Saya seorang arsiparis yang menggemari dunia tulis menulis. Kini sedang asyik menulis sastra jawa.

Efek Negatif Hiperrealitas Komunikasi

Selasa, 3 Oktober 2023 18:32 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dunia virtual memang begitu sulit kita hindari umat manusia. Bukan keanehan lagi, orang kini lebih sibuk dengan gawainya di tengah keriuhan. Seolah-olah yang nyata menjadi maya ketika seseorang sedang memegang gawainya. Dan pada saat itu realitas pun menjadi hiperrealitas.

Fenomena media sosial (medsos) via online  begitu luar biasa. Tua muda semua gandrung meggunakannya. Bahkan karena begitu aktifnya, sampai sampai mereka  tak peduli dengan lingkungan sekitarnya. Media virtual ini memang  mempunyai daya tarik yang luar biasa karena merupakan hal baru di lingkungan penggemar obrolan; praktis dan nyaman.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dunia virtual memang begitu sulit kita hindari di tengah keributan kemajuan dunia teknologi informasi sekarang ini. Kita sering melihat orang lebih sibuk dengan gawainya di tengah keriuhan suasana yang ada. Seolah-olah yang nyata menjadi maya ketika seseorang sedang memegang gawainya. Seakan akan realitas menjadi hiperrealitas saat kita bermedsos ria.

Komunikasi harusnya saling membagi empati dan rasa hati termasuk unsur fisik lainnya. Namun alat komunikasi telah mematikan rasa hati kita pelan pelan ketika kita sedang berinteraksi denganya. Getaran rasa antar dua orang yang sedang berinteraksi hilang karena perantara alat komunikasi ( handphone ). Kita hanya menyampaikan rasa kita kepada segenggam alat yang tak mungkin  mampu menerjemahkan rasa hati maupun mimik kita secara tepat kepada lawan bicara kita.

Tak terelakkan pula dalam dunia permainan online. Permainan yang selama ini membuat kita berinteraksi dengan sekeliling kita secara personal kini mulai terpinggirkan dengan pelan namun pasti seiring adanya game online ini. Kita tak lagi jeli membaca lingkungan kita. Kita tak mampu lagi menerjemahkan rasa sedih atau bahagia dari teman kita karena teman kita bermain adalah benda tak berperasaan.

Mungkin dalam beberapa tahun mendatang kita akan kehilangan situasi saling tegur sapa lewat tatap muka karena itu semua sudah difasilitasi oleh alat komunikasi yang semakin canggih.

Nir Empati Efek Komunikasi via Medsos Virtual

Mungkin sebagian dari kita tak begitu mengabaikan efek buruk yang ditimbulkan oleh medsos ini. Biar bagaimanapun tafsiran dari penerima pesan akan lebih dramatis bila saat berdialog mereka tak melihat mimik si pengirim pesan. Suatu contoh misalnya, dialog antara pria dan wanita yang terjadi via medsos ini akan sering terjadi salah arti hanya karena kita tidak melihat mimik lawan bicara kita.

Seorang wanita yang sedang sedih dan sedang membalas sapaan lelaki yang menyapanya via medsos dengan emoticon (gambar emosi) senyum karena malas menulis akan membuat si lelaki merasa ge-er dikiranya dia senang menerima sapaannya.

Maka tak sedikit pada akhirnya terjadi perselingkuhan hanya karena salah tafsir berkenaan tulisan yang dikirim. Karena bagi si lelaki   wanita tersebut dianggapnya suka dengan isi pesannya itu. Akibatnya, lelaki akan terus menerus menghujaninya dengan sapaan-sapaan dari yang biasa sampai ke yang ‘luar biasa’.

Kekurangan yang ditimbulkan oleh komunikasi via medsos ini memang disebabkan tidak adanya empati dari kedua pelaku karena masing-masing tidak mengetahui mimik wajah saat komunikasi itu berlangsung.

Selain itu, kecenderungan untuk berani iseng lebih tinggi karena masing masing berada di jarak yang  berjauhan. Toh, bila ada apa apa bisa langsung menghapus kontak, demikian  kata beberapa penggemar medsos itu.

Yang lebih miris lagi adalah bahwa penggemar medsos tersebut seringkali malah mengabaikan teman duduknya hanya untuk berasyik masyuk dengan gawai yang sedang dipegangnya. Mereka menjadi jiwa jiwa yang anti sosial dan apatis terhadap sekitar. Fenomena ini bisa kita lihat di bandara, stasiun, atau terminal di mana seringkali kita melihat segerombolan orang yang masing masing asik sendiri dengan gawainya.

Akankah komunikasi online ini membuat kita terasing dengan lingkungan nyata kita? Memang kita tak mungkin menghindari dunia Virtual ini. Namun, Hendaknya kita bisa secara bijak menyikapinya agar kecanduan medsos virtual ini tidak sampai mengasingkan  kita sebagai manusia. Bukankah akan lebih Indah dan bermakna bila kita berinteraksi dengan teman kita dalam tegur sapa bertatap muka  daripada hanya sekedar menafsiri basa basi  virtual itu?

Jangan korbankan rasa empati dan simpati kita dengan terjebak dalam dunia virtual. Biar bagaimanapun kenyataan lebih bernilai dan bermakna untuk memperkaya jiwa daripada dialog khayalan kita yang kadang kadang banyak isengnya. Mari bermedsos seperlunya! 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Agus Buchori

Seorang arsiparis

0 Pengikut

img-content

Kenapa Pejabat Bersedia Membeli Gelar Akademis?

Rabu, 20 November 2024 15:51 WIB
img-content

Kesunyian Bukan Kesepian Bagi Emi Suy

Kamis, 14 November 2024 07:28 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler