Selembayung dan Pudarnya Nuansa Melayu di Riau
Selasa, 9 Mei 2023 13:28 WIB
APALAGI yang tersisa di Riau ini? Pertanyaan itu terasa cukup menggelitik. Terlebih saat sesepuh Riau, Tenas Effendi, Ahad kemarin mempertanyakan soal rencana penggantian selembayung dengan kubah di atap Kantor Gubernur Riau.
Riau boleh dikatakan memang sangat sedikit meninggalkan jejak sejarah. Kecuali Istana Siak yang masih berdiri kokoh, banyak benda bersejarah lainnya seperti hilang ditelan bumi. Mesjid Raya Senapelan yang dulu berarsitektur semikuno, misalnya, kini telah disulap menjadi mesjid modern. Kalau tak ada kuburan kuno di sisinya, bisa saja orang mengatakan ini adalah mesjid baru.
Kerinduan akan suasana Melayu juga sudah sangat sulit didapatkan. Anak-anak yang bermain dengan tuturkata Melayu, seperti yang kita dengar dalam dialog film Upin & Ipin, kini boleh dikatakan sudah tak ada lagi. Ironisnya, bocah-bocah tersebut juga tak berbicara dalam Bahasa Indonesia, yang juga berindukkan Bahasa Melayu. Dialek Minang kini sudah menjadi bahasa kelaziman di Riau. Murid kelas 1 SD, misalnya, selalu menghitung dengan: ciek, duo, tigo, ampek...
Melayu yang dikaitkan dengan Islam kini juga semakin memudar. Para gadis di Riau kini banyak yang berani berkeliaran di luar rumah tanpa memakai jilbab. Tempat hiburan malam juga kini menjamur di pusat kota, sehingga membuat nilai-nilai Melayu telah berubah. Para pemuka adat Melayu, nyaris tak pernah lagi mempersoalkan hal-hal seperti itu.
Memudarnya nuansa Melayu di tempat asalnya sendiri memang merupakan suatu keprihatinan. Untuk mengembalikannya seperti semula pun sudah seperti menjadi langkah yang mustahil. Apalagi, jumlah warga Melayu yang mendukung adatnya sendiri pun telah semakin berkurang.
Para pendatang secara perlahan menyebabkan terjadinya paradigma baru Riau menjadi kawasan multietnis. Namun, setidaknya, agar tetap ada kenangan Riau sebagai tanah Melayu, pemerintah provinsi maupun kota dan kabupaten mengharuskan agar seluruh bangunan baru harus memasang selembayung di bagian atas rumah.
Selembayung adalah ornamen khusus rumah bercirikan Melayu yang di bagian atap tertinggi. Sudah sejak masa Orde Baru dibuat peraturan yang mewajibkan seluruh bangunan rumah bertingkat Riau agar memakai selembayung di atapnya. Ketentuan ini juga berlaku untuk semua kantor, terutama instansi pemerintah. Karena bentuk dan warna yang nyaris seragam, bangunan-bangunan ini pun jadi kelihatan semakin indah.
Namun, begitu menduduki jabatan gubernur Riau, Annas Ma'amun pun memutuskan akan mengubah selembayung menjadi bentuk kubah. Alasannya, karena bentuk kubah lebih indah.
Semasa jadi Bupati Rokanhilir, dia memang telah menjadikan kabupaten ini sebagai negeri seribu kubah. Tapi, tampaknya tak mudah bagi Annas untuk menerapkan pola yang sama di Pekanbaru. Sebab, diperkirakan akan banyak fihak yang memerotes. Selembayung inilah memang yang tersisa dari identitas Melayu di Riau. (*)
Catatan terbuang sayang. Pekanbaru, 20 April 2014
Irwan E. Siregar
0 Pengikut
Berbuat Tak Senonoh di Mal, Kakek 73 Tahun Diseret ke Pengadilan
Minggu, 21 Mei 2023 16:36 WIBHPN Jadi Ajang Promosi Kelapa
Jumat, 19 Mei 2023 10:03 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler