Mengulik Dunia Pesantren

Selasa, 30 Juli 2024 07:12 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content2
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Kini, dengan sejumlah inovasi, lembaga pendidikan ini tetap eksis dan bahkan diminati masyarakat karena sejumlah keunggulan yang dimiliki

Pondok Pesantren merupakan model lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Ia memiliki sejarah yang panjang sebelum mengalami perubahan dan perkembangan seiring berjalannya waktu. Saat ini, pondok pesantren tetap eksis dan bahkan menjadi lembaga pendidikan yang tetap diminati masyarakat karena sejumlah keunggulan yang dimiliki.  

Sejarah pesantren dapat ditelusuri dari masa-masa awal penyebaran Islam di Nusantara. Adalah wali songo, para ulama yang pertama-tama menyebarkan Islam di Jawa, yang memainkan peran penting bagi berdirinya pesantren. Dalam melaksanakan dakwah, wali songo tidak hanya mengajarkan agama Islam kepada masyarakat, tetapi juga mendirikan lembaga pendidikan untuk mendidik generasi muda dengan ajaran agama yang kuat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam buku Doktrin dan Pemahaman Keagamaan di Pesantren karangan Syarif Hidayatullah disebutkan bahwa pondok pesantren pertama kali muncul di Indonesia pada abad ke-14. Hal ini didasarkan pada Babad Demak, sebuah karya tulis literatur klasik Jawa, yang menyebutkan bahwa pondok pesantren pertama kali tumbuh pada masa Raden Rahmat atau Sunan Ampel. Masa ini berbarengan dengan periode kekuasaan Prabu Kertawijaya di Majapahit.

Sementara itu, buku Studi Kritik Pendidikan Kontemporer: Analisis Merdeka Belajar karya Herman menyebutkan bahwa munculnya pondok pesantren pertama di Indonesia adalah sekitar tahun 1359. Pondok pesantren ini didirikan oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim atau yang biasa dikenal dengan sebutan Syekh Maghribi yang berasal dari Gujarat, India. Ia dipercaya sebagai orang yang mendirikan pondok pesantren pertama di Pulau Jawa.

Model pesantren memang bukan sesuatu yang sepenuhnya baru dalam sejarah pendidikan di Indonesia. Para wali songo mengadopsi sistem lama yang telah ada di masyarakat Jawa, kemudian mengisinya dengan nilai-nilai Islam. Seiring berjalannya waktu, pondok pesantren mengalami perubahan dan perkembangan, serta menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia. Setiap pesantren memiliki kekhasan dan tradisi yang berbeda-beda, namun semuanya memiliki tujuan yang sama, yaitu mendidik generasi yang berakhlak mulia dan menguasai ilmu agama.

 

Ciri Pesantren

Sebagai lembaga pendidikan, ciri utama pesantren adalah para santrinya tinggal di asrama (pondok) di bawah bimbingan kiai. Dengan begitu, para santri berkemungkinan untuk belajar dan berinteraksi secara intensif dengan sesama santri dan kiainya. Dalam pesantren, kiai adalah figur sentral. Ia tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga menjadi panutan dan teladan bagi santrinya.

Di masa lalu, aktifitas utama santri adalah belajar ilmu-ilmu agama dan ilmu penunjangnya seperti bahasa Arab. Sekarang, kurikulum pesantren tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tapi juga ilmu-ilmu umum seperti bahasa Inggris, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, ketrampilan, dan sebagainya.

Secara tradisional, ilmu agama di pesantren diajarkan dengan menggunakan kitab-kitab klasik berbahasa Arab yang lazim disebut kitab kuning. Kitab-kitab itu meliputi sejumlah mata pelajaran keagamaan seperti tafsir, hadits, fiqih, akidah, tasawuf, dan sebagainya. Juga bahasa Arab dan cabang-cabangnya seperti nahwu, sharaf, balaghah, dan sebagainya.

Metode pembelajaran di pesantren sangat khas, utamanya di pesantren-pesantren tradisional, yakni bandongan dan sorogan.  Bandongan adalah metode pengajaran kitab dimana guru menjelaskan isi kitab di hadapan para santri, sementara santri mendengarkannya sambil menulis catatan-catatan penting pada kitab masing-masing.

Sedangkan sorogan adalah metode pengajaran kitab dimana santri membaca kitab di hadapan guru secara individual, lalu guru mendengarkannya dan kemudian membetulkannya jika terdapat kesalahan yang dibuat oleh santrinya.

Dalam pesantren, santri tidak hanya dibimbing untuk belajar, tapi juga menjalankan ajaran agama dan aktifitas hidup sehari-hari dengan baik. Kegiatan membaca Al-Quran, salat berjamaah, dan aktifitas hidup lainnya adalah menu yang dijalani para santri sehari-hari. Suasana hidup yang penuh kesederhanaan tapi diliputi semangat kekeluargaan adalah bagian dari kehidupan pesantren.

Dalam tradisi lama pesantren, lazim seorang santri bekerja membantu kiainya atau pesantrennya. Hal itu dilakukan sebagai bentuk pengabdian. Dan itu bisa berlangsung lama, tergantung kesiapan santri. Pengabdian semacam itu dilakukan dengan tulus karena diyakini bahwa mengabdi kepada guru akan mendatangkan berkah.

Secara umum, santri akan mendapatkan pengalaman yang begitu banyak di pesantren. Tidak hanya belajar, tapi juga mendapatkan bimbingan moral, belajar hidup mandiri, bergotong-royong dengan sesama teman, menangani berbagai urusan, membimbing adik-adik kelas bila sudah beranjak senior, dan sebagainya.

 

Macam Pesantren

Dewasa ini, pesantren dapat digolongkan menjadi dua kelompok secara garis besar. Pertama, pesantren tradisional (salafi), yaitu pesantren yang masih mempertahankan tradisi-tradisi lama seperti pengajian kitab kuning dengan metode bandongan dan sorogan. Juga masih dikelola secara tradisional dan sederhana.

Kedua, pesantren modern (khalafi), yaitu pesantren yang telah memasukkan unsur-unsur modern dalam kurikulum dan pengelolaannya. Pesantren ini umumnya telah mengajarkan ilmu-ilmu umum dan menggunakan sistem sekolah (klasikal) dalam pembelajarannya. Hal itu dilakukan dengan mengadopsi kurikulum nasional atau mengadaptasinya sesuai dengan visi dan misi pesantren. Selain dikelola secara modern, tak jarang pesantren modern juga dilengkapi sarana fisik yang lebih lengkap dan bahkan modern.

Di antara dua tipe tersebut, pesantren modern tentu memiliki keunggulan dibanding pesantren tradisional. Selain karena membekali santrinya dengan pendidikan agama, pesantren jenis ini juga mengajarkan ilmu-ilmu umum yang menjadi kebutuhan anak di zaman sekarang. Pesantren modern membimbing para santri untuk menghadapi masa depan dengan bekal iman yang mantap, ilmu yang cukup, dan ketrampilan yang memadai.

Oleh karena itu, patut dihargai bila sejumlah pengelola pesantren melakukan upaya-upaya kreatif untuk mengangkat derajat pesantrennya. Misalnya, dengan memperkenalkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada para santri, menjadikan bahasa Arab dan Inggris sebagai bahasa komunikasi, juga membekali santri dengan aneka kegiatan pengembangan diri yang bermanfaat.

Jika inovasi semacam ini terus dilakukan, bukan mustahil kualitas pendidikan pesantren akan mengungguli sekolah dan madrasah pada umumnya. Kuncinya adalah, terus melakukan inovasi dan istikamah dalam menjalankannya.***

Sendangagung, 28 Juli 2024

Bagikan Artikel Ini
img-content
Agus Salim Syukran

Penulis Indonesiana

2 Pengikut

img-content

Kemerdekaan Semu, Penjajahan Baru

Jumat, 9 Agustus 2024 19:02 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler