x

Iklan

Muhammad Assegaf

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 7 Agustus 2023

Jumat, 22 September 2023 17:51 WIB

Pendidikan Literasi dalam Generative Pre-Training Transformer

Literasi adalah sektor penting dalam meningkatkan nalar kreatif otak manusia, untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak terbayangkan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pendidikan literasi adalah sektor paling penting dalam meningkatkan nalar kreatif otak manusia, dalam mewujudkan mimpi yang tak terbayangkan. Literasi adalah wujud efek cahaya ilmu pengetahuan yang menyinari peserta didik, khususnya anak-anak manis di tanah air.

Kehadiran buku bacaan adalah bagaikana sel darah merah yang tidak bisa dipisahkan dari jantung. Pendidikan literasi yang terus berkembang adalah peristiwa yang melekat dalam pola pikir, agar tak mencekik imajinasi dan memberikan segala arti dari suatu sisi.  Buku-buku meghadirkan fenomena, lalu membaca dengan sangat menakjubkan dari intisari yang selalu diberikan pada topik yang beragam.

Perkembangan literasi memiliki riset, jika peserta didik haus akan ilmu pengetahuan, maka sangatlah mungkin ia akan membuka cakrawala perubahan lalu diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Kehadiran suatu sistem memang menggiring pikiran suatu bangsa, yang menghipnotis pengetahuan lama menjadi visual gambar yang dapat di ilustrasi anak-anak di dalam pikirannya. Pendidikan hadir memang tidak pernah lepas dari kehadiran seorang guru, disuguhkan dalam konteks pembelajaran secara kontekstual atau bisa dikatakan dengan bertatap muka. Tapi sesuatu yang telah disampaikannya tidaklah mungkin tanpa bacaan tekstual yang membuatnya benar-benar paham.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Budaya literasi saat ini sangatlah varian bukan hanya condong dengan aktif membaca buku setiap hari, tapi edukasi yang terus menurus lestari, dan inovasi pemikiran terus berkelana menyimpan gagasan sebuah kosakata yang disusun sangatlah energik. Ruang lingkup solidaritas menciptakan pelajar berperan aktif, agar mampu bersosialisasi dalam lingkup kreatifitas menjadi harapan bagi setiap guru, menopang dengan sekuat tenaga dan menyatukan perspektif yang sama. Melahirkan cara berpikir kritis dan analisis mengevaluasi informasi, mengidentifikasi, dan membuat keputusan berdasarkan bukti dan pemikiran yang rasional. Mencakup kemampuan berbicara dengan baik dan mendengarkan secara cermat. Melihat komunikasi verbal, presentasi, debat, untuk memahami perspektif orang lain.

Dalam era digital, literasi digital juga memiliki aspek dalam pendidikan literasi mencakup pemahaman etika berbasis online, keamanan siber, dan menggunakan alat-alat digital dengan bijak. Selaian pembahasan literasi digital itu penting dalam menyerap informasi secara luas akan tetapi literasi digital ini digunakan hanya sekedar untuk browsing, memang tak dipungkiri bahwa E-Book juga kini bisa di cari di dalam mesin pencaharian itu yakni Google. Google seakan-akan menjadi peran penting untuk mencari bahan referensi yang sudah tertanam kompleks dalam kesediaan link website  yang dapat diakses sehari-hari. Mesin pencaharaian itu yang disebut search engine tidak akan bisa berjalan dalam dukungan internet, oleh sebab itu internet menjadi peran pendukung dalam aspek kemajuan informasi digital dengan kapasitas Megabits Per Second (MBPS) dalam mendukungan kecepatan transfer data yang amatlah kuat.

RISET PERKEMBANGAN LITERASI

Literasi saat ini memang masih cenderung terhadap teks yang dituangkan dalam bahasa dan perangkat pembelajaran yang sungguh relevan. Akan tetapi perangkat pembelajaran yang sudah disediakan mesti dibantu dengan perangkat pembelajaran elektronik seperti memanfaatkan media power point sebagai alat bantu untuk presentasi. Berdasarkan perkembangan riset, bahwa ada banyak sekali aplikasi digital yang mungkin lebih hebat dari kinerja otak manusia, tapi kecerdasan buatan manusia itu tidak bisa mengilhami imajinasi otak manusia dengan sangatlah mutlak bisa mencerna segalanya, tapi setidaknya ia bisa merubah hal baru berdasarkan kemampuan energik yang dapat dipamerkan di media masa. Literasi saat ini memang tidaklah jauh dari peran perpustakaan yang dimana keberadaannya seperti jantung yang terus menghidupi pola pikir semesta dari setiap regenerasi.

Memanfaatkan bacaan teks dalam pandangan konteks memang membawa efek samping pembaca untuk terjun bebas ke dalam cara pandang penulis, yang mungkin akan mendoktrin hal-hal baik berdasarkan apa yang disampaikannya melalui bahasa kiasan yang indah, atau bahkan lebih indah dari permainan puisi yang di kemas dalam majas-majas.

Kemampuan membaca masyarakat Indonesia bukan semena-mena di data dari berapa ribu orang yang berkunjung ke perpustakaan, kemampuan membaca juga bisa di ukur dari banyaknya masyarakat yang masih pergi ke toko buku seperti layaknya Gramedia yang sampai saat ini tidaklah sepi akan pengunjung. Di sisi lain riset perkembangan literasi juga bisa di survai oleh beberapa kalangan masyarakat yang secara mandiri menyebarkan ilmu pengetahuan dengan berbagai armada Pustaka Bergerak ada yang memakai sepeda, pedati, motor, kuda, dan lain sebagainya. Keberadaan masyarakat yang mandiri ini seringkali ia sebut sebagai baitul hikmah bergerak tersebar ke seluruh penjuru tanah air untuk menyapa masyarakat dari sabang sampai merauke.

GENERATIVE PRE-TRAINING TRANSFORMER

Generative Pre-Training Transformer (GPT) atau biasa disebut dengan Chat GPT merupakan produk dari perusahan Al non profit bernama Open Al yang didirikan pada tahun 2015. Sebuah aplikasi yang digagas oleh Elon Musk dan sejumlah tokoh terkenal di Silicon Valley, San Francisco, California seperti Reid Hotman dan Sam Altman. Aplikasi ChatGPT di buat berupa model bahasa generatif yang menggunakan teknologi transformer untuk memprediksi probalitas kalimat atau kata dalam suatu percakapan atau perintah teks yang diketik. Dunia kecerdasan buatan ini menunjukkan kemampuan yang amat pesat dalam membahas segala topik, mulai dari cara pembuatan teks pidato, cara membuat puisi, atau bisa membuatkan kedua hal itu dengan bahasa yang sangatlah ilmiah.

Kehadiran ChatGPT ini memang memudahkan manusia dalam cakap digital. Namun pada dunia pendidikan literasi saat ini tidaklah tepat, apalagi kehadiran ChatGPT memberikan sebuah jawaban pertanyaan hanya dalam waktu hitungan detik. Keberadaan sang guru akan merasa terkalahkan dengan kehadiran aplikasi kecerdasan berpikir ini, peserta didik itu akan mungkin menjalani proses pengerjaan tugas dengan sangatlah instan melalui ChatGPT yang sewaktu-waktu bisa digunakan untuk berbagai cara alternatif. Kecerdasan pola pikir manusia, suatu saat mungkin akan rusak, karena tidak ada kemampuan berpikir jernih.

 

 

 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Muhammad Assegaf lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler