x

Sumber:Merdeka.com/Faiq

Iklan

Harrist Riansyah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 7 April 2023

Minggu, 21 Mei 2023 17:30 WIB

Ganjar Bisa Bernasib Seperti Ahok

Tidak hanya isu nama cawapres pendamping Ganjar yang menjadi perhatian. Arah dukungan Presiden Jokowi juga menjadi pertanyaan banyak pihak. Karena meski merupakan kader dari PDIP Presiden Jokowi nampaknya lebih condong mendukung Prabowo Subianto yang merupakan Menteri Pertahanan sekaligus Ketum Gerindra.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sudah hampir satu bulan sejak Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mengumumkan calon presiden mereka yaitu Ganjar Pranowo yang merupakan Gubernur Jawa Tengah untuk Pilpres 2024. Namun dalam pengumuman Ketum Megawati Soekarnoputri di kediamannya, Batu Tulis, masih belum ada nama calon wakil presiden (cawapres) yang akan mendampingi Ganjar. Meski demikian sudah ada beberapa nama yang mencuat dalam pemberitaan, seperti Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, Menteri BUMN sekaligus Ketum PSSI, Erick Thohir, dan ulama Nahdlatul Ulama seperti Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar.  

Tidak hanya isu nama cawapres pendamping Ganjar yang menjadi perhatian. Arah dukungan Presiden Jokowi juga menjadi pertanyaan banyak pihak. Karena meski merupakan kader dari PDIP Presiden Jokowi nampaknya lebih condong mendukung Prabowo Subianto yang merupakan Menteri Pertahanan sekaligus Ketum Gerindra. Hal ini terlihat dimana Jokowi Bersama Prabowo Subianto dalam acara kenegaraan tepat sehari setelah puncak acara musyawarah rakyat (musra) yang diadakan oleh organisasi relawan Jokowi yang dimana dalam pidatonya Jokowi menyebutkan pemimpin yang berani dan publik lebih memprediksi sosok yang dimaksud merupakan Prabowo yang memiliki latar belakang militer.

Selain musra para relawan Jokowi terlihat mulai menunjukkan dukungan mereka kepada calon-calon presiden yang dianggap bisa melanjutkan pemerintahan Jokowi dan memiliki peluang besar untu memenangkan Pilpres nanti yaitu Prabowo dan Ganjar. Media sosial kita bisa melihat bagaimana para pendukung Prabowo dan Ganjar mempromosikan pilihan mereka terkhususnya pendukung Ganjar yang terlihat sangat militan diberbagai media sosial dengan membanggakan kinerja Ganjar selama menjadi Gubernur Jawa Tengah. Tidak hanya membanggakan kinerja Ganjar para pendukung ini terlihat sangat militan dalam menjelek-jelekkan calon lain dengan menebar isu-isu yang berkaitan politik identitas ataupun dosa-dosa masa lalu pesaing Ganjar, seperti yang dialami oleh Prabowo yang para pendukung Ganjar ini menggemakan lagi isu-isu kerusuhan 98 dan berkaitan dengan aksi 212. Tidak hanya para pendukung biasa, pendukung yang memiliki popularitas tinggi seperi Denny Siregar dan pendiri SMRC, Saiful Mujani yang sangat masif di media sosial mereka mengkritik Prabowo dan Anies Baswedan yang merupakan dua calon terkuat dalam menghadapi Ganjar. Belakangan seiring gagalnya Piala Dunia U-20 di Indonesia yang sosok Ganjar menjadi pihak paling disalahkan membuat elektabilitasnya dengan Prabowo Subianto menjadi tipis dan berada pada margin of error survei sehingga peluang keduanya untuk menang menjadi seimbang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tidak Belajar dari Kasus Ahok

Apa yang dilakukan para pendukung Ganjar sekarang ini dengan menjelek-jelekkan calon lain mirip seperti yang terjadi pada Pilkada 2017 yang dimana para pendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok/BTP) melakukan penyerangan kepada calon lain yaitu Anies Baswedan dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Mirip seperti sekarang pada Pilkada DKI Jakarta 2017 ketiga calon tidak ada yang mampu memenuhi elektabilitas lebih dari 50% untuk memenangkan pemilihan satu putaran bahkan tidak ada yang tembus 40% sehingga pemilihan diharuskan dua putaran yang pada ketika itu sangat kental politik identitas dan juga para pendukung Ahok ketika itu yang sangat militan untuk mendukung idolanya menjadi bumerang bagi pasangan Ahok-Djarot ketika itu karena pendukung AHY yang menduduki peringkat ketiga justru mayoritas berpindah ke pasangan Anies-Sandi sehingga memenangkan Pilkada ketika itu.

Seharusnya para pendukung Ganjar belajar yang terjadi pada Ahok pada Pilkada 2017 untuk tidak terlalu mengkritik atau bahkan menjelek-jelekkan calon lain mengingat kemungkinan besar Pilpres tahun depan akan dilakukan dua putaran sehingga limpahan suara lawan dari putaran satu menjadi penting.  

Tidak pede melawan Prabowo

Meski terkesan tidak belajar dari pengalaman Ahok, namun orang-orang yang melakukan hal ini bukan sembarangan orang bahkan memiliki sebuah lembaga survei. Jadi kemungkinan lain kenapa para pendukung Ganjar ini terkesan die hard dimedia sosial karena ketakutan mereka harus menghadapi dua putaran yang berarti ingin memenangkan hanya satu putaran atau tidak ingin berhadapan dengan Prabowo Subianto pada putaran kedua. Hal ini beralasan karena mayoritas lembaga survei membuat simulasi dua putaran yang dimana Ganjar berpeluang kalah jika berhadapan dengan Prabowo dan mempunyai peluang besar menang menghadapi Anies Baswedan.

Jika alasan ini yang membuat para pendukung mereka mengkritik pihak lawan terutama Prabowo Subianto maka bisa dibilang cukup beralasan para pendukung Ganjar untuk paling tidak bisa mengambil suara Prabowo karena lebih masuk akal para pendukung Prabowo memindahkan dukungannya ke Ganjar dibandingkan pendukung Anies memindahkan suaranya ke Ganjar jika salahsatu gagal masuk putaran kedua Pilpres nantinya.

Benar atau tidak alasan-alasan yang menjadi penyebab para pendukung Ganjar mengkritik dan menjelek-jelekkan calon lain. Tetapi apapun alasannya hal tersebut merupakan hal yang buruk dan tidak sepatutnya dilakukan apapun alasannya. Selain menyalahi norma yang berlaku, ini bisa menimbulkan polarisasi yang bertambah parah setelah Pilkada 2017 dan Pilpres 2019 yang akibat kedua pemilihan tersebut membuat masyarakat benar-benar terbelah dan memunculkan dendam yang sangat sulit hilang. Jadi seharusnya para pendukung capres tidak hanya Ganjar tidak perlu menjelek-jelekkan calon lain, jika kritik bisa dilakukan dengan batasan yang masuk akal (tidak sampai menimbulkan hoax dan perpecahan) dan lebih memfokuskan kelebihan calon andalan mereka dibandingkan calon lain.

Ikuti tulisan menarik Harrist Riansyah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler