(air susu Ibu kering di terik aspal
benih-benihnya tak sehat di akal)

Ora... Ora... lihatlah!
ada pesta pembangunan merata 
sepanjang jalan kampung kita

Ora... Ora... lihatlah!
ada wabah anjing gila
datang dari kota kota
besar Penguasa pasar!

Ora... Ora... marilah!
kita menari di menara,
menyambut mereka,
turun dari pesawat terbang,
bandara Internasional kapital,
simbol raja-raja masa jaya,
1000 tahun lamanya.

Ora... Ora... marilah!
kita sembunyi di goa-goa,
lalu mati tertimbun
mesin cor pengaduk beton,
seperti nenek-nenek moyang kita
dalam fosil-fosil tulang-belulang,
tempat keramat yang dibongkar-bangkir
para arkeolog-arkeolog sampah negara
seramPangan!

tak peduli Siapa!
tak peduli sejarah apa
yang tenang
beristirahat di sana!

Ora... Ora... 
malam ini sepertinya
aku ingin pulang ke hutan
sehabis aku berenang
di pantai bersama kawan
menghibur sepi terpencil

namun kini
jalan masuk hutan
sudah tak ada lagi!
berganti
tembok tinggi pengInapan!

jadi
aku putuskan malam ini
tidur di atas batu karang
tempat di mana sebuah Nama
pernah menabur janji di atasnya

Ora... Ora...
sekarang aku hilang arah
kemana harus pandangku terjaga?

Ora... Ora...
kita akan punah bersama
di atas indahnya senyuman alam
pemberian Tuhan kita

Kemarau, 2023

*Ora adalah panggilan lokal
untuk komodo

Ikuti tulisan menarik Jerpis M. lainnya di sini.