Saya melampirkan buku perdana karya saya yang berjudul Gelora Ilmu Religi yang bisa didownload secara gratis, berikut link-nya. https://drive.google.com/file/d/1T-_ZTzUCk-spR68FP4qRzovJEqSk7aqe/view?usp\x3ddrive_link Semoga buku ini bermanfaat! Jika dirasa baik untuk dibagikan kepada orang terdekat anda, saya dengan senang hati anda berbagi link download buku ini! Terima kasih.
Konsekuensi Ajaran Adab Lebih Tinggi daripada Ilmu bagi Orang-orang Tak Berakal
Sabtu, 3 Agustus 2024 22:06 WIBSuatu organisasi bahkan suatu negara akan jatuh pada konflik, keputusasaan dan kemunduran moral apabila mereka memusuhi dan menjatuhkan martabat seorang yang mendapatkan karunia ilmu dari sisi Allah Swt.
Pembuka
Beberapa tahun lalu di media sosial masyarakat gemar memposting keutamaan Adab lebih tinggi daripada ilmu bahkan ada pula ajaran "kami lebih menghormati orang beradab ketimbang orang berilmu sebab iblis pun lebih tinggi ilmunya". Hingga menjustifikasi orang berilmu sebagai orang tak beradab.
Ajaran ini dampaknya sangat buruk sekali bila jatuh di tangan orang-orang tak berakal yang padahal mereka enggan untuk mempelajari ilmu tersebut, yaitu mereka menjadi semakin merendahkan ilmu dan tidak menghormati lagi tidak menghargai orang-orang yang menyampaikan ilmu.
Orang-orang tak berakal mendewakan adab dan merendahkan ilmu serta penyampainya. Padahal nyatanya mereka sendiri tak menggunakan adab saat berhadapan dengan orang yang derajat ilmunya lebih tinggi dari mereka.
Bahkan mereka memusuhi orang orang yang Allah karuniakan ilmu dengan mencaci bahkan menjadikan bahan olok-olok. Maka wajar saja bila peradaban Islam menjadi mundur dan makin terbelakang dari kemajuan pesat orang-orang barat yang notabenenya tak beragama.
Penjelasan
Padahal fungsi adab itu ialah untuk menumbuhkan kepercayaan bagi yang menikmati indahnya adab seseorang. Dan fungsi utama ilmu yaitu mempermudah segala urusan, mencerahkan, penunjuk jalan keselamatan, jalan menuju kebahagiaan dan kesejahteraan dunia dan akhirat.
Orang-orang terdahulu menggunakan adab sebagai cara utama agar masyarakat awam mempercayai mereka, dan mudahlah bagi masyarakat untuk menerima ilmu yang mereka sampaikan setelah mendapatkan kepercayaan.
Ibaratkan sebuah buku, adab ialah buku dengan cover yang indah memikat mata menarik yang melihatnya, dan ilmu ialah isi dari buku tersebut. Maka adab dan ilmu sebaiknya menjadi keseimbangan, sebab ilmu tanpa adab, ibarat buku yang isinya bagus namun covernya membuat orang enggan membacanya, dan adab tanpa ilmu ibarat buku yang covernya membuat orang tertarik membacanya namun isinya sama sekali tak ada faedah.
Orang-orang tak berakal ini menuntut adab atas orang-orang berilmu. Padahal kegunaan adab sendiri yang paling utama ialah adalah bagaimana kita memiliki adab yang sepantasnya saat kita menuntut ilmu kepada orang yang Allah karuniakan ilmu.
Memang ada beberapa orang berilmu berperan sebagai guru yang menyampaikan keilmuannya dengan cara yang keras. Bagi murid yang tak sabar, mungkin hal ini menjadi penyebab ketidaksukaan murid pada guru.
Konsekuensi bakal diterima kedua belah pihak, apabila sang murid memusuhi guru. Maka dari itulah alasan adab itu hadir, agar penyampaian ilmu mudah diterima para murid yang masih belum sadar akan keutamaan ilmu.
Orang berilmu yang bijak, tentu ia menempatkan posisi sepantasnya kepada seorang berilmu lainnya yang derajat ilmunya lebih tinggi daripadanya. Dan Orang berilmu yang benar, tidak menuntut pemenuhan materi dari murid-muridnya, melainkan tulus membagikan ilmunya guna mendapat rida Allah semata dan membangkitkan keberdayaan sesama.
Sebaiknya penguasa yang berkuasa atas orang berilmu tersebut menjamin kesejahteraannya baik secara langsung atau tidak langsung melalui kebijakan pemerintahannya. Agar orang berilmu tidak mengeksploitasi murid muridnya perihal kebutuhan hidupnya. Karena ini dapat menjadi keberkahan bagi penguasa tersebut dari sisi Allah Azza Wa Jalla.
Konsekuensi dan Kisah Penguat
Suatu organisasi bahkan suatu negara akan jatuh pada konflik, keputusasaan dan kemunduran moral apabila mereka memusuhi dan menjatuhkan martabat seorang yang mendapatkan karunia ilmu dari sisi Allah Swt. Bahkan sekelas Sayyidina Ali r.a pun sampai mengabdikan diri pada seorang yang menyampaikan ilmu padanya dengan menyatakan dirinya sebagai budak dari gurunya.
Dan para khalifah atau imam besar seperti Imam Syafi'i beliau menjadi besar namanya dan sangat berpengaruh pada zamannya hingga saat ini, sebab beliau memuliakan orang yang dikaruniai ilmu oleh Allah. Hingga iblis pun takut akan kemuliaan orang-orang yang dikaruniai ilmu oleh Allah ketimbang orang yang ahli ibadah namun kurang akan ilmu.
Terdapat kisah Iblis enggan mengganggu dua orang di masjid, yang mana ada orang berilmu yang tertidur, dan seorang awam sedang salat di dalamnya. Karena jika orang berilmu itu terbangun, ia bakal memberikan ilmu kepada orang awam tersebut perihal salatnya, yang menjadi keberkahan bagi keduanya.
Sangat fatal jika mengharap keputusasaan dan memusuhi orang-orang yang Allah karuniakan ilmu. Hal tersebut dapat menjadi penyebab kemurkaan Allah ditimpakan bagi mereka yang menyiksa secara psikologis apalagi fisik atas orang-orang yang Allah karuniakan ilmu.
Bisa-bisa sejarah bakal mencatat orang-orang yang berkonfrontasi dengan orang-orang yang Allah karuniakan ilmu, dan hal yang mengerikan bagi mereka, laknat bumi dan langit ditimpakan bagi mereka yang berlaku zalim terhadapnya.
Allah mencabut ilmu dari dunia, dengan mewafatkan orang-orang yang Allah karuniakan ilmu dan menghapus jejak ilmunya. Penyebab hal ini bisa jadi Allah murka kepada masyarakat tersebut karena orang-orang yang Allah karuniakan ilmu tidak mereka berikan hak-hak yang sepantasnya orang berilmu terima.
Dan bila ilmu dicabut dari dunia, maka kebodohan semakin menyelimuti kehidupan manusia. Manusia semakin kehilangan petunjuk hidup, yang menyebabkan kesengsaraan terjadi di mana-mana.
Wasana Kata
Dengan demikian, esensi dari tulisan ini ialah, bagaimana kita menempatkan diri secara adil kepada seorang yang derajat ilmunya lebih tinggi dari kita. Atau bahasa sederhananya "sadar diri". Allah Maha Pemilik Ilmu, bagi seorang yang menghargai ilmu dan penyebar ilmu, maka ia mendapatkan keberkahan dari Sang Maha Pemilik Ilmu.
Cimahi, 3 Agustus 2024.
Hamba Allah dan Umat Muhammad Saw. Semakin besar harapan kepada Allah melebihi harapan kepada makhluk-Nya, semakin besar pula potensi dan kekuatan yang kita miliki.
1 Pengikut
Kemampuan Melihat Masa Depan
1 hari laluBaca Juga
Artikel Terpopuler