x

Sumber listrik

Iklan

Muhammad samudra ilham

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 11 Mei 2023

Kamis, 25 Mei 2023 10:38 WIB

Transisi Energi sebagai Solusi Keberlanjutan Indonesia

Artikel ini di tulis untuk memperingati hari Anti-Tambang Nasional yang diperingati pada tanggal 29 Mei 2023.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Eksploitasi sumber daya  fosil yang massif  menyebabkan Indonesia menjadi negara yang riskan dalam keberlanjutannya. Sumber daya  fosil atau sumber daya tak terbarukan  mencakup minyak bumi, gas alam, batu bara,  minyak serpih, bitumen, pasir tar, nikel dan minyak berat. Sumber daya tak terbarukan tersebut telah menjadi penopang utama dalam keberlangsungan energi di Indonesia.  Dari aktivitas ekstraktif sumber daya tak terbarukan tersebut, Indonesia diperkirakan akan mengalami krisis ketersedian energi akibat sumber energi yang sebagian besar berasal dari sumber daya tak terbarukan. Eksploitasi sumber daya  fosil telah berlangsung sejak era kolonialisme berada di Negara ini. Cadangan batu bara, minyak serta gas menurun setiap tahunnya membuat Indonesia memiliki tekanan terhadap perubahan haluan kepada energi baru terbarukan.

KTT G-20 sebagai konferensi tingkat tinggi di Bali menghasilkan kesepakatan bahwa negara-negara anggota G-20 setuju mempercepat transisi energi untuk pembangunan dan kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan.  Penjajahan atas hak kenyamanan kehidupan masyarakat Indonesia telah tergerus dengan adanya aktivitas ekstraktif pertambangan yang tidak bertanggung jawab. Maka dari itu cita-cita keberlanjutan Indonesia dan dunia haruslah diperjuangkan dengan meluruskan kembali sudut pandang tentang bahaya yang di timbulkan akibat aktivitas ekstraktif sumber daya tak terbarukan. Pandangan akan transisi energy yang bermanfaat bagi keberlanjutan Indonesia haruslah digalakkan kepada seluruh lapisan masyarakat sehingga pemerintah serta masyarakat dapat  saling membantu dan saling mengerti untuk tercapainya Indonesia yang bersih dan berkelanjutan.

Pada tahun 2022, Indonesia memiliki 253 Unit PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) yang menghasilkan 42,1 Giga watt listrik dengan pertumbuhan 36,7% sejak 2017. PLTG (Pembangkt Listrik Tenaga Gas) juga mengalami peningkatan yaitu bertambah 3,9 GW  sejak tahun 2017. Sedangkan PLT EBT atau pembangkit listrik energi terbarukan hanya tumbuh 3,1 GW atau tumbuh 32,9% sejak tahun 2017. Pengunaan PLTU sebagai pemasok utama energi listrik di Indonesia masih sangat besar. Diperkirakan hingga tahun 2037 indonesia membutuhkan 54,4% kebutuhan energi listrik berasal dari batu bara. Sedangkan energi baru terbarukan hanya 22,6% untuk kebutuhan listrik nasional.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

PLTU yang memeroses batu bara sebagai sumber utama penghasil energi listrik memiliki harga yang murah dibanding pembangkit listrik lainnya yaitu  hanya 300 Rp/KwH sedangakan sumber yang ramah linkungan seperti yang berasal dari matahari berharga 725-870 Rp/KwH. Dengan harga yang terjangkau PLTU masih akan massif digunakan sebagai sumber energi listrik nasional.

Banyaknya PLTU dan tambang sumber daya tak terbarukan di Indonesia membuat timbulnya berbagai permasalahan  seperti pencemaran lingkungan, permasalahan sosial ekonomi serta kesehatan masyarakat sekitar area PLTU dan tambang yang terganggu. Permasalahan tersebut  kerap kali hanya  dibebankan kepada masyarakat secara sepihak. Berbagai permasalahan tersebut berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia mulai dari Sumatra, jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, hingga Papua.

Pada masalah sosial ekonomi para petani maupun nelayan yang berada disekitaran area tambang maupun PLTU mengalami berbagai keluhan. Contoh kasus ada di wilayah pulau Kodingareng, Maksssar, Sulawesi Selatan. Sebuah perusahaan tambang merencanakan pembangunan Makassar New Port yang mengambil pasir laut di pesisir pantai di pulau tersebut. Dampak ekonomi dari aktivitas pertambangan tersebut ialah ruginya pendapatan  nelayan dengan pendapatan hanya  Rp. 10.000 setiap kali melaut. Melihat riset yang dilakukan di pulau Kodingareng bahwa para nelayan mengalami kerugian hingga Rp. 80 Miliar akibat aktivitas tambang . Selain mengalami kerugian ekonomi, masyarakat tepi Pulau Kadingarengg juga harus pindah pemukiman dikarenakan abrasi yang semakin hari menghabisi area tepi pantai.

Tak hanya masyarakat, biodiversitas pantai dan laut sekitar area PLTU maupun tambang mengalami berbagai masalah. Aktivitas PLTU dan pertambangan yang menyebabkan peningkatan iklim dunia membuat fenomena coral bleaching atau kematian pada koral dimana koral berguna sebagai habitat bagi berbagai hewan laut. Coral bleaching yang terjadi massif diberbagai area koral di Indonesia seprti yang terjadi di Kepulauan Natuna, Riau dan Pulau Weh di Aceh pada tahun 2010. Dan pada tahun 2016 terjadi di barat Sumatra, Selatan Jawa, Bali, Lombok serta NTT dan NTB.

Perubahan iklim akibat kegiatan PLTU dan tambang yang menaikkan suhu rata rata bumi 1,5 derjat lebih tinggi memiliki dampak terancamnya keberlanjutan berbagai satwa endemik yang ada di Indonesia. Seperti Pulau komodo yang diperkirakan akan tenggelam dalam waktu dekat sehingga memiliki potensi punanya Spesies komodo yang ada di pulau tersebut. Tak hanya komodo, 30 spesies  Primata juga diperkirakan akan punah pada 2050. Sedangkan katak endemik yang berada di kawasan taman nasional Gunung Gede Jawa barat mengalami penurunan populasi selama 40 tahun terakhir.

Kesehatan masyarakat juga telah menjadi permasalahn pokok yang ada di area PLTU dan pertambangan. Pencemaran air yang terjadi mengakibatkan limbah yang mengandung  tembaga, cadmium, dan arsenic dapat menyebabkan seseorang yang terpapr dapat mengalami keracunan, gagal ginjal, dan kanker. Penyakit yang ditimbulkan oleh asap PLTU memiliki berbagai gejala mulai  yang berat seperti Bronkitis, Pneumonia, kanker tenggorokan hingga gejala ringan seperti bersin-bersin, alergi dan gatal-gatal.

Perempuan sebagai tongak keberlanjutan masyarakat indonesia pun telah di renggut hak kesehatannya. Aktivitas pertambangan yang menghasilkan merkuri dan timbal juga mengancam kesehatan reproduksi wanita. Merkuri dan timbal dapat menyebabkan kecacatan pada janin, gangguan menstruasi hingga kanker payudara. Polusi udara yang disebabkan oleh aktivitas PLTU juga berakibat pada kelahiran premature janin, autism pada bayi, keguguran, peradangan pada rahim.

Transisi energi menjadi jawaban atas permasalahan yang timbul akibat aktivitas ekstraktif sumber daya tak terbarukan. Transisi energi merupakan usaha bersama mengganti energi dengan sumber daya tak terbarukan ke sumber daya baru terbarukan. Sumber daya baru terbarukan dapat berupa hydro energi, biodiesel,  energi surya, energi angin panas bumi serta energi nuklir. Indonesia dengan hal itu dapat menjadi potensi yang besar dalam membangkitkan energi yang berkelanjutan dengan memanfaatkan kondisi geografis indonesia yang terdiri dari banyaknya  danau, sungai, perbukitan serta sumber panas bumi dan sumber energy baru terbarukan lainnya yang tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia.

Kian hari  harga energi baru terbarukan semakin terjangkau. Salah satu contoh yaitu harga listrik tenaga surya yang pada tahun 2019 terdapat pada harga Rp. 2.600/ kWh sedangkan pada tahun 2021 sudah berada pada harga Rp. 725- 870 / kWh. Sedangkan untuk energi listrik tenaga air di harga Rp. 596/ kWh , energi listrik tenaga angin di harga Rp. 894/ kWh. Hal tersebut memungkinkan seluruh lapisan masyarakat untuk mengalihkan konsumsi energi mereka yang bersumber dari energi tak terbarukan ke energi baru terbarukan.

Pemerintah Indonesia juga harus memberikan kebijakan tegas terhadap keberadaan PLT yang memakai sumber daya tak terbarukan.  Hal tersebut dimulai dengan penghentian operasi perusahaan PLT-Fosil dan aktivitas ekstraktif sumber daya tak terbarukan lainnya yang ada di seluruh Indonesia. Peran pemerintah, masyarakat serta perusahaan swasta harus gencar dalam memakai energi terbarukan semisal energi surya, angin, air, serta panas bumi dan energy baru terbarukan lain.  Sedangkan dalam skala kecil transisi energi dapat dilakukan oleh seluruh masyarakat seperti penghematan bahan bakar dan penghematan akan kebutuhan listrik serta memakai panel surya dan bahan bakar biodissel untuk keperluan sehari hari. Masyarakat juga dihimbau untuk memiliki kesadaran atas linkungan sekitar seperti penanaman pohon dan pelestarian linkungan.  

Dengan adanya kesadaran terhadap pentingnya transisi energi oleh pemerintah dan masyarakat. Indonesia memiliki kemungkinan yang besar dalam tercapainya negara yang hijau dan terbebas dari berbagai permasalahan lingkungan. Keberlanjutan konsumsi energi bagi Indonesia akan selalu terpenuhi karena memakai energi baru terbarukan baik dari matahari, air, angin, panas bumi serta energi baru terbarukan lainnya.

Transisi energi yang memiliki dampak teratasinya pencemaran linkungan memiliki peran penting dalam keberlanjutan ekonomi dan kesehatan masyarakat indonesia. Berkurangnya pencemaran lingkungan laut salah sautunya dapat meningkatkan pendapatan para nelayan di Indonesia. Serta kesehatan masyarakat dapat semakain baik kedepan sehingga Indonesia akan tetap ada dan terus susutainable.

Ikuti tulisan menarik Muhammad samudra ilham lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler