Nilai Kejujuran dan Jiwa Kebangsaan lebih Bermakna dari Kedudukan

Senin, 19 Februari 2024 07:34 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sebagai orang yang hidup dalam gepuran sosial media, kita selalu mengamati dan sering kali melihat konflik hukum. Pelanggaran-pelanggaran etika dan konstitusi tak mungkin membuat kita menutup mata selepas pemilu ini.

Diatas meja makan kayu berwarna cokelat  tua dengan suasana rintik hujan yang membuat mata lelah dan kantuk, saya berusaha untuk kembali menyelipkan sedikit pandangan saya kedalam papan keyboard hitam. Saya teringat kembali sebuah film  dengan judul dirty vote yang dimunculkan menjelang 14 februari kemarin, kita tidak bisa memastikan kebenarannya akan tetapi kita tidak bisa melengahkan pandangan bahwa film tersebut tidak salah. Kecurigaan-kecurigaan dengan berlandasakan fakta bahwa pemilu kali ini (2024) memang telah dicederai oleh pihak tertentu demi memuluskan langkahnya berada di pucuk kekuasaan.

Sebuah ungkapan lain kemudian yaitu dari seorang pakar yang intinya kurang lebih begini, "memang pelaksanaan pemilu telah kita laksanakan dan pemenang pemilu ini merupakan kebahagian bagi mereka yang menang dan yang kalah pun kita harus tetap hargaii. Akan tetapi yang terpenting adalah kita mesti membuka mata masyarakat bahwa ada banyak kejanggalan dalam proses pemilu ini, dan setiap orang berhak berjuang dalam kebenaran yang mereka yakini". Saya melihat tanggapan tersebut merupakan suatu statement yang menyadarkan kita bahwa pemilu tahun ini (2024) terdapat begitu banyak permasalahan. Apa saja permasalahan tersebut kita kemudian bertanya? tentu konflik hukum yang menimpa salah satu pasangan calon presiden.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebagai orang yang hidup dalam gepuran sosial media, kita selalu mengamati dan sering kali melihat dinimika tersebut, dan kita telah dihadapkan bahwa konflik hukum tersebut memang benar adanya. Pelanggaran-pelanggaran etika dan konstitusi yang kemudian kian menyeruak kepermukaan, pantaska kita menutup mata selepas pemilu ini jawabannya tidak!. Rakyat tidak boleh terus mentolerir sebuah kesalahan dalam kegiatan pemilu, orang-orang yang berkompeten di bidang hukum dan politik tidak boleh diam dan  bungkam dengan kecurangan yang ada. Lantas kita harusnya meng-Iyakan apa yang diungkapkan pakar diatas, bahwa biarpun pemilu ini berakhir kita harus mengingat bahwa kecurangan yang dibentuk pada proses pemilu ini (2024) telah mencederai demokrasi di Indonesia.

Kecacatan proses demokrasi kali ini akan selalu diingat oleh rakyat, akan senantiasa tercatat dalam bingkai media. Seiring dengan berjalan-nya waktu kita akan melihat bahwa sebuah kebusukan akan senantiasa terhembus kepermukaan. 

Pemilihan presiden ini bukan hanya tentang, menang dan kalah tetapi justru lebih jauh, sebuah nilai kejujuran dan jiwa kebangsaan lebih bermakna dari pada sebuah kedudukan yang didapatkan dengan mencederai orang lain. Sebuah kedudukan tidak berarti apabila mendapatkannya dengan kecurangan.

Bagikan Artikel Ini
img-content
MUUFI

Penulis, Suka Berpetualang dan Olahraga

1 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler