Sains India: Membangunkan Raksasa Tidur

Selasa, 30 Juli 2024 07:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tidak hanya Jepang, Tiongkok, dan Korea Selatan, India juga menjadi salah satu negara di Asia yang diakui dunia atas kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) nya. Ujicoba pertama nuklir oleh India sudah dimulai sejak tahun 1974. India juga menjadi negara keempat di dunia yang mendaratkan wahana antariksa di bulan.

Tidak hanya Jepang, Tiongkok, dan Korea Selatan, India juga menjadi salah satu negara di Asia yang diakui dunia atas kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) nya. Misalnya, teknologi nuklir bukan merupakan hal baru bagi India. Ujicoba pertama nuklir oleh India sudah dimulai sejak tahun 1974 dengan tujuan damai yang dikenal dengan nama “Smiling Buddha”. Dua dekade kemudian, di saat sejumlah negara di Asia tengah dilanda krisis moneter, pada tahun 1998 India melakukan uji coba hulu ledak nuklir dengan nama “Operasi Shakti”. India juga menjadi negara keempat di dunia yang mendaratkan wahana antariksa di bulan setelah Rusia, Amerika Serikat, dan Tiongkok lewat misi Chandrayaan-3 yang berhasil mendarat sempurna di bulan pada bulan Agustus 2023.

India adalah negara pertama yang secara eksplisit mengadopsi “watak ilmiah (scientific temper)” dalam konstitusinya. Amandemen ke-42 tahun 1976 menyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai kewajiban untuk mengembangkan “watak ilmiah”, humanisme, dan semangat untuk reformasi.

Meskipun dalam praktiknya dinilai masih belum segencar Tiongkok, dimana revitalisasi ekosistem ilmu pengetahuan di Tiongkok lebih membuahkan hasil sehingga Tiongkok dapat bersaing dengan Amerika Serikat dan negara-negara lain dalam kepemimpinan global di beberapa bidang seperti AI dan semikonduktor, namun perkembangan IPTEK India tetap diperhitungkan. India memiliki skala ekonomi, sumber daya manusia yang besar, ukuran pasar yang besar, serta ekosistem start-up yang dinamis. Semua faktor ini memberikan landasan yang baik bagi pengembangan IPTEK di negara ini.

Terbukti, Google, Microsoft, dan Adobe merupakan beberapa contoh perusahaan global yang dipimpin oleh para profesional keturunan India. Lebih dari 70% dari seluruh visa H-1B (visa kerja non-imigran) yang dikeluarkan oleh pemerintah AS diberikan kepada insinyur perangkat lunak India dan menurut Economic Times, 12% ilmuwan AS berasal dari India.

Namun, mengembangkan IPTEK di India bukan tanpa tantangan. Dana pengembangan IPTEK di India sebesar 0,66% PDB merupakan yang terendah di antara negara-negara BRICS (Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan) dan masih jauh lebih rendah dibandingkan Amerika Serikat (3,07%), Tiongkok (2,4%), dan Korea Selatan (4,5%). Selain itu, sebagian besar belanja penelitian India dilakukan di lembaga-lembaga pemerintah dan dinilai kurang mengakomodasi kebutuhan pasar.

Ruang pengembangan IPTEK di India masih terbuka luas. Meskipun India merupakan negara dengan perekonomian terbesar kelima di dunia, India masih menempati peringkat ke-50 dalam Bloomberg’s Global Innovation Index tahun 2021, dan peringkat ke-40 dalam Global Innovation Index tahun 2022 (bandingkan dengan Indonesia yang berada di peringkat ke-61). Selain itu, baru terdapat tiga perguruan tinggi di India yang masuk 200 besar Universitas terbaik Dunia versi QS (bandingkan dengan perguruan tinggi di Indonesia yang belum masuk 200 besar di tahun 2024).

 

Referensi: “Indian Science: Awakening the Sleeping Giant”, oleh Jayant Krishna terbit pada 22 Juni 2023 pada laman CSIS

Disusun oleh Febrianto Dias Chandra, ASN Kementerian Keuangan. Opini penulis tidak mewakili kebijakan institusi Kementerian Keuangan.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Febrianto Dias Chandra

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler