Anonim (14)

Jumat, 12 Mei 2023 13:24 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Anonim (14). Kenangan. Angan tiba ataupun telah lalu. Puisi, menulis kejujuran cerita perasaan. Transendental jernih jiwa. Cerita perjalanan kasih sayang atau apapun. Salam cinta saudaraku.

Rumah, tempat berteduh, bercengkerama, bertukar pikir, membangun ide atau hal lain, diperlukan oleh hidup penghuninya. 

Kalau rumah setan tentu hal pokoknya dialektika persetanan, juga termasuk rumah lain-lain, tentu berurusan dengan lain-lain. Disita atau disegel, oleh, nah ...

Rumah pohon, bangunan kecil, sedang atau cukup besar bergantung pada pokok pohonnya. Tempat bermain, masa kecil, rumah dunia imajinasi. Tentu ada banyak kisah di dalamnya, ketika kedewasaan memicu angan kembali pulang pada kenangan. 

Berwarna kisah-kisah telah berlalu, seolah-olah dibangkitkan imaji. Kaleidoskopis, tampil indah beraturan atau mungkin saja melompat-lompat. Rumah, tempat makhluk, insan kamil pulang. 

Burung-burung walet kesarangnya memberi manfaat pada makhluk lain, setelah sejak pagi berangkat bekerja, para elang sibuk menyusui anaknya sebelum berangkat memburu mangsa. 

Anak ayam riang berkotek sepagi subuh. Para bebek ramai memberi telur. Kerbau sibuk di sawah bertenaga menemani petani, membajak tanah, sekarang udeh pake traktor kale, industri kemodernan.

Berumah di kolong langit, berangin-angin, mendaki pegunungan, bukit-bukit, mandi air terjun, terasa pulang setelah lelah mendaki. Oksigen, memberi wawasan kemitraan kehidupan, cinta, air mata kasih ataupun amarah, kewajaran mengarungi relung realitas. 

Lantas berani memberi maaf, apapun kecemburuan, sila berlalu, sebab hati hanya ingin lega, gembira, bebas merdeka, ngakak, senyum penuh bunga.

Ibu, ayah, menyambut salam, senyumnya surga awal mula ke rumah. Menunggu kakak atau adik pulang, kerinduan berikutnya ada di rumah. 

Sejiwa, belahan hati tak lengkap di meja makan, menunggu hadirnya. Hidangan hanya ketentuan pelengkap santapan duniawi bagi tubuh bukan bagi jiwa. Rumah cinta, bukan sekadar dongeng untuk cerpen atau novel. Kewajiban menghadirkannya.

Langit, memberi warna nurani, makna kurva horizon, mencipta cakrawala. Terbuka sepanjang peradaban berganti musim. Luas pandangan, tebar cinta di hati, hapus fatamorgana. Buka jendela lebar-lebar. Biarkan berkat datang pergi sesuka hati.

Rumah tanpa bunga di jambangan, bagai sepi tak berpuisi. Stasiun tanpa kereta api, halte tanpa bus berhenti, kehidupan tak lalulalang, tak mungkin menerka kisah akan tertulis. 

***

Jakarta Indonesiana, Mei 12, 2023.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Taufan S. Chandranegara

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Fiksi

img-content
img-content
img-content
Lihat semua