x

Ilustrasi Bullying

Iklan

Idatus sholihah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 19 November 2022

Sabtu, 6 Mei 2023 22:12 WIB

Bullying dan Psikologi Manusia

Bullying merupakan fenomena sosial yang patut dihindari. Lalu bagaimana kondisi psikis pelaku bullying?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Fenomena bullying akhir-akhir mendapatkan perhatian dari berbagai pihak sebab dampaknya begitu serius bagi kesehatan mental para korban. Namun, pernahkah menilik garis merah antara tindakan bullying dan kondisi mental para pelaku?

Para pelaku bullying seolah mendapatkan kepuasan atau rasa lega dalam dirinya setelah melontarkan hinaan, caci-maki, dan umpatan kepada korban. Jika ditelaah, pelaku memiliki persoalan emosi dalam diri yang tidak terkontrol dan tersalurkan dengan baik. Akhirnya hal tersebut menjadi pendorong untuk meluapkan emosi.

Misalnya saja, dalam sebuah sekolah terdapat insiden seorang anak yang gemar membully temannya hingga memukul secara fisik. Ketika ditelisik, sang anak mengaku bahwa dirinya memiliki pengelolaan emosi yang buruk, seperti ketika merasa kesal maka ia akan memukul. Ketika sedang bermain dengan teman dan ada tindakan yang tidak sesuai maka dengan mudah kemarahannya memuncak dan memaki-maki.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tindakan tersebut menunjukkan bahwa adanya respon yang dilakukan oleh pelaku bully seolah ia ingin menunjukkan kekuasaan, marah karena korban tidak berperilaku sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu pelaku mendapatkan kepuasan apabila membully teman. Karena itu, dengan adanya perilaku agresif yang terjadi membuat pelaku merasa senang untuk menyakiti korban.

Dengan demikian, faktor penyebab perilaku bullying diantaranya kondisi psikologis pelaku yang sulit mengendalikan diri dan mudah tersulut emosi amarah, pernah mendapat perlakuan sewaktu masa kecil dari orang tuanya seperti hukuman fisik (pukulan) dan omelan.

Tidak jauh dengan anak-anak, orang dewasa pun tak luput dari fenomena ini, di berbagai media sosial jika ditelaah begitu marak bullying di kolom komentar, unggahan media sosial. Peristiwa ini sudah menjadi fenomena umum yang patut diwaspadai. Bahkan pemerintah indonesia turut berupaya untuk menanggulangi maraknya cyber bullying dengan membuat platform  CSIS National Hate Speech Indonesia. Dalam laman tersebut disebutkan data lengkap perihal hatespeech tentang kaum minoritas, dasbor ujaran kebencian dengan melacak tren ujaran kebencian online di Indonesia.

Fenomena tersebut menunjukkan bahwa ada kondisi psikis yang patut diperbaiki oleh para individu. Seorang yang melontarkan komentar tidak baik di media sosial tak lain karena dirinya bingung untuk mengungkapkan emosi dan pikirannya, sehingga jalan akhir adalah mencaci untuk mendapatkan kelegaan emosional.

 

Seandainya seseorang tidak memiliki keterbatasan untuk mengungkapkan emosi, pasti dirinya akan berpikir ulang dan menimbang dengan benar apakah ucapannya sudah benar atau tidak.

 

 

Ikuti tulisan menarik Idatus sholihah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler