x

Gambar Ilustrasi

Iklan

Bachtiar R. Pudya

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 Mei 2023

Rabu, 31 Mei 2023 19:25 WIB

Saatnya Ambil Keputusan, Bukan Hanya Menyalahkan Keadaan

Ketika segala sesuatunya sudah dilakukan dengan runtut, sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan sebelumnya. Namun hasilnya jauh dari target, bahkan boleh dikatakan gagal. Untuk sudah saatnya ambil keputusan, bukan hanya menyalahkan keadaan

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ketika apa kita yang dilakukan tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan, tentunya akan menimbulkan kekecewaan. Apalagi jika melibatkan materi, tenaga dan waktu yang tidak sedikit. Padahal segala sesuatunya sudah kita lakukan dengan runtut, sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan sebelumnya. Namun hasilnya jauh dari target, bahkan boleh dikatakan kita gagal. Untuk sudah saatnya kita ambil keputusan, bukan hanya sekedar menyalahkan keadaan

Suatu ketika anak sulung saya meminta kami, bahkan sedikit memaksa, untuk datang ke tempat pertandingan bola basket. Saat itu sedang dilaksanakan babak semifinal kompetisi bola basket antar pelajar se-Surakarta. Sebagai orang tua tentunya kami bangga menyaksikan secara langsung kiprah anak sulung kami tersebut.

Jujur kami ikut-ikutan tegang, saat menyaksikan pertandingan tersebut Waktu itu pertandingan berjalan cukup alot dengan diiringi beberapa drama untuk mendapatkan keuntungan dari setiap bentuk pelanggaran. Demikian juga dengan perang urat syaraf  yang dilakukan oleh kedua supporter, yang pada intinya untuk saling menjatuhkan mental pihak lawannya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Terlihat anak sulung kami terus bersemangat berlari menyerang dan segera kembali melakukan pertahanan ketika timnya diserang. Tak henti-hentinya berteriak untuk memompa semangat teman-temannya. Beberapa kali dirinya jatuh bangun, berjuang habis-habisan, bahkan kami lihat ada sedikit kesakitan yang dia tahan.

Namun hasil dari pertandingan tersebut tim anak saya kalah tipis. Selanjutnya kami menuju ruang ganti untuk melihat kondisi cedera anak kami setelah pertandingan tersebut. Begitu kami masuk ruang ganti, kami disambut tangis dan permintaan maaf dari anak sulung kami, ketika kami bertanya, kenapa dia menangis dan minta maaf.

Jawabnya adalah dirinya gagal memberikan hadiah ulang tahun untuk mamanya, istri saya. Istri saya langsung terdiam sejenak, lalu tertawa, sambil berkata, “kamu sudah memberikan hadiah terbaik untuk mama, dengan penampilan kamu yang luar biasa dan penuh semangat hingga akhir pertandingan.”

Lalu kami mengajak anak kami pulang, ditengah perjalanan kami berhenti di sebuah resto cepat saji kesukaan anak kami. Sembari makan kami pun melanjutkan obrolan kami, terutama tentang pertandingan basket yang baru saja diselesaikannya. Ada banyak penasaran dan kekecewaan terlihat begitu jelas di matanya. Apalagi saat dirinya menceritakan dengan penuh emosi, karena merasa tidak mendapat support dari teman-temannya.

Sebagaimana biasanya, saya menanggapi dengan santai, bahwasanya kalah dan menang dalam suatu pertandingan adalah hal biasa dan lumrah terjadi dalam setiap pertandingan. Meskipun terhitung seri, namun setiap penonton akan paham siapa pemenang sebenarnya. Jangan pernah menyalahkan keadaan, ketika kita mengalami kekecewaan, kekalahan dan kegagalan.

Lalu saya tanyakan, apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Anak saya terdiam bahkan wajahnya masih terlihat marah dan kecewa. Kemudian saya lanjutkan, “kecewa, marah, sedih boleh, lakukan saat ini saja, jangan berlarut-larut. Namun besok harus segera bangkit, kembali asah dan latih diri untuk pertandingan berikutnya, jika masih ingin bermain basket, segera ambil keputusan untuk menjadi pebasket profesional atau serius belajar.”

Dan anak saya memutuskan untuk meninggalkan basket dan menjadikannya hanya sebagai hobi saja. Dirinya lebih serius belajar, hingga dirinya berhasil masuk kuliah di salah satu kampus favorit di kota Solo dengan biaya 100% dari salah satu perusahaan asing yang beralamatkan di Jakarta

 

Beberapa tahun kemudian ada keponakan yang  ingin mengikuti jejak anak saya, untuk kuliah di kampus favorit di kota Solo. Semua prosedur tes akademik dan kesehatan berhasil dilalui dengan baik. Hanya satu yang gagal, yaitu kesehatan mata. Keponakan saya ternyata buta warna dan hal itu membuatnya kecewa, hingga mengunjungi berbagai klinik dan rumah sakit khusus mata.

Namun usahanya tetap sia-sia, dirinya tetap dinyatakan buta warna. Dengan menangis penuh kekecewaan dan kemarahan karena gagal masuk kuliah di kampus yang diidam-idamkannya semenjak bangku SMA. Kembali saya mengingatkan keponakan tersebut, “kecewa, marah, sedih boleh, lakukan saat ini saja, jangan berlarut-larut. Namun besok harus segera bangkit, kembali asah dan latih diri untuk lebih serius belajar.”

 Satu tahun dijalaninya dengan tekun dan disiplin untuk terus belajar dan saat ini dirinya berhasil kuliah  disalah satu kampus favorit di wilayah Yogyakarta. Meski awalnya ragu ketika harus merubah jurusan dari teknik ke sosial. Namun dengan jurusan akuntansi yang menjadi pilihannya justru memberikan peluang bagi keponakan untuk mendapatkan tambahan uang saku yang cukup lumayan hingga dirinya mampu menjadi penyimpan dan pebisnis emas  

 

Nah, demikianlah cara yang sebaiknya kita lakukan saat mengalami kekecewaan dan kegagalan, jangan menyerah dan terus berjuang untuk dapatkan peluang hidup yang lebih baik. Lakukanlah yang terbaik untuk orang-orang tercinta.  Jadi, sudah saatnya ambil keputusan, bukan hanya menyalahkan keadaan. Semoga menginspirasi dan bermanfaat.

Ikuti tulisan menarik Bachtiar R. Pudya lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler