x

Iklan

Gilang Ramadhan

Penyair
Bergabung Sejak: 9 Mei 2023

Senin, 29 Mei 2023 15:15 WIB

Pada Suatu Hari Nanti: Transisi dalam Drama Romantis


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pada Suatu Hari Nanti

 

Pada suatu hari nanti

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

jasadku tak akan ada lagi

tapi dalam bait-bait sajak ini

kau takkan kurelakan sendiri

 

Pada suatu hari nanti

suaraku tak terdengar lagi

tapi di antara larik-larik sajak ini

kau akan tetap kusiasati

 

Pada suatu hari nanti

impianku pun tak dikenal lagi

namun di sela-sela huruf sajak ini

kau takkan letih-letihnya kucari

 

(Sapardi Djoko Damono)

 

Akhir-akhir ini, karya-karya pujasastra terkenal yaitu Sapardi Djoko Damono banyak dialihwahanakan menjadi karya sastra dalam bentuk lain, salah satunya adalah drama. Puisi yang sarat akan makna tersebut oleh mahasiswa semester empat Departemen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dari Universitas Pendidikan Indonesia dialihwahanakan ke dalam bentuk drama romantis yang sangat luar biasa, tidak menghilangkan esensi dari puisi yang sarat makna tersebut.

 

Walaupun puisinya ditulis dalam bentuk bahasa Indonesia, tetapi naskah drama yang dibuat telah ditulis dalam bahasa Jawa campur sari dengan bahasa Indonesia. Para aktor melakonkan pelafalan khas orang Jawa dengan begitu fasih padahal notabenenya mereka adalah orang Sunda dengan logat yang jauh berbeda dengan logat orang Jawa. Naskah tersebut ditulis oleh Dilla Nur'asa, Kalya Nafrani Damayanti, dan Sofia Ihsani Muhammad.

 

Keunikan dalam pementasan drama ini tidak hanya dilihat dari bentuk naskah yang ditulis dalam bahasa Jawa, tetapi juga tata cahaya dan musikalisasi puisi yang mengiringi menambah pemaknaan yang dalam bagi para aktor dan juga penonton yang menyaksikan pementasan tersebut.

 

Diperankan oleh Ilham sebagai Bima yang berprofesi sebagai penulis terkenal dan Kalya sebagai Ajeng yang merupakan anak sekaligus cucu dari keluarga yang masih memegang teguh adat istiadat. Kedua tokoh yang sedang dimabuk asmara sehingga dengan segenap cara melakukan apapun agar menyatukan cinta mereka, walaupun terhalang restu dari keluarga masing-masing. Keluarga Ajeng yang sangat memegang teguh aturan leluhur yang melarang pernikahan antara anak pertama dan anak ketiga yang mana Ajeng sebenarnya adalah anak ketiga dan Bima adalah anak pertama. Atau dalam bahasa Jawa pernikahan terlarang ini dinamakan jilu (siji dan telu). 

 

Merasa dihalangi dan tak mau cintanya kandas begitu saja, mereka pun terpaksa melakukan kawin lari walau tanpa restu dari masing-masing keluarga. Menentang adat dan dengan berat hati meninggalkan keluarga, mereka lakukan untuk melangsungkan pernikahan atas dasar cinta sama cinta.

 

Hari berganti hari, bulan tenggelam dalam tahun, pernikahan mereka sangat harmonis dan romantis. Hari hari dipenuhi oleh kebahagiaan. Kadang terpikir oleh mereka untuk memberitahukan kepada keluarga, tetapi urung karena hidup mereka sangat sederhana berbeda dengan keadaan sebelumnya. Walaupun sederhana, mereka hidup sesuai dengan keinginannya; bahagia berdua dan selamanya.

 

Tanpa disadari ternyata Bima menderita sakit yang ia sembunyikan dari istrinya; Ajeng. Hingga suatu hari, keadaan Bima sudah semakin parah, tetapi ia bersikeras untuk tetap di rumah dan tidak mau dibawa ke rumah sakit. Ajeng pun khawatir, tetapi Bima meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja apalagi dalam keadaan saat Ajeng sedang mengandung buah hati dari pernikahannya. 

 

Kabar mengenai kondisi Bima yang sakit pun sudah didengar oleh kedua keluarga, tetapi mereka tidak terlalu memedulikanya sebab mereka harus menanggung setiap konsekuensi yang yang telah dilakukan.

 

Hingga pada suatu hari, Bima menuturkan kata-kata terakhir yang tecermin dalam sajak Sapardi ini; /Pada suatu hari nanti jasadku tak akan ada lagi, tapi dalam bait-bait sajak ini kau takkan kurelakan sendiri/ sembari meminta Ajeng untuk bersenandung dan akhirnya memejamkan mata untuk selama-lamanya. 

 

Sebagai penulis, ia tidak akan pernah membiarkan Ajeng sendiri. Ajeng adalah inspirasi dari setiap buku yang ia tulis. Ajeng adalah bagian istimewa dalam hidupnya ditambah buah hati yang sedang dikandungnya. 

 

Esensi makna dalam puisi tersebut benar-benar dimanfaatkan oleh mahasiswa semester empat Departemen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia untuk mengungkapkan bahwa kesetiaan dan kasih sayang benar-benar ada tidak terhalangi oleh apapun. Terlepas dari asumsi mengenai adat istiadat atau hal-hal mitos yang disajikan dalam pementasan, drama ini benar-benar layak untuk diberi apresiasi yang sangat tinggi karena mampu mengajak penonton merasakan poetic power (kekuatan dalam puisi) yang luar biasa walaupun sudah dialihwahanakan ke dalam bentuk pementasan drama. 

 

Didukung oleh tata cahaya dan musikalisasi yang membawa penonton menikmati setiap alur yang disajikan dalam pementasan adalah nilai lebih dalam pementasan drama tersebut. Kedua hal tersebut benar-benar mendukung penghayatan para aktor dan penonton dalam beberapa suasa dan situasi dalam pementasan.

 

Terakhir, sebelum mengakhiri esai singkat ini. Saya pribadi mengucapkan beribu-ribu apresiasi atas kerja keras kepada mahasiswa semester empat Departemen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang sudah membuat pandangan baru terhadap karya sastra dengan menyuguhkan alih wahana antara puisi dan drama yang tetap mempertahankan esensi makna yang dalam. 

 

Saya juga menghaturkan terima kasih atas karya-karya luar biasa dari Sapardi Djoko Damono yang banyak menghasilkan karya-karya sederhana yang sarat akan makna. Semoga di kemudian hari, banyak alih wahana yang mampu menambah variasi dari ragam karya sastra di era modern ini. 

 

Salam sastra! 

 

Dibuat oleh: Gilang Ramadhan Putra Hidayat

Dosen Pengampu: Dr. Suci Sundusiah, M.Pd.

Notes: Mahasiswa semester empat Departemen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Instagram: cadudasadinata_ )

Universitas Pendidikan Indonesia

Jln. Dr. Setiabudi No. 229, Isola, Kec. Sukasari, Kota Bandung, Jawa Barat (40145)

Indonesia

Ikuti tulisan menarik Gilang Ramadhan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu