Bukan hanya pada orang dewasa, nyatanya remaja pun rentan mengalami penyakit ini. Dengan begitu, sangat penting bagi orangtua mengetahui gejala awal lupus pada remaja agar kondisi ini dapat segera diatasi dengan baik. Lupus yang tidak diatasi dengan baik berisiko menyebabkan kerusakan pada sejumlah organ tubuh.
Berkaitan dengan Lupus, menarik kiprah yang dilakukan Novia Ani Susilowati yang tergabung dalam Komunitas “Sahabat Cempluk.” Atas dasar kiprahnya dalam mengedukasi bidang Kesehatan, terutama kepada pada anak dan remaja penderita Lupus, Novia mendapat apresiasi dari #SATU Indonesia Awards (SIA) PT Astra.
Lewat “Sahabat Cempluk” Novia dan kawan-kawan menggelar acara “Cempluk Goes to School” dan menyasar ke 6 sekolah. Keenam sekolah tersebut adalah SMA Muhammadiyah 1 Sleman, Yogyakarta dan terselenggara pada bulan November 2017; SMA Al - Azhar Yogyakarta dan terselenggara pada bulan Desember 2017; SD Negeri 1 Bangunrejo Yogyakarta dan terselenggara pada bulan November 2019; SMK Negeri 5 Yogyakarta. Terletak di Kota Yogyakarta dan terrselenggara pada bulan November 2019; SMA Negeri 1 Turi Sleman Yogyakarta dan terselenggara pada bulan November 2019 , dan SMK Ma’arif Sudimoro Pacitan, Jawa Timur dan terselenggara pada bulan Februari 2021 melalui Zoom.
Tiga Aktivitas
Sahabat Cempluk adalah komunitas pendampingan kepada pasien autoimun Lupus anak dan remaja atau perempuan dewasa muda. Tiga aktivitas utama yang dilakukan adalah edukasi, pendampingan, dan penggalangan dana.
Salah satu kegiatan yang telah dilakukan adalah Cempluk Goes to School. Kegiatan ini telah terlaksana ke 6 sekolah odapus (orang dengan Lupus). Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan edukasi terkait lupus kepada teman, teman dan guru.
“Kami memberi nama kegiatan ini dengan istilah “Cempluk Goes to School sebagai Upaya Pembentukan Support System bagi Pasien Lupus Agar Tidak Putus Sekolah,” ujar Novia Ani Susilowati,
Perempuan kelahiran Sragen 5 November 1998 ini, selanjutnya menuturkan, dalam hal edukasi ini dilakukan serangkaian aktivitas. Misalnya, melakukan pemaparan tentang lupus yang disampaikan langsung oleh seorang dokter spesialis Alergi Imunologi. Kemudian, sharing session dari anggota Sahabat Cempluk yang juga seorang odapus. Mereka menceritakan pengalamannya bersama Lupus.
Selain itu, ada penayangan video edukasi tentang Lupus yang telah dibuat oleh Sahabat Cempluk dengan isi video animasi yang informatif, menarik dan mudah dipahami. Selanjutnya, ada kegiatan permainan edukatif interaktif tentang deteksi dini Lupus menggunakan media game board kartu warni-warni yang didesain khusus oleh Sahabat Cempluk. Kartu cempluk berisi tentang cara mendeteksi dini lupus.
Ada pula kuis tanya jawab yang diberikan kepada teman – teman sekelas Odapus yang mengikuti Cempluk Goes to School. Juga melakukan sebuah permainan yang terkait dengan aktivitas fisik yang bisa membuat teman- teman odapus di kelas tersebut merasakan apa yang dirasakan oleh kondisi odapus. Lalu, pemasangan poster edukasi Lupus yang berisi informasi tentang gejala dan tantangan odapus agar mereka yang tidak mengikuti kegiatan di kelas juga dapat terpapar informasi terkait.
“Sahabat Cempluk” menghadirkan sosok Cempluk karakter anak yang cempluk dan ceria yang mendampingi dan memberikan semangat agar mereka tetap percaya diri, tetap beraktivitas secara normal dan mau meneruskan sekolah serta selalu optimis.
Cempluk Goes to School bertujuan memberikan dukungan kepada pasien Lupus di sekolahnya dengan cara memberikan informasi tentang penyakit lupus beserta tantangan yang dihadapi pasien Lupus kepada warga sekolah.
“Dengan mengetahui tantangan fisik dan psikis yang dihadapi pasien Lupus, misalnya seringnya siswa yang terkena Lupus tidak masuk sekolah karena berobat baik berhari -hari maupun berbulan-bulan,” jelas Novia.
Melalui program ini diharapkan pasien Lupus mendapatkan dukungan dari sekolah sehingga dapat tercipta sebuah support system yang baik bagi pasien Lupus sebagai bagian dari kotak pengaman Odapus yaitu keluarga, sahabat cempluk, masyarakat dan dokter. Di sekolah mereka menghabiskan banyak waktu untuk berproses, belajar dan bersosialisasi.
Pelaksanaan program ini sayangnya masih menemukan berbagai kendala. Di antaranya adalah tidak semua sekolah yang dikunjungi kooperatif. Sebagian sekolah memiliki lingkungan yang tidak bersahabat dengan kondisi pasien Lupus, seperti letak sekolah yang berada di perbukitan atau bangunan yang bertingkat tanpa lift.
Saat sosialiasi melalui daring atau online juga terkendala, yaitu tidak semua sekolah memiliki fasilitas yang memadai seperti: kuota, koneksi internet yang tidak stabil, gawai yang kurang memadai, fasilitas kegiatan online sekolah tidak menunjang dan lokasi sekolah yang sangat terpencil sehingga sulit dijangkau koneksi internet.
Bagaimana upaya yang dilakukan Novia dan kawan-kawan “Sahabat Cempluk”? Dalam amatannya, siswa yang terkena Lupus menjadi lebih bersemangat dalam bersekolah.
“Mereka tidak malu dan minder dalam bersekolah. Begitu pula teman dan guru dapat mengerti dan memahami kondisi pasien lupus tersebut,” tutur Novia.
Pembaca yang budiman, seperti diketahui, #SATU Indonesia Awards adalah Apresiasi PT Astra kepada Anak bangsa yang telah berkontribusi untuk mendukung terciptanya kehidupan berkelanjutan melalui 5 bidang yaitu: Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan dan Teknologi, serta satu Kategori Kelompok yang mewakili lima bidang tersebut.
Yuk, berbagi dan tunjukkan pengabdian dari salah satu dari 5 bidang tersebut dengan mendaftar melalui tautan https://www.satu-indonesia.com/satu/satuindonesiaawards/. ***
#SATU Indonesia Awards (SIA) #Kita SATU Indonesia #satuIndonesia #Indonesiana
#Slamet Samsoerizal
Ikuti tulisan menarik Slamet Samsoerizal lainnya di sini.
