x

Ilustrasi kejahatan di dunia maya. Imaji oleh S. Hermann \x26amp; F. Richter di Pixabay

Iklan

Ida Bagus Indra Dewangkara

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 7 April 2023

Rabu, 17 Mei 2023 17:03 WIB

Mengenal Ransomware, Serangan Siber yang Menyerang BSI

Kasus serangan siber yang menimpa Bank Syariah Indonesia (BSI) menimbulkan kehebohan. Perlu diketahui, serangan siber yang dikonfirmasi menimpa BSI adalah Ransomware. Apa, sih, Ransomware itu? Bagaimana cara mencegahnya?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dalam era digital yang semakin maju serangan siber telah menjadi ancaman serius bagi berbagai sektor, termasuk sektor perbankan. Salah satu insiden terbaru yang mencuat ke permukaan adalah serangan ransomware yang menyerang Bank Syariah Indonesia (BSI).

Serangan ini menjadi pengingat penting tentang betapa pentingnya memahami ransomware dan upaya yang perlu dilakukan untuk melindungi institusi keuangan dari serangan siber semacam ini. Dalam artikel ini kita akan mengenal ransomware serta solusi menghadapinya.

Ransomware adalah jenis serangan siber yang bertujuan mengenkripsi data pada sistem yang terinfeksi dan kemudian meminta tebusan kepada korban agar data tersebut dapat dikembalikan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Secara umum, serangan Ransomware sering kali dimulai dengan upaya phishing melalui email atau tautan yang meragukan. Apabila tautan itu diklik maka ia akan  menginfeksi sistem target dengan ransomware.

Begitu data terenkripsi, para penyerang akan memberikan instruksi kepada korban tentang cara membayar tebusan, biasanya dalam bentuk mata uang digital seperti bitcoin.

Serangan ransomware yang menyerang BSI menunjukkan bahwa sektor perbankan, termasuk bank syariah seperti BSI, tidak luput dari risiko serangan siber.

Bank-bank memiliki data yang sangat sensitif, termasuk informasi keuangan dan pribadi nasabah, yang menjadi target empuk bagi para penyerang.

Serangan semacam ini dapat mengakibatkan kerugian finansial yang signifikan, serta merusak reputasi bank yang terkena dampak.

Solusi yang Dapat Diterapkan

Untuk melindungi diri dari serangan ransomware, institusi keuangan, termasuk BSI, perlu mengambil langkah-langkah pencegahan yang efektif.

Berikut adalah beberapa solusi masalah yang dapat diterapkan:

1.    Pembaruan Perangkat Lunak

Pembaruan perangkat lunak adalah langkah kritis dalam menjaga keamanan sistem. Saat vendor perangkat lunak merilis pembaruan atau patch keamanan, hal ini seringkali berarti mereka telah menemukan dan memperbaiki kerentanan yang dapat dieksploitasi oleh para penyerang.

Oleh karena itu, penting bagi BSI untuk selalu memperbarui sistem operasi dan perangkat lunak bank mereka dengan versi terbaru.

Melalui pembaruan rutin ini, BSI dapat memastikan bahwa mereka memiliki lapisan keamanan yang lebih kuat dan dapat melindungi sistem mereka dari serangan ransomware.

2.    Sistem Keamanan yang Kuat

Infrastruktur keamanan yang solid sangat penting dalam melindungi BSI dari serangan ransomware. Pertama, BSI perlu memiliki firewall yang andal yang dapat memantau dan mengendalikan lalu lintas jaringan.

Firewall bertindak sebagai pagar pertama yang mencegah akses yang tidak sah atau mencurigakan ke dalam jaringan. Selain itu, sistem deteksi ancaman yang canggih harus diimplementasikan untuk mengidentifikasi dan menghadapi serangan yang sedang berlangsung.

Teknologi-teknologi ini akan memonitor aktivitas jaringan secara terus-menerus dan memberikan peringatan dini saat ada indikasi serangan ransomware.

Terakhir, perangkat lunak antivirus yang mutakhir harus digunakan untuk mendeteksi dan menghapus ransomware yang sudah masuk ke dalam sistem.

3.    Pendidikan dan Pelatihan Karyawan

Karyawan BSI memainkan peran penting dalam menjaga keamanan sistem dan mencegah serangan ransomware. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mereka tentang ancaman siber, termasuk serangan ransomware.

Melalui pelatihan reguler, karyawan dapat mempelajari taktik dan teknik yang digunakan oleh para penyerang, serta tindakan pencegahan yang harus diambil.

Mereka dapat diajarkan untuk mengidentifikasi tanda-tanda serangan phishing, memeriksa keaslian email dan lampiran yang mencurigakan, dan melaporkan aktivitas yang mencurigakan kepada tim keamanan.

Dengan pemahaman yang lebih baik tentang serangan ransomware, karyawan BSI dapat menjadi pertahanan pertama dalam melawan serangan tersebut.

4.    Pengawasan Aktivitas Jaringan

Pengawasan aktif dan pemantauan terhadap aktivitas jaringan sangat penting dalam mendeteksi dan merespons serangan ransomware dengan cepat.

BSI perlu mengimplementasikan solusi pemantauan aktivitas jaringan yang canggih untuk memonitor lalu lintas jaringan, mengidentifikasi indikasi serangan seperti upaya phishing atau malware, dan memberikan peringatan dini kepada tim keamanan.

Dengan memiliki sistem pemantauan yang efektif, BSI dapat secara proaktif merespons serangan ransomware dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk menghentikan penyebarannya sebelum mencapai sistem yang lebih luas.

5.    Backup dan Pemulihan Data

Salah satu langkah kunci dalam melindungi BSI dari serangan ransomware adalah dengan melakukan backup data secara teratur dan menyimpan salinan cadangan di lokasi yang aman dan terpisah dari jaringan utama.

Backup data merupakan langkah yang penting karena jika sistem terinfeksi ransomware dan data menjadi terenkripsi, BSI dapat mengembalikan data yang hilang atau terkunci dari salinan cadangan yang tersedia.

Proses backup harus dilakukan secara teratur dan diatur dalam jadwal yang konsisten. Data yang perlu di-backup meliputi informasi nasabah, transaksi keuangan, basis data, dan sistem operasi. Backup data dapat dilakukan dengan menggunakan media penyimpanan yang aman, seperti server eksternal, hard disk terpisah, atau cloud storage yang memiliki mekanisme keamanan yang kuat.

Penting juga untuk memastikan bahwa salinan cadangan tersebut terpisah secara fisik dari jaringan utama. Hal ini penting agar data cadangan tidak terpengaruh jika jaringan utama terinfeksi atau diserang oleh ransomware. Salinan cadangan harus ditempatkan di tempat yang aman, seperti ruangan server yang terkunci atau penyimpanan off-site yang terlindungi dengan baik.

Selain melakukan backup data, BSI juga perlu memiliki rencana pemulihan yang terperinci. Rencana ini mencakup langkah-langkah yang harus diambil jika terjadi serangan ransomware, termasuk pengisolasian sistem terinfeksi, pemulihan data dari salinan cadangan, dan pemulihan operasional secara keseluruhan.

Rencana pemulihan ini harus diuji secara berkala untuk memastikan keefektifannya dan agar tim IT terlatih dalam menghadapi situasi darurat.

6.    Proteksi Email dan Filterisasi Konten

Serangan ransomware sering kali dimulai melalui email phishing yang mengandung tautan atau lampiran berbahaya. Oleh karena itu, BSI perlu menggunakan solusi keamanan email yang kuat untuk mengidentifikasi dan memblokir email phishing serta menghapus spam.

Solusi ini harus dilengkapi dengan fitur pengenalan pola dan pemindaian otomatis yang dapat mendeteksi dan memblokir email yang mencurigakan sebelum mencapai pengguna.

Selain itu, filterisasi konten juga sangat penting dalam mencegah serangan ransomare. Filterisasi konten dapat memfilter tautan dan lampiran yang mencurigakan berdasarkan parameter yang ditentukan.

Dengan menerapkan langkah ini, BSI dapat mengurangi risiko pengguna mengklik tautan atau membuka lampiran yang berpotensi menginfeksi sistem dengan ransomware.

7.    Kesadaran Pengguna

Edukasi dan kesadaran pengguna merupakan faktor kunci dalam melindungi BSI dari serangan ransomware. BSI harus memberikan edukasi kepada nasabah dan pengguna layanan perbankan mengenai taktik penipuan online, seperti phishing dan serangan ransomware.

Nasabah dan pengguna perlu diberikan panduan dan informasi tentang cara mengenali email atau situs web yang mencurigakan.

Mereka juga harus diberi pemahaman tentang tindakan yang harus diambil jika merasa terkena serangan ransomware, seperti tidak membayar tebusan kepada penyerang dan segera melaporkan kepada tim keamanan BSI.

Selain itu, BSI dapat menyediakan sumber daya dan materi pendidikan yang mudah diakses bagi nasabah dan pengguna layanan perbankan.

Hal ini dapat berupa artikel, infografis, atau video yang menjelaskan tentang serangan ransomware, tanda-tanda peringatan, dan langkah-langkah pencegahan yang dapat diambil.

Dengan meningkatkan pemahaman pengguna tentang serangan ransomware, BSI dapat membangun kesadaran dan membantu mereka menjadi lebih waspada terhadap ancaman tersebut.

8.    Pengecekan Keamanan Pihak Ketiga

BSI perlu melakukan pengecekan keamanan secara teratur terhadap mitra pihak ketiga yang bekerja dengan mereka, seperti vendor perangkat lunak atau penyedia layanan IT.

Pengecekan ini bertujuan untuk memastikan bahwa mitra tersebut juga menerapkan langkah-langkah keamanan yang kuat.

BSI harus memastikan bahwa mitra pihak ketiga memiliki kebijakan keamanan yang ketat, melindungi sistem dan data yang terkait dengan BSI, serta memiliki mekanisme pengawasan dan pemantauan yang memadai untuk mendeteksi dan mengatasi serangan ransomware.

9.    Rencana Tanggap Darurat

Rencana tanggap darurat merupakan bagian penting dari strategi keamanan BSI. Rencana ini harus disusun dengan detail dan teruji untuk menghadapi serangan ransomware.

Rencana tanggap darurat mencakup langkah-langkah pengisolasian sistem yang terinfeksi untuk mencegah penyebaran lebih lanjut, pemulihan data dari salinan cadangan yang tersedia, serta komunikasi yang efektif dengan pihak berwenang dan nasabah.

Dalam rencana tanggap darurat, BSI harus menetapkan peran dan tanggung jawab yang jelas bagi tim keamanan dan tim manajemen dalam mengatasi serangan ransomware. Komunikasi yang efektif dengan pihak berwenang, seperti lembaga penegak hukum, juga penting dalam memberikan bantuan dan mendukung proses investigasi.

Rencana tanggap darurat harus secara teratur diuji dan dievaluasi untuk memastikan kehandalan dan efektivitasnya. Selama pengujian, berbagai skenario serangan ransomware harus disimulasikan untuk menguji respons tim keamanan dan kemampuan pemulihan data.

Hasil pengujian harus digunakan untuk memperbaiki dan memperbarui rencana tanggap darurat agar selalu relevan dan responsif terhadap ancaman yang terus berkembang.

Sebagai penutup, perlu saya sampaikan bahwa keamanan siber adalah tanggung jawab bersama. Seluruh industri perbankan dan lembaga keuangan perlu bekerja sama dalam membangun pertahanan yang kuat terhadap serangan ransomware.

Dengan melakukan kerjasama, pertukaran informasi, dan pembelajaran dari pengalaman, kita dapat meningkatkan keamanan dan melindungi sektor keuangan dari ancaman siber yang terus berkembang.

Ikuti tulisan menarik Ida Bagus Indra Dewangkara lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB