalam diri para pemuda, Bahasa Indonesia disahkan sebagai bahasa persatuan bagi seluruh keberagaman bahasa dan budaya yang ada di Indonesia. Hari tersebut kita kenal sebagai Hari Sumpah Pemuda, dan Bahasa Indonesia kini naik status sebagai bahasa resmi, yang diatur di dalam Pasal 36 UUD 1945.

Ejaan Bahasa Indonesia yang terbaru saat ini adalah EYD Edisi V yang dirilis pada saat Dirgahayu Republik Indonesia tahun 2022 silam. Kendati demikian, ragam bahasa yang ada tidak pernah luruh seiring dengan perkembangan zaman. Hal ini adalah salah satu faktor yang membuat Bahasa Indonesia lebih kaya dibandingkan bahasa lain yang ada di dunia. Peribahasa "umpama air digenggam tidak tiris", "bagai duri di dalam daging", maupun "adat pasang berturung naik", misalnya, memiliki makna dan amanat yang sulit dipahami secara gamblang. Selain itu, ada beberapa kata yang hingga saat ini sulit diartikan ke dalam bahasa lain, seperti "musyawarah mufakat", "gotong-royong", dan "wara-wiri".

Bagi masyarakat mancanegara, Bahasa Indonesia dianggap tidak memiliki intonasi yang terlalu rumit. Selain itu, Bahasa Indonesia tidak memiliki unsur maskulin ataupun feminim. Oleh karena itu, Bahasa Indonesia digolongkan sebagai satu dari sepuluh bahasa tersulit untuk dikenali melalui metode audio di dunia. Hal ini berdasarkan studi ilmiah The Language Game yang dilaksanakan oleh Skirgård pada tahun 2017. Kendati demikian, Bahasa Indonesia diketahui merupakan salah satu bahasa yang paling digemari untuk dipelajari oleh mahasiswa asing, sehingga beberapa universitas, seperti Waseda University (Jepang), University of Melbourne (Australia), hingga Harvard University (Amerika Serikat) kini membuka program studi maupun kelas tambahan Bahasa Indonesia. Bahkan, di kota Ho Chi Minh, Vietnam, pemerintah setempat pada tahun 2006 mengumumkan penetapan Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kedua di kota itu.

Mengingat bahwa Bahasa Indonesia memiliki fungsi sebagai bahasa persatuan, terdapat beragam nilai kebudayaan yang terkandung di dalamnya. Bahasa Indonesia sendiri merupakan adaptasi dari berbagai bahasa daerah yang tersebar di seluruh wilayah tanah air, sehingga kosakata seperti teteh (Bahasa Sunda), tresna (Bahasa Jawa), maupun beta (Bahasa Maluku) terdaftar di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Fitur kebudayaan di dalam Bahasa Indonesia ini sendiri yang juga membuat Bahasa Indonesia dapat dalam waktu yang cepat dipahami oleh wisatawan mancanegara dan dipercaya sebagai simbol perdamaian di dalam berbagai kegiatan taraf internasional.

Pada tahun 1977, misalnya, NASA melalui ekspedisi Voyager memilih Indonesia sebagai satu dari 55 negara di dunia untuk menampilkan rekaman suara alam, lagu daerah, maupun salam dalam Bahasa Indonesia. Selain itu, pada tahun 2018, di dalam perhelatan Asian Games 2018, Sheikh Ahmed Al-Fahad Al-Sabah di dalam acara penutup sempat menuturkan, "Indonesia... kami cinta kalian" karena mengaku takjub dengan persatuan di tengah keberagaman dan semangat pantang menyerah yang begitu dijunjung di Indonesia.

 

Ikuti tulisan menarik Joseph Hiwakari lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB