Senja hanya punya
beberapa menit saja untuk
dinikmati indahnya. Dinikmati ceritanya.
dinikmati sesalnya.
Bunga hanya sebentar
bertahan di tangkai. Setelah layu
akan sesal. Karna rekah jadi
kesah. Indah malah resah. Terganti
oleh bunga yang abadi; ekaristi.
Air butuh waktu
mengubah batu jadi
seni temporal. Mustahil
memang. Tapi semesta
begitu. Saat kun
di sana fayakun.
Semua ada batas waktunya
Ada sabarnya
Ada lelahnya
Ada segala keluh dan kesahnya.
Tapi bagiku, mencintaimu
adalah hal yang tak pernah
mengenal batas
waktu. Tak kenal
batas tunggu. Tak mengenal
siapa aku yang tiada
habisnya surati semesta,
agar kamu ditakdirkan
libas waktu bersamaku.
Sudah itu saja.
(2021)
Ikuti tulisan menarik Gilang Ramadhan lainnya di sini.