x

Iklan

Syarifudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 April 2019

Senin, 22 Mei 2023 07:23 WIB

Benarkah Literasi Tidak Akan Pernah Mati?

Diskursus literasi memang selalu asyik dan menyenangkan. Benarkah literasi tidak akan pernah mati?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Saat membaca buku Paris, My Sweet karya Amy Thomas, siapapun seakan diajak keliling Paris walau hanya membacanya. Ada pengetahuan dan imajinasi di dalamnya. Bahkan terjadi dialog antara penulis dan pembaca tentang indahnya kota Paris.

Ada yang bisa dipelajari dari buku ini. Kata Amy Thomas, “Bila ada satu hal yang dapat dipelajari dari musim dingin Paris yang panjang dan gelap, adalah kalau kau mengubah sikapmu, hidup akan mengikutinya”. Itulah arti pentingnya literasi.

Diskursus literasi, bisa jadi tidak akan pernah mati. Selalu asyik untuk dibahas dan dibicarakan. Semata-mata untuk menghadirkan nuansa kehidupan yang lebih baik bagi umat manusia. Literasi, bila dipahami, menjadikan penikmatnya lebih lebih lega dan realistis dalam kehidupan. Berkat literasi, seseorang dapat menghindarkan diri dari penyesalan atas dirinya sendiri maupun atas orang yang bertindak buruk kepadanya. Mungkin ada benarnya, hanya literasi yang bisa mengajak dan memperlakukan siapapun dengan cara sebaik-baiknya hingga akhir hayatnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ada banyak hal yang sebenarnya belum terungkap di literasi. Bahwa literasi bukan soal membaca dan menulis. Tapi literasi adalah totalitas nilai-nilai kehidupan. Literasi yang menyuruh siapapun untuk memiliki rencana baik, mampu eksekusi dan mengerjakannya, hingga berani mengukur hasilnya. Maka, literasi adalah jalan bukan tujuan. Seperti kematian seorang anak manusia pun menjadi “jalan” bukan tujuan. Tentang apa yang sudah dipersiapkan, tentang kesadaran dari mana berasal dan mau ke mana menuju?

Tidak ada yang tabu di literasi. Obrolan literasi tidak akan pernah usai. Selalu ada yang bisa diperbuat, dibagi, dan dikreasikan. Begitulah obrolan literasi di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor saat dikunjungi Triyono dari Salatiga (PW Forum TBM Jateng), Budi Susilo dari Magelang (TBM Omah Buku), dan Hadi dari Lampung (PW Forum TBM Lampung). Obrolan literasi di taman bacaan ini menyimpulkan, siapapun akan lebih baik ke depan bila mau dan berani memaknai secara realistis tentang 6 (enam) kemampuan literasi dasar, yatu 1) literasi Baca Tulis, 2) literasi Numerasi, 3) literasi Sains, 4) literasi Digital, 5) literasi Finansial, dan 6) literasi Budaya dan Kewargaan. Semua aspek kehidupan manusia ada di literasi. Maka literai tidak akan pernah lekang oleh waktu.

Kenapa literasi? Ini penting dipahami untuk banyak orang di luar sana. Apalagi yang masih menganggap literasi hanya sekadar membaca buku. Literasi yang dianggap seremoni dan sebatas narasi. Bukan itu sesungguhnya. Sekali lagi, literasi adalah jalan bukan tujuan, Maka siapapun saat ber-literasi justru sedang menyadarkan dirinya untuk:

  1. Menjadikan hidup lebih realistis dan apa apa adanya.
  2. Meningkatkan pemahaman yang positif tentang realitas kehidupan.
  3. Mengoptimalkan cara berpikir yang bijak lagi kritis dalam segala hal.
  4. Memacu tumbuh kembangnya nila kebaikan sambil menebar manfaat kepada sesama.
  5. Memperkuat dan mengembangkan akhlak dan budi pekerti yang baik.

Siapapun yang punya komitmen untuk memperbaiki diri dan mengubah keadaan di masa depan menjadi lebih baik, maka literasi adalah jalannya.

 

Sejujurnya, tidak ada teori literasi yang paling benar. Karena literasi hanya membutuhkan proses dan aktivitas yang tiada henti. Berdinamika dalam literasi, berarti pantang menyerah untuk menghadirkan kreativitas, inovasi, dan kolaborasi dalam literasi. Siapapun dan di mana pun. Itulah yang disebut gerakan literasi. Tidak ada literasi tanpa proses dan dinamika di dalamnya.

 

Dari berbagai pengalaman dan kiprah literasi, pada akhirnya ada pelajaran penting yang sangat berharga. Bahwa literasi selalu mengajarkan siapapun untuk tetap menjadi baik dengan caranya sendiri, bukan cara orang lain. Meskipun cerita orang lain menganggap buruk diri kita, literasi yang akan membuktikannya di suatu hari nanti. Karena dalam literasi, baik adalah perbuatan bukan omongan. Karena itu, literasi harus dijadikan aktivitas yang asyik dan menyenangkan.

 

Maka kembalikan niat dan motif paling sederhana di literasi. Yaitu untuk memudahkan urusan orang lain sekalipun hanya melalui buku bacaan. Maka Allah SWT pun akan memudahkan urusan kita. Bila tidak dapat membantu, maka cukup untuk tidak menyusahkan, soal apapun dan kepada siapapun. Agar literasi tidak akan pernah mati. Salam literasi #ObrolanLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

 

 

Ikuti tulisan menarik Syarifudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler