x

Ilustrasi kendaraan listrik. Sumber foto: misautomoviles.com

Iklan

Abidatul Khilmiyyah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 20 Mei 2023

Rabu, 24 Mei 2023 21:03 WIB

Kolonialisme Industri Ekstraktif : di Balik Wajah Kendaraan Listrik

isu krisis iklim menjadi topik darurat yang kini diperbincangkan oleh seluruh dunia dimana kenaikan suhu bumi yang nyata dirasakan seluruh masyarakat. adapun fenomena ini diantaranya dipicu oleh kegiatan manusia yang masih menggunakan bahan bakar fosil. kendati demikian inovasi terkait beralihnya bahan bakar fosil menjadi enegri listrik disambut sebagai kabar baru saat ini, diketahui bahwa kendaraan listrik yang dalam hal ini memanfaatkan baterai dianggap ramah lingkungan sebab kendaraan listrik tidak mengeluarkan emisi karbon yang dapat menyebabkan polusi udara sehingga akan membantu bumi pulih dari masalah iklim, selain itu kendaraan listrik dianggap lebih terjangkau dalam penggunaannya. namun benarkah beralih menggunakan kendaraan listrik benar-benar menyelamatkan bumi dari masalah lingkungan ?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pada tahun 2022 Indonesia merupakan salah satu Negara yang terburuk dalam menangani masalah polusi udara, Indonesia menempati nominasi pertama se-asia Tenggara dan ke-26 dari seluruh dunia. Kondisi udara yang buruk ini banyak terjadi di daerah-daerah dengan produktifiktas dan mobilitas yang tinggi dimana transportasi banyak digunakan sehingga banyaknya gas buangan dari kendaraan bermotor yang menjadikan polusi udara tak terkendalikan. Hal ini menunjukkan bahwa betapa Indonesia sangat berpotensi serta menyumbang kondisi krisis iklim dunia. Isu  krisis iklim menjadi salah satu top topic perbincangan di seluruh dunia, sebab kondisi ini dirasakan langsung oleh keseluruhan umat manusia di muka bumi. Di Indonesia BMKG menyatakan bahwa Ciputat menjadi salah satu wilayah dengan suhu tertinggi di Indonesia per 11-20 April 2023, suhu di Ciputat tercatat mencapai 37,2 derajat Celcius.

Dalam hal ini disebutkan bahwa salah satu penyebab krisis iklim ialah banyaknya jumlah emisi gas buangan yang dihasilkan dari kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil. Hal ini berpengaruh hingga atmosfer bumi yang menjadikan suhu bumi meningkat, sehingga tidak dapat dipungkiri pemanasan global terjadi apabila suhu bumi meningkat. Adapun fakta mengatakan bahwa satu mobil menyumbang setidaknya 5 ton emisi karbon dioksida yang dilepaskan di udara dalam setahunnya, tentu hal ini sangat buruk jika kita bayangkan setiap penduduk Indonesia masing-masing memiliki dan menggunakan mobil secara terus menerus sehingga menimbulkan kemacetan parah, kondisi macet juga akan mempengaruhi emisi gas yang dibuang ke udara semakin banyak. Oleh sebab itu salah satu penawaran terkait adanya isu ini ialah beralih menggunakan kendaraan listrik. Kendaraan bertenaga listrik ini  menjadi kabar hangat karena dalam penggunaanya diklaim tidak ada emisi gas yang dibuang di udara serta dalam penggunaannya tidak mengeluarkan suara. sehingga tidak mencemari udara dan mengurangi polusi suara, oleh sebab itu kendaraan bertenaga listrik ini dirasa mengusung ramah lingkungan bagi kelangsungan hidup dan bumi.

Pada sekitar tahun 2000-an telah banyak produsen yang mulai serius dalam mengembangkan kendaraan-kendaraan berbasis tenaga listrik. Di Indonesia pada tanggal 1 April 2012 pemerintah mengucurkan dana Rp.100 Miliar untuk riset kendaraan listrik.  Kehadiran Kendaraan listrik baik motor listrik atau mobil listrik kini menjadi inovasi yang disambut baik dalam mengatasi isu iklim dunia, energi tersebut dianggap menjadi salah satu alternatif yang dapat mengendalikan lonjakan emisi karbon yang memicu pemanasan global. Namun, meskipun kini diusung sebagai salah satu energi yang ramah lingkungan, energi listrik juga memiliki sisi lain yang dirasa tidak begitu ramah ketika kita mengetahui Fakta bahwa  60 persen pembangkit listrik di Indonesia masih menggunakan batubara. Dapat kita bayangkan apabila penggunaan listrik meningkat kemungkinan besar dampak isu lingkungan akibat adanya tambang batubara akan terus tetap mengendap bahkan menjadi isu lingkungan yang lebih besar. Tentu kita tahu bahwa kegiatan pertambangan batubara  merupakan salah satu eksploitasi sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, dimana dalam hal ini berdampak menjadi tidak optimalnya sumber daya alam tersebut. Adapun beberapa dampak buruk yang terlihat akibat pertambangan ini ialah dapat merubahnya bentang lahan di suatu tempat serta dapat memicu penurunan tingkat kesuburan tanah di sekitar tempat tersebut, selain itu mengancam keanekaragaman hayati yang tersebar disana, sebab pembukaan lahan menyebabkan degradasi vegetasi sehingga dapat mengganggu keberlangsungan hidup flora dan fauna. Serta masalah penurunan kualitas air dan udara di wilayah tersebut  padahal kita tahu air dan udara adalah kebutuhan yang sangat krusial bagi keberlangsungan hidup manusia dan bumi. Selain itu dampak pertambangan ini tidak hanya terjadi ketika kegiatan pertambangan berlangsung, namun juga berimbas pasca kegiatan dimana kita ketahui industri ini meninggalkan jejak berupa lubang-lubang galian yang akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas air karena mengandung logam berat, yang pada kesimpulannya akan mencemari air sungai dan pada akhirnya akan merusak ekosisitem disekitarnya dan berkembang menjadi isu kesehatan lingkungan, akibatnya banyak masyarakat yang terkena masalah kesehatan seperti penyakit batuk hingga gangguangan pernapasan. Selain itu industri ini juga berpampak pada kehidupan sosial yang dipicu adanya konflik pembukaan lahan oleh perusahaan tambang dengan masyarakat di suatu daerah. yang dilihat sebagai perampasan lahan-lahan produktif masyarakat tersebut. Adapun beberapa hal tersebut merupakan dampak buruk dari adanya industry pertambangan batubara khususnya bagi lingkungan. Mungkin dampak lebih baiknya dapat dirasakan dalam sektor ekonomi yang dalam hal ini membuka peluang lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar, namun tetap saja hal ini terasa tidak seimbang dibanding dampak lingkungan yang ditimbulkan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Melihat kembali kendaraan listrik yang kini mendapat support skala besar dalam hal mencegah pemanasan global, sedang kita mengetahui bahwa pembangkit listrik di indonesia masih berbasis bahan bakar fosil yakni batubara, maka terasa tidak ada bedanya. Mungkin dapat kita andaikan jika masyarakat Indonesia secara masif  berbondong-bondong beralih ke penggunaan kendaraan listrik dengan jargon ramah lingkunan maka ancaman polusi udara akan menurun dan tentu hal ini berkontribusi dalam menagani isu krisis iklim dunia. Namun dapat kita bayangkan pula jika konsumsi listrik di Indonesia menjadi sangat massif maka kemungkinan pembukaan lahan untuk tambang batubara juga akan semakin luas, akibatnyapun akan merusak lingkungan serta mengancam kehidupan makhluk hidup disekitarnya. Diketahui bahwa penggunaan kendaraan listrik menggunakan baterai dalam mengoprasikannya. Diantara baterai mobil listrik terpopuler dan paling banyak digunakan ialah lithium-ion, baterai jenis ini sebenarnya tidak asing bagi kehidupan manusia saat ini yang akrab menggunakan elektronik portable seperti handphone dan laptop yang secara penggunaanya berskala lebih ringan dibanding penggunaanya terhadap mobil listrik yang akan jauh lebih besar. Dalam penelitian-penelitian terbaru menyebutkan bahwa eksploitasi massif lithium dan nikel dalam hal ini sebagai bahan baku baterai mobil listrik dapat meningkatkan rasio paparan material bahan berbahaya dan beracun (B3) yang akan mempengaruhi vegetasi manusia dan makhluk hidup. Bahan berbahaya dan beracun merupakan zat, energi atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi atau jumlahnya. Baik secara langsung atau tidak langsung dapat mencemar, merusak, membahayakan kelangsungan dan keseimbangan lingkungan hidup. Oleh sebab itu dalam prosesnya pembuatan baterai kendaraan listrik yang massif tentu akan sedikit banyak mempengaruhi dampak lingkungan apabila pembangkit listrik masih bergantung pada batubara.

Oleh sebab itu penggunaan kendaraan listrik dirasa tidak 100 persen ramah lingkungan karena kita tahu jika pada dasarnya bahan baku baterai tetap menggunakan batubara. Selain itu akan sama saja apabila masyarakat sosial tidak sadar secara moral dalam melihat isu ini. Bayangkan apabila setiap orang di Indonesia menggunakan transportasi pribadi dalam kesehariannya maka hal ini tidak menutup kemungkinan masalah lingkungan di Indonesia akan beres karena galian lubang tambangpun akan semakin melemahkan kehidupan makhluk hidup diantaranya. Dalam hal ini perlunya kesadaran masyarakat Indonesia untuk berubah lifestyle dalam penggunaan transportasi dengan mengoptimalkan penggunaan transportasi umum atau jika dalam jarak dekat dapat menggunakan kendaraan onthel atau bahkan berjalan kaki guna mengurangi masalah lingkungan di Indonesia dan khususnya berkontribusi untuk kesehatan bumi. Maka pada akhirnya kendaraan listrik yang mengusung eco-friendly juga secara tidak langsung menjadi ancaman jika penggunaan dan pemanfaatannya tidak tepat dan efisien dimana segala kontrol ini terdapat dalam kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan kesadaran moral setiap masyarakat dalam mengimplementasikannya.

Ikuti tulisan menarik Abidatul Khilmiyyah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB