x

Iklan

AP- Dimas Rahmat Naufal

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 24 Mei 2023

Kamis, 25 Mei 2023 12:19 WIB

Mobil listrik Menjadi Masalah pada Transisi Energi untuk Masyarakat

jejak-jejak mobil listrik

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kendaraan listrik di Indonesia terbilang belum terlalu lama, demikian tahun yang juga semakin berjalan hingga di saat Presiden Joko Widodo menetapkan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 yang di mana bertujuan aspek ketahanan dan konservasi energi, penurunan emisi GRK, serta penguasaan teknologi Industri. Mungkin kalian sudah mengetahui mengenai gencarnya pemerintah memberi subsidi bagi siapa yang membeli mobil listrik. Pemerintah mensubsidikan sekitar Rp. 70 juta yang berarti pembeli harus mengeluarkan sekitar Rp. 930 juta, jelas harga ini diperuntukkan untuk orang mampu. Lalu selain itu diberikannya subsidi tujuannya untuk memperkenalkan mobil listrik sebagai energi yang lebih ramah lingkungan dibandingkan bensin. Untuk dikenalkan dengan rencana yang akan menjadi peta jalan transisi energi Indonesia untuk elektrifikasi sektor transportasi demi meredam laju emisi gas rumah kaca. Lalu peralihan ini juga dikatakan sebagai solusi untuk mengurangi penggunaan energi fosil. Selanjutnya yang perlu diperhatikan Indonesia masih bergantung kepada batu bara untuk menopang sistem kelistrikannya. Salah satu sumber jejak negatif kendaraan listrik terdapatnya emisi partikel debu halus dari ban dan rem kendaraan. Kemudian dari International Council on Clean Transportation (ICCT), emisi partikel debu halus dari kendaraan listrik lebih rendah daripada kendaraan bertenaga bahan bakar konvensional, namun tetap ada. Penyebabnya adalah bahan abrasi pada ban dan rem kendaraan. Berikutnya ada sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2019 yaitu jurnal Nature Sustainability menemukan kendaraan listrik di Norwegia meninggalkan jejak Kotor dalam bentuk emisi partikel debu halus yang disebabkan ban dan rem kendaraan. Studi ini mengukur seberapa emisi partikel debu halus ketika dalam jumlah sama atau bahkan melebihi daripada kendaraan bertenaga bahan konvesional. Demikian transisi kepada mobil listrik para masyarakat yang akan memakainya harus bisa menyesuaikan. Selain dari penjelasan di atas, masalah mobil listrik ada pada, mengambil dari mana sumber daya listrik tersebut. Tentu ada yang bisa menebaknya dan ada juga apa ya kira-kira. Ternyata selain mobil listrik yang meninggalkan jejak kotornya, mobil yang dialiri energi listrik berasal dari batu bara. Pastinya kita tahu cadangan nasional bila tidak diperhatikan akan menyebabkan jangka waktu habisnya lebih cepat. Kemudian batu bara sendiri juga berasal dari batu purba 1000 tahun dan sekarang sudah semakin sedikit. Meski negara kita sebagai negara penghasil energi fosil yang berada di pertengahan peringkat dunia dengan menghasilkan 1.637.156 juta ton emisi GRK (Gas Rumah Kaca) pada tahun 2018 dan juga dari berbagai percobaan yang mobil listrik memiliki jejak kotor dan bisa saja lebih banyak justru akan membahayakan masyarakat untuk menghirupnya. Bahayanya mobil listrik yang bisa saja berimbas kepada limbah, dengan dipakainya energi tersebut dan tidak ada energi terbarukan akan bisa menyebabkan kerusakan dari dalam seperti ancaman terpapar bahan bahaya dan beracun yang sudah di lakukan penelitian terus menerus dan di penelitian terbaru pada tahun 2021 oleh BRIN menunjukkan eksploitasi masif lithium dan nikel dunia dapat meningkatkan rasio paparan material berbahaya. Berikutnya ada peningkatan konsumsi energi. Pada berbagai peningkatan dari pembuatan baterai yang ada di tahap ekstraksi hingga manufaktur konsumsi energi dan air bersihbyang sangat besar. Dari bahaya ini sudah terlihat akan membahayakan jika tidak tahu mekanisme penanganannya. Untuk itu energi terbarukan perlu ada seperti energi terbaru dari pohon jarak yang alami, meski mahal tapi lebih sehat dan ramah lingkungan. Lalu juga perlunya kolaborasi pentahelix yaitu: pemerintah, swasta, akademisi, media dan masyarakat, dengan pemerintah mengeluarkan regulasinya dan juga implementasi ke arah yang tepat dengan dibantu pihak swasta yang berkaitan dan pihak swasta tersebut berinvestasi untuk perusahaan lokal mendapatkan ilmunya juga. Lalu juga akademisi yang selalu penelitian dengan ribuan uji coba yang dilakukannya. Kemudian media, media sebagai pendukung gerakan ramah lingkungan demi bumi sehat dan terhindari cadangan nasional yang sudah dipakai terlalu banyak. Terakhir masyarakat, masyarakat mulai dari LSM, RT/RW daerah setempat memberikan sosialisasi sebelum adanya inisiatif mencegah emisi energi di Indonesia tidak cepat habis dengan lingkupan terkecil lebih dulu seperti remaja yang mengutamakan kebebasan dari polusi udara, menghindari pembuangan limbah yang berbahaya dan juga beracun.

 

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

#LombaArtikelJATAMIndonesiana

 

Ikuti tulisan menarik AP- Dimas Rahmat Naufal lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler