Suatu Masa di Gunung Tursina

Selasa, 30 Juli 2024 23:00 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Duhai jiwaku yang senantiasa mencari, sesungguhnya pertemuan itu benar adanya. Dan Al-Quran tidaklah mengandung kebohongan sama sekali.

Suatu masa di gunung Tursina, seorang hamba bermunajat kepada tuhannya. Dia adalah salah satu utusan utama yang bernama Musa a.s., yang ingin melihat Tuhan dengan kedua matanya. Maka Tuhan berfirman, "Engkau sekali kali tidak dapat melihat-Ku." dan memerintahkannya untuk memandang sebuah gunung. Jika gunung itu tetap berada ditempatnya, maka dia akan dapat melihat-Nya. Dan Musa a.s. pun memalingkan tatapannya kepada gunung itu.

Maka dijadikan-Nya gunung itu hancur berkeping-keping sebab ditampakkan keagungan wajah-Nya kepada gunung itu. Melihat kejadian itu, Musa a.s. pingsan dibuatnya.

Maka ketika Musa a.s. siuman, dia berkata, "Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman".

 

وَلَمَّا جَاۤءَ مُوْسٰى لِمِيْقَاتِنَا وَكَلَّمَهٗ رَبُّهٗۙ قَالَ رَبِّ اَرِنِيْٓ اَنْظُرْ اِلَيْكَۗ قَالَ لَنْ تَرٰىنِيْ وَلٰكِنِ انْظُرْ اِلَى الْجَبَلِ فَاِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهٗ فَسَوْفَ تَرٰىنِيْۚ فَلَمَّا تَجَلّٰى رَبُّهٗ لِلْجَبَلِ جَعَلَهٗ دَكًّا وَّخَرَّ مُوْسٰى صَعِقًاۚ فَلَمَّآ اَفَاقَ قَالَ سُبْحٰنَكَ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاَنَا۠ اَوَّلُ الْمُؤْمِنِيْنَ ۝١٤٣

Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke gunung itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman".

QS. Al-A'raf: 143

Sebenarnya atas kesalahan apa Musa a.s. bertaubat? Apakah keinginan untuk memandang wajah seorang kekasih adalah hal yang terlarang dalam cinta?

Bukankah "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke gunung itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku." yang jika hanya dipahami sebatas teks belaka adalah suatu kalimat kontradiktif yang mengisyaratkan bahwa Tuhan tak terlihat, tetapi dapat dilihat?

Bagaimana memahami ayat ini?

Duhai jiwaku yang senantiasa mencari, sesungguhnya pertemuan itu benar adanya. Dan Al-Quran tidaklah mengandung kebohongan sama sekali.

Jangan engkau berpikir bahwa seorang kekasih akan berhenti mencintai ketika dilarang. Keinginan Musa a.s. untuk melihat-Nya tidak padam karena firman, "Engkau sekali kali tidak sanggup melihat-Ku." dan tidak sirna hanya karena gunung-gunung kecil di matanya—sebab bagi Musa a.s. hanya Tuhan sajalah yang besar—itu hancur berantakan.

Wahai jiwaku yang senantiasa dalam pencarian, jangan engkau berpikir bahwa keinginan untuk melihat-Nya dengan ainul yakin adalah suatu yang terlarang sehingga Musa a.s. merasa perlu bertobat karenanya. Bagaimana mungkin ada seorang kekasih tidak ingin dilihat oleh kekasihnya?

Dan bagaimana bisa selama ini engkau menyimpulkan bahwa Musa a.s. salah perhitungan dan baru sadar bahwa tidak ada yang mampu melihat-Nya setelah kejadian gunung-gunung hancur berantakan ketika ditampakkan wajah Tuhan? Apa kau mengira Musa a.s. tidak tahu itu padahal sifat para utusan itu adalah memiliki karunia fathonah, kecerdasan dan kematangan akal yang luar biasa? Apakah engkau lupa apa-apa yang gunung, langit dan bumi telah tolak dan hanya manusia yang sanggup menerimanya? Sungguh manusia lebih kokoh dari gunung-gunung. Dan bukan karena ketidaktahuannya akan hal itu Musa a.s. bertobat.

Apakah engkau masih juga berpikir bahwa jatuh pingsannya Musa a.s. hanya karena melihat gunung-gunung hancur luluh? Padahal sebelumnya dia telah menyaksikan tujuh azab besar beriringan yang menimpa tanah Mesir, tongkat yang berubah menjadi ular yang menelan ular-ular tukang sihir Firaun dan terbelahnya Laut Merah. Semua itu dia saksikan dengan kedua matanya sedang kedua kakinya tetap berdiri kokoh.

Di puncak gunung Tursina, Musa a.s. tetaplah seorang nabi yang terbebas dari dosa. Sebagai utusan yang mengemban syariat, Musa a.s. selalu mengikuti perintah dan menjauhi larangan-Nya sebagaimana tertulis dalam hukum Taurat. Atas sebab itulah beliau lebih utama daripada Khidr a.s. dan menjadi salah satu ulul azm, sedangkan Khidr a.s. tidak.

Duhai jiwaku, jangan pula kau mengira protesnya Musa a.s. kepada Khidr a.s. dalam tiga kejadian adalah bentuk ketidaktahuannya Musa a.s. atas keunggulan pengetahuannya Khidr a.s. Sebab tugas utama dari seorang utusan pengemban syariat adalah mencegah kemungkaran, dan Musa a.s. persis melakukan apa yang diperintahkan tuhannya sesuai hukum Taurat yaitu mencegah kemungkaran atas pengerusakan, pembunuhan dan pendirian tembok oleh Khidr a.s. Sedangkan sesungguhnya Khidr a.s. sendiri samasekali tidak memiliki kehendak atas apa yang dia lakukan. Khidr a.s. berkata, "Wa maa faaltuhu an amri"—dan perbuatan-perbuatanku ini bukan karena kemauanku sendiri.

Maka sekali lagi kutanyakan kepadamu, duhai jiwaku, atas apa Musa a.s. bertobat jika bukan karena dia memalingkan wajahnya dari wajah Dia yang mahatinggi? Namun tiada dosa dalam keberpalingannya sebab itu juga merupakan perintah-Nya. Sebab ketika Tuhan berfirman, "tapi lihatlah ke gunung itu", maka Musa a.s pun melihat ke gunung itu. Sedang syarat untuk dapat melihat-Nya adalah membiarkan gunung itu tetap di tempatnya seperti sediakala. Dan ia akan tetap di tempatnya andaisaja Tuhan tidak menampakkan diri-Nya kepadanya. Sedangkan Tuhan tidak menampakkan diri-Nya kepada gunung itu andaikan Musa a.s. tidak memalingkan wajahnya dari-Nya. Sungguh, barangsiapa yang tidak berpaling dari-Nya, dapat melihat-Nya.

Wahai jiwaku, Bagaimana mungkin engkau menyembah Tuhan yang tidak dapat dilihat? Mungkinkah Tuhan yang mahawujud dan mahatampak ini tidak kelihatan? Gunakanlah akal dan hatimu.

Maka bertobatlah sebagaimana tobatnya Musa a.s.. Bersihkan mata hatimu dari kotoran dunia, hilangkan gunung-gunung yang menutupi pandanganmu itu dan jangan sekalipun berpaling kepada selain-Nya. Semoga engkau termasuk golongan orang-orang beriman. Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Bryan Jati Pratama

Penulis Indonesiana | Author of Rakunulis.com

1 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler