Djoenaedi Joesoef - Tukang Obat Keliling yang Jadi Pengusaha Farmasi Kelas Dunia

Jumat, 9 Juni 2023 06:43 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Djoenaedi Joesoef adalah teladan. Ia teladan karena sukses membangun usaha dari bawah sampai menjadi kelas dunia. Ia adalah teladan karena berhasil membangun keluarga yang bahagia. Ia menjadi suami yang baik bagi istrinya dan ayah yang baik bagi keempat anaknya. Ia adalah teladan karena peran sosialnya yang luar biasa kepada sesama.

Judul: Fotobiografi Djoenaedi Joesoef – Senyum, Sederhana, Sukses

Penulis: Arswendo Atmowiloto

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tahun Terbit: 2005

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tebal: xi + 215

ISBN: 979-22-1154-3

 

Djoenaedi Joesoef adalah teladan. Ia teladan karena sukses membangun usaha dari bawah sampai menjadi kelas dunia. Ia adalah teladan karena berhasil membangun keluarga yang bahagia. Ia menjadi suami yang baik bagi istrinya dan ayah yang baik bagi keempat anaknya. Ia adalah teladan karena peran sosialnya yang luar biasa kepada sesama.

Buku karya Arswendo Atmowiloto yang berjudul “Fotobiografi Djoenaedi Joesoef – Senyum, Sederhana, Sukses” ini membeberkan keteladanan Djoenaedi Joesoef sebagai pengusaha, sebagai Kepala keluarga dan sebagai anggota masyarakat. Arswendo tak melulu menceritakan tentang sosok Djoenaedi Joesoef. Ia juga menceritakan tokoh yang sangat penting dalam keberhasilan Djoenaedi Joesoef, yaitu sang istri. Peran Sie Jauw Nio sama pentingnya dengan Djoenaedi Joesoef dalam membangun bisnis dan membangun keluarga bahagia.

 

Membangun bisnis dari bawah

Keberhasilan bisnis orang Tionghoa di Indonesia selalu dicurigai sebagai hasil dari kongkalikong dengan pejabat yang menjadi beking mereka. Persepsi seperti itu tentu tak bisa dihindari karena banyak pelaku bisnis keturunan Tionghoa bergaul erat dengan para pejabat.

Padahal tidak semua bisnismen keturunan Tionghoa berhasil karena kedekatan mereka dengan para pemilik kekuasaan. Salah satu contoh pembisnis sukses yang bersih dan mentaati aturan adalah Djoenaedi Joesoef. Kwik Kian Gie menjuluki pendiri pabrik obat Konimex ini sebagai bisnismen yang “cing lie” alias mengutamakan sifat fairness dan masuk akal sejak awal.

Apa yang disampaikan Kwik itu tentu benar adanya. Sebab Djoenaedi Joesoef membangun bisnisnya mulai dari bawah. Ia membangun bisnisnya mulai dari menjual anggur buatannya sendiri secara ketengan di pasar-pasar tradisional di sekitar Solo, sebelum akhirnya mempunyai pabrik obat kelas dunia yang dinamainya dengan PT Konimex. Djoen muda harus bangun pagi supaya bisa sampai di pasar tradisional di Boyolali, Wonogiri dan kota-kota kecil di sekitar Solo untuk menjual anggur gelas per gelas sebelum siangnya mengantar obat-obat dari toko ayahnya ke toko-toko di kota yang sama.

Terlahir sebagai Djoe Djioe Liang, Djoen kecil sudah dilatih oleh ayahnya untuk menjadi pedagang yang handal. Djoe Hong Sian, ayah Djoenaedi Joesoef adalah seorang imigran dari Tiongkok yang berprofesi sebagai shin she. Selain menjadi shin shee, ayahnya adalah pemilik Toko Obat Cina Eng Thay Hoo di Ketandan Solo. Djoen tidak belajar perniagaan di bangku sekolah. Ia belajar berdagang langsung di lapangan. Mula-mula anak keempat dari tujuh bersaudara ini diajak saat sang ayah berbelanja. Berikutnya ia diminta untuk berbelanja sendiri dengan daftar barang yang sudah ditulis oleh sang ayah. Setelah paham bagaimana mendapatkan barang, Djoen diminta untuk berbelanja ke tempat yang lebih jauh. Jika sebelumnya dia berbelanja ke Semarang, kemudian dia diminta untuk berbelanja ke Jakarta. Pelajaran berikutnya dari sang ayah adalah dia dibebaskan untuk membeli barang apa saja yang menurutnya akan bisa dijual di Solo. Alih-alih langsung berhasil, Djoen justru membeli barang terlalu banyak. Ia diminta oleh sang ayah untuk menjual barang-barang yang terlalu banyak itu sampai habis.

Pengalaman-pengalaman lapangan inilah yang menempa Djoen menjadi seorang pengusaha yang sukses. Sebab pengalaman-pengalaman tersebut membuatnya bisa menangkap peluang, penuh perhitungan, dan dipercaya oleh mitra dagangnya. Djoen selalu membayar hutangnya di bank tepat waktu. Pengalaman-pengalaman itulah yang membuat Djoen menemukan prinsip 3Mu, yaitu: mutu, mudah dan murah. Prinsip ini dipakai oleh Konimex dalam membuat produk-produknya.

Wajarlah kalau Djoenaedi Joesoef diganjar berbagai penghargaan Nasional dan Internasional. Salah satunya adalah penghargaan bergengsi “Entrepreneur of The Year 2003” dari Ernst & Young, yang kemudian mewakili Indonesia dalam Ernst & Young World Entrepreneur of the Year 2004 di Monaco.

 

Seorang trend setter

Salah satu faktor yang membuat usaha Djoen menjadi besar adalah karena Djoen selalu melakukan inovasi. Saat ia mengamati bahwa para penebus resep dokter sering hanya menebus setengah dari yang dianjurkan dokter, ia kemudian membuat kemasan obat yang hanya terdiri dari 4 tablet, bukan 10 tablet seperti lazimnya saat itu. Ternyata inovasinya ini sangat berhasil. Sehingga saat ini banyak perusahaan obat yang meniru kemasan 4 tablet yang diinisiasi oleh Djoen. Selain kemasan 4 tablet, Konimex juga membuat obat tetes mata sekali pakai, obat flu dalam bentuk sirup dan produk lainnya yang bermutu, murah dan mudah.

 

Kepala keluarga yang baik

Paparan Arswendo tentang Sie Jauw Nio alias Juniati memberikan gambaran yang lengkap tentang bagaimana keluarga Djoenaedi Joesoef. Suami istri ini adalah pekerja keras, tetapi tetap punya waktu untuk anak-anaknya. Mereka berdua membesarkan 3 anak lelaki dan 1 anak perempuannya dengan disiplin tetapi penuh kasih. Keempat anak ini dibesarkan dengan suasana riang tapi penuh proses belajar. Hasilnya, keempat anaknya memiliki keterampilan hidup yang memadai dan mempunyai karakter yang sangat baik.

 

Suka menolong

Djoenaedi Joesoef berprinsip bahwa kegiatan dagang harus dipisahkan dari kegiatan sosial. Saat berdagang, ia akan berorientasi untuk menghasilkan laba. Sedangkan kalau kegiatan sosial dia tidak akan berhitung.

Arswendo memberikan beberapa contoh di buku ini. Salah satunya adalah saat tim akrobat dari Cina sedang berkunjung ke Solo sebagai tamu negara terkena diare, Djoen menyediakan obat diare untuk seluruh anggota delegasi tersebut sampai sembuh. Djoen tidak meminta bayaran! Contoh lainnya adalah saat ia membenahi manajemen Rumah Sakit Panti Kosala (sekarang bernama Rumah Sakit Dr. Oen) dan mendirikan Rumah Sakit Dr. Oen di Solo Baru. Ia dengan tulus ikut membenahi managemen dan bahkan ikut mendanai berdirinya rumah sakit di sebelah selatan Kota Solo tersebut. 756

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler