x

kemerdekaan belajar bersama

Iklan

Iim Imrotin

Guru Bahasa Indonesia
Bergabung Sejak: 10 Maret 2022

Rabu, 17 Mei 2023 13:10 WIB

Merdeka Belajar: Ketimpangan Akses dan Kesenjangan Digital

Artikel ini berupaya mendeskripsikan ketimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan merdeka belajar. Ketimpangan tersebut berupa akses dalam memperoleh informasi juga pemanfaatan media digital.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ketimpangan akses dan kesenjangan digital menjadi masalah serius yang dapat menghambat implementasi Merdeka Belajar. Hal ini terjadi karena akses terhadap teknologi informasi dan komunikasi tidak merata, terutama antara daerah perkotaan dan pedesaan. Beberapa daerah atau sekolah mungkin tidak memiliki infrastruktur yang memadai untuk mendukung penggunaan teknologi dalam pembelajaran. Sebaliknya, siswa dan sekolah di daerah perkotaan mungkin lebih mudah mengakses teknologi dan mendapatkan manfaat dari Merdeka Belajar.

Kesenjangan digital dapat memperparah ketimpangan akses pada pendidikan, di mana siswa di daerah pedesaan atau miskin mungkin tidak memiliki akses terhadap teknologi dan sumber daya yang sama dengan siswa di daerah perkotaan atau kaya. Hal ini dapat memperburuk kesenjangan pendidikan dan keterampilan, yang dapat memengaruhi kesempatan siswa untuk sukses di masa depan.

Pemerintah dan lembaga pendidikan perlu meningkatkan investasi pada infrastruktur teknologi dan meningkatkan akses internet di seluruh negeri, terutama di daerah-daerah terpencil atau miskin. Pendidikan tentang teknologi dan penggunaannya juga perlu ditingkatkan untuk memastikan bahwa siswa dari semua latar belakang memiliki kesempatan yang sama dalam mengakses dan memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran. Selain itu, perlu dilakukan upaya untuk memperkuat literasi digital dan memberikan pelatihan yang memadai bagi guru dalam penggunaan teknologi dalam pembelajaran.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ketimpangan akses dan kesenjangan digital dipengaruhi oleh berbagai faktor. Misalnya, Infrastruktur dan konektivitas yang terbatas, keterbatasan akses perangkat, kurangnya keterampilan digital, konten pendidikan yang terbatas, dan kesenjangan sosial dan ekonomi.

Pertama, di pedesaan sering kali menghadapi tantangan dalam hal ketersediaan infrastruktur telekomunikasi yang memadai. Hal ini dapat berarti akses internet yang terbatas, koneksi yang tidak stabil, atau bahkan tidak adanya akses internet sama sekali. Infrastruktur yang kurang memadai ini menghambat akses siswa, guru, dan masyarakat pedesaan ke sumber daya digital dan peluang pembelajaran online.

Program pemerintah seperti pembangunan infrastruktur telekomunikasi di daerah pedesaan untuk meningkatkan konektivitas internet masih dipandang kurang efektif. Walaupun program ini melibatkan peningkatan jaringan telekomunikasi dan pemasangan infrastruktur seperti menara telekomunikasi, kabel serat optik, atau jaringan nirkabel untuk meningkatkan akses internet di desa, tetapi hanya sebagian besar desa saja yang masih terjangkau, selebihnya masih belum.

Program pemerintah yang lain seperti, Program Subsidi Akses Internet. Program ini diakui sebagai terobosan terbaru permerintah untuk mengatasi ketimpangan akses dan kesenjangan digital. Progm bantuan keuangan kepada masyarakat pedesaan untuk mendapatkan akses internet yang terjangkau diharapkan dapat menjadi obat masalah ketimpangan akses di pedesaan. Namun, di sisi lain, subsidi yang berupa pembebasan biaya langganan internet, penurunan harga paket internet, atau program khusus untuk masyarakat berpendapatan rendah di desa ini di nilai belum tepat sasaran karena penggunaan dannya diperuntukkan untuk yang lain.

Kedua, keterbatasan akses perangkat: Di pedesaan, terdapat keterbatasan akses terhadap perangkat teknologi seperti komputer, laptop, atau tablet. Keluarga di pedesaan mungkin tidak memiliki kemampuan finansial untuk membeli perangkat ini atau tidak memiliki pengetahuan tentang manfaatnya dalam pendidikan. Akibatnya, siswa di pedesaan mungkin menghadapi kesulitan dalam mengakses dan menggunakan perangkat digital untuk pembelajaran.

Ketiga, kurangnya keterampilan digital: Tingkat literasi digital dan keterampilan teknologi di pedesaan mungkin lebih rendah dibandingkan dengan daerah perkotaan. Siswa, guru, dan masyarakat pedesaan mungkin memiliki akses terbatas terhadap pelatihan dan pendidikan dalam hal penggunaan teknologi. Kurangnya pemahaman dan keterampilan teknologi ini dapat menjadi hambatan dalam mengoptimalkan manfaat dari sumber daya digital. Demikian juga dengan konten pendidikan yang terbatas. Di beberapa daerah pedesaan, terdapat keterbatasan akses terhadap konten pendidikan digital yang berkualitas. Konten pendidikan yang relevan dan sesuai dengan kurikulum mungkin tidak tersedia atau tidak mudah diakses di pedesaan. Hal ini dapat mempengaruhi keberagaman dan kualitas pembelajaran yang dapat diperoleh siswa di pedesaan.

Keempat, kesenjangan sosial dan ekonomi: Kesenjangan sosial dan ekonomi juga dapat memainkan peran dalam ketimpangan akses dan kesenjangan digital di pedesaan. Keluarga dengan tingkat pendapatan rendah mungkin tidak mampu membeli perangkat teknologi atau membayar biaya internet. Hal ini dapat memperparah kesenjangan pendidikan antara siswa di pedesaan dan perkotaan.

Solusi yang dipandang efektif ialah membangun infrastruktur dan konektivitas. Meningkatkan investasi dalam pembangunan infrastruktur telekomunikasi di daerah pedesaan, termasuk pemasangan menara telekomunikasi dan jaringan serat optik. Selain itu, pengembangkan alternatif konektivitas seperti jaringan nirkabel atau teknologi satelit untuk daerah yang sulit dijangkau secara fisik. Sangat pentinya juga untuk mendorong kemitraan antara pemerintah, perusahaan telekomunikasi, dan organisasi non-pemerintah untuk memperluas jangkauan internet di pedesaan.

Dengan mengatasi ketimpangan akses dan kesenjangan digital di pedesaan, masyarakat desa akan memiliki akses yang lebih luas terhadap sumber daya pembelajaran yang tersedia secara online, seperti materi pembelajaran digital, sumber daya pustaka digital, platform pembelajaran daring, dan instruksi dari guru secara virtual. Ini memungkinkan siswa di pedesaan untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang lebih luas sesuai minat mereka, tidak terbatas pada sumber daya lokal yang terbatas.

Selain itu, dengan literasi digital dan keterampilan teknologi yang ditingkatkan, siswa di pedesaan akan dapat memanfaatkan sumber daya digital dengan lebih efektif. Mereka dapat belajar mandiri, melakukan penelitian, berkomunikasi dengan guru dan siswa dari tempat lain, serta mengembangkan kreativitas mereka melalui penggunaan teknologi. Ini sejalan dengan semangat Merdeka Belajar yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengatur cara mereka belajar dan mengeksplorasi potensi diri mereka.

Berikutnya, dengan adanya konten pendidikan digital yang berkualitas dan relevan yang tersedia, Merdeka Belajar dapat terwujud dengan lebih baik di pedesaan. Siswa dapat memilih materi pembelajaran yang sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka, mengakses sumber daya yang beragam, dan mengembangkan minat khusus atau keahlian dalam bidang tertentu.

Seluruh upaya untuk mengurangi ketimpangan akses dan kesenjangan digital di pedesaan memiliki tujuan akhir untuk memberikan kesempatan yang setara bagi siswa di pedesaan untuk merdeka dalam belajar, mengakses sumber daya pendidikan yang berkualitas, dan mengembangkan potensi mereka secara optimal.

Ikuti tulisan menarik Iim Imrotin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu