x

Iklan

Firmanda Dwi Septiawan firmandads@gmail.com

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 11 November 2021

Selasa, 23 Mei 2023 19:21 WIB

Pemuda Sidoarjo Mendirikan Kampung Tanpa Gadget Berisi Aneka Permainan Tradisional

Kegigihan Irfandi dan kawan-kawan di Kampung Lali Gadget menyita perhatian publik. PT Astra International Tbk mengapresiasi gerakan mengurangi adiksi gawai anak-anak dengan ajang Indonesia Awards 2021 untuk Integral Astra Spirit (SATU). 

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Suara tawa anak-anak terdengar ceria di Desa Lali Gadget, Dusun Bendet, Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Mereka tidak bermain game online atau menonton acara di YouTube. Sebaliknya, anak-anak itu tnegah memainkan berbagai permainan tradisional. Ada yang bermain bakiak, lomba bahu (daun), tapal kuda, damara, lomba kreweng, sarung uncal bahkan bermain lumpur di sawah.  

Angelita Naila Sidqiyah, 7, dan Muhammad Iqbal Kurniawan, 9, tampak bersemangat mengikuti beberapa pertandingan pagi itu. Mereka mengikuti berbagai permainan dalam acara Elingpiade di Lali Gadget Village, sebuah kompetisi permainan tradisional Nusantara.

Naila dan Iqbali beserta timnya bertanding melawan tim lain yang memakai mahkota terbuat dari daun. Keceriaan terlihat jelas di wajah anak-anak tersebut. Saat berhasil menjuarai lomba dolanan tradisional, anak-anak terlihat semakin ceria. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di sudut lain, tampak ada yang tengah bersemangat bermain mandi lumpur di area persawahan. Anak-anak bermain sepuasnya tanpa takut dimarahi orang tua. Gelak tawa semakin keras ketika salah satu anak terpeleset dan menutupi tubuhnya dengan lumpur.

Semua keceriaan itu menjadi salah satu visi bersama Kampung Lali Gadget. Kampung ini didirikan pemuda desa bernama Achmad Irfandi bersama pemuda lainnya. Pria berusia 28 tahun itu mengatakan, Kampung Lali Gadget didirikan pada 2018. Kampung ini didirikan karena kepedulian terhadap anak-anak yang kecanduan judi. Akibat kecanduan, banyak anak zaman sekarang yang melupakan permainan tradisional dan tidak sadar akan kehidupan sosial di sekitarnya.

“Ketakutan ini akhirnya membuat saya dan teman-teman membentuk unit baru di desa. Kami membuat taman bermain, kami menemani anak bermain, kami menjadi aktor yang mengajak anak bermain. Itulah yang ada di Gadget Kampung Lali," kata dia. 

Irfandi mengatakan, anak-anak tidak dilarang bermain gawai atau browsing internet. Baginya, gadget dan internet merupakan perkembangan teknologi yang bisa dimanfaatkan. Tentu harus ada batasannya. Terutama untuk anak-anak yang sedang berkembang.

Irfandi mengatakan anak-anak memiliki cara lain untuk bermain. Dengan demikian, permainan tradisional ini menjadi penyeimbang penggunaan gawai.

Menurut dia, dampak kecanduan gawai sangat mengkhawatirkan. Anak tidak lagi mengenal budaya, dan tidak dapat tumbuh secara optimal sesuai usianya. Kata dia anak tumbuh lebih cepat. “Kondisi ini tidak diinginkan. Bahkan ada kabar ada anak yang berakhir di rumah sakit jiwa karena kecanduan gadget dan game online. Ini menjadi kepedulian bersama,” kata lulusan Universitas Negeri Surabaya itu.

Bagi Irfandi Kampung Lali Gadget merupakan tempat yang tepat untuk mengembalikan keceriaan dan kebahagiaan anak-anak melalui permainan tradisional. Anak-anak dapat bermain dengan gembira dan belajar tentang budaya lokal yang memiliki nilai-nilai luhur 

Awal Mula Berdirinya Kampung Lali Gadget

Pendirian Kampung Lali Gadget (KLG) diawali dengan berbagai kegiatan literasi, bercerita, melukis dan bermain permainan tradisional. Saat itu, Irfandi dan pemuda desa setempat mengajak anak-anak sekolah bermain bersama.

Pada pertemuan pertama hanya ada 60 anak, kemudian pada kegiatan kedua sudah ada 100 anak dan pada pertemuan ketiga jumlah peserta bertambah menjadi 475 anak. “Sejak itu, nama Lali Gadget Village meledak. Sejauh ini, kegiatan gotong royong telah dilakukan. Itu karena anak-anak dan orang tua mereka senang dengan kegiatan di sini,” ujarnya  

Beberapa warga kurang memahami niatnya untuk membantu anak-anak mengatasi kecanduan gadget mereka. Beberapa warga tidak menyukai berbagai aktivitas KLG. Namun, Irfandi melihat hal tersebut sebagai tantangan dan melakukan pembenahan agar kegiatan lebih bermanfaat di tempatnya.

Seiring berjalannya waktu, Kampung Lali Gadget terus eksis dan semakin banyak kegiatan yang diselenggarakan. Asumsi bias tentang KLG kemudian hilang dan menjadi dukungan positif. Hingga akhirnya pada Mei 2020, Irfandi dan kawan-kawan menjadikan Kampung Lali Gadget sebagai yayasan resmi. Kegiatan kelas bermain tradisional juga lebih sering diadakan.

Saat ini tidak hanya anak-anak dari daerah Sidoarjo saja yang datang bermain di KLG. Tapi juga dari kota/daerah tetangga  

Ajarkan Literasi Digital ke Anak-anak

Irfandi percaya bahwa kemajuan teknologi dan kecepatan internet akan membantu perkembangan pengetahuan anak. Namun, ketika anak-anak kecanduan gawai, mereka mendapatkan hal-hal negatif. Oleh karena itu, penggunaan perangkat yang ditujukan untuk anak-anak harus dikontrol dan dibatasi.

Saat ini, anak usia sekolah dasar kebanyakan memegang ponsel di tangan orang tuanya. Tidak hanya untuk perlengkapan sekolah online, tetapi juga untuk perlengkapan hiburan dan perlengkapan game. Kalaupun punya handphone, ternyata kebanyakan anak tidak dibekali keterampilan digital oleh orang tuanya.

“Literasi digital sebenarnya sangat penting bagi anak-anak. Sehingga anak-anak dapat dibimbing saat berselancar di internet,” kata pemenang Pemuda Pelopor Provinsi Jawa Timur dan nominasi terpilih Astra Internasional 2021.

Bahkan Irfandi melihat masih banyak anak yang belum memahami etika dalam menggunakan media sosial dan aplikasi pesan instan. Ia mencontohkan ketika orang tua dihubungi melalui aplikasi perpesanan seperti WhatsApp, seringkali mereka tidak menggunakan bahasa yang sopan dan tidak menyapa.

Demikian pula, anak-anak tidak dapat berkomunikasi dengan orang tua mereka di jejaring sosial. Ini karena mereka tidak pernah diajari cara menggunakan media sosial dengan benar. "Kami ingin mengubah itu," katanya.

Irfandi lalu merekrut beberapa relawan untuk membantu mengedukasi orangtua tentang parenting. Menurutnya, pemahaman juga harus diberikan kepada orang tua agar bisa melindungi anaknya dari pengaruh buruk teknologi komunikasi canggih.

“Jadi ketika anak-anak mereka bermain dengan teman sebayanya, orang tua yang terlibat juga diberitahu. Kami menyelenggarakan pelatihan pendidikan untuk orang tua. Biasanya ada relawan yang bergerak di bidang pendidikan dan ada psikolog yang hadir di Kampung Lali Gadget,” ujar Sprach Universitas Negeri Surabaya dan lulusan magister pendidikan sastra itu.

Perkembangan Karakter Anak 

Menurut Irfandi, konten pembelajaran tidak unik untuk sekolah formal. Namun, bermain di lingkungan juga bisa menjadi tempat belajar. Terutama mempromosikan karakter anak-anak.

Baginya, karakter tercipta saat anak berinteraksi dengan orang lain. Karakter yang mau mengalah, melawan dan gigih, maka sifat toleransi terhadap orang lain juga dapat didorong dengan bermain di alam. Sama halnya dengan log game, anak-anak harus kompak dalam permainan ini agar bisa berjalan dengan seimbang. Tidak ada anggota tim yang boleh merasa superior. Ketika ini terjadi, kohesi terganggu dan keseimbangan tidak dapat dipertahankan.

Menurutnya, anak-anak sudah lelah dan jenuh dengan pelajaran sekolah dan hafalan. Oleh karena itu, di tempat ini anak-anak dapat melakukan berbagai aktivitas sesuai pilihannya. Namun, masih di bawah pengawasan relawan. “Bagi saya, pendidikan bukanlah hafalan, bukan persaingan untuk mendapatkan nilai bagus. Jenis belajar dari alam ini bisa menjadi alternatif untuk mencari informasi baru. Anak-anak bisa belajar langsung dari alam." 

 

Ikuti tulisan menarik Firmanda Dwi Septiawan firmandads@gmail.com lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler