Perkembangan pendidikan di Indonesia telah melewati jalan yang sangat panjang dan berliku. Maka daripada itu, semua anak berhak memperoleh pendidikan yang sama antara satu dengan yang lainnya. Termasuk anak-anak yang memiliki keistimewaan khusus.
Karena setiap anak memiliki keistimewaannya masing-masing, maka, sistem pendidikan yang ditempuh pun pastinya akan berbeda dari setiap anak atau individu.
Kita pastinya telah mengenal apa itu SDLB, Sebuah sekolah yang menampung beberapa jenis keistimewaan pada anak, salah satunya adalah tunanetra.
Ada banyak program atau kegiatan yang diselenggarakan guna membantu para tunanetra di Indonesia. Salah satunya adalah kegiatan komputer berbicara, atau biasa disingkat Kombira.
Kombira digagas oleh Syifa Urrachmah pada Juli 2016, yang dilakukan di Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Banda Aceh. Tujuan Syifa dalam program ini adalah untuk memperkenalkan media komputer bicara bagi siswa tunanetra di SDLB Negeri Banda Aceh agar siswa yang memiliki keistimewaan lebih dapat meningkatkan motivasi belajar mereka.
Kombira digagas oleh Syifa karena ia menemukan fenomena penurunan motivasi belajar siswa tunanetra di SDLB Negeri Banda Aceh. Setelah ditelusuri, Syifa menemukan hal tersebut diakibatkan karena minimnya media belajar bagi mereka. Selama ini mereka hanya menggunakan huruf braille, padahal teknologi komputer bicara untuk siswa yang memiliki keistimewaan khusus (tunanetra) telah berkembang dengan pesat.
Adapun rangkaian kegiatan yang diberikan oleh Syifa adalah pengenalan hardware dan software, pengetikan 10 jari dan pengenalan tombol keyboard, pengenalan program screen reader, membuat dokumen di Microsoft Word, serta mengakses internet untuk mencari informasi pelajaran.
Kegiatan Kombira yang digagas oleh Syifa ini juga didukung oleh kampusnya, yaitu kampus Syiah Kuala Universitas. Dan juga mendapatkan dukungan dan bantuan dari Dinas Pendidikan Provinsi Aceh dan kota Banda Aceh.
Saat ini, Kombira sudah diterapkan di berbagai tempat, seperti SLB di kota Banda Aceh. Kini, para siswa yang memiliki keistimewaan lebih ini sudah dapat bersaing di dunia pendidikan maupun dunia kerja. Setelah dilakukan sosialisasi dan pelatihan, 7 orang siswa yang memiliki keistimewaan tunanetra telah mampu mengetik 10 jari, membuat tulisan melalui Microsoft Word, mengakses Google untuk mencari informasi, dan mengirim pesan kepada orang lain melalui email.
Kegiatan lanjutan yang ingin dilakukan Syifa adalah membuat pelatihan lanjutan untuk mengasah kemampuan siswa yang memiliki keistimewaan khusus. Dan jika dana mencukupi, maka akan diadakan pelatihan dengan mendatangkan pelatih dari luar Aceh yang ahli dibidang komputer bicara untuk tunanetra.
Syifa dan berharap melalui programnya ini, para penyandang keistimewaan tunanetra akan bisa bersaing, baik di dunia pendidikan maupun di dunia kerja. Syifa juga berharap Kombira bisa berkembang ke seluruh penjuru Indonesia agar para penyandang keistimewaan tunanetra di Indonesia tidak dipandang sebelah mata.
Ikuti tulisan menarik Ariyo Rizky Valentino lainnya di sini.
