Aku Mencintai Pribumi
Senin, 5 Agustus 2024 22:26 WIBNovel tentang anak Tionghoa memperjuangkan cintanya kepada gadis pribumi.
Judul: Aku Mencintai Pribumi
Penulis: P B8
Tahun Terbit: 2011
Penerbit: Tanren Publisher
Tebal: v + 201
ISBN: 978-6028-9661-39
Bagi saya, yang paling menarik dari novel ini adalah latar belakang tokoh-tokohnya yang berkebalikan dari kebanyakan novel sejenis. Novel yang membahas percintaan antara orang Tionghoa dengan suku lain di Indonesia banyak jumlahnya. Kebanyakan tokoh dari etnis Tionghoa digambarkan dari keluarga kaya, sedangkan tokoh dari etnis lain digambarkan dengan status ekonomi yang dibawahnya. Namun P B8 justru memberi latar belakang tokoh Tionghoanya dari ekonomi yang kurang, sedangkan tokoh etnis Jawa dengan kondisi ekonomi yang lebih tinggi.
P B8 juga tak melibatkan isu agama dalam membahas persoalan percintaan/pernikahan antara etnis Tionghoa dengan etnis lain (baca: Jawa) di novel ini.
Pertama-tama marilah kita soroti nama pena yang dipakai oleh sang penulis. Ia memakai nama pena yang kurang lazim: P B8. Karena penasaran saya menjelajah Google untuk mencari tahu. Saya menemukan sebuah artikel di Kompasiana yang dia tulis yang menjelaskan mengapa ia memakai nama P B8 (https://www.kompasiana.com/pbdelapan/5500adf5a33311c27151161c/teriak-melalui-buku-aku-mencintai-pribumi). Dalam artikel tersebut ia menjelaskan bahwa P B8 adalah singkatan dari Penulis Bintang 8. Ia hanya ingin dikenal dari karyanya. Meski memakai nama pena yang tidak lazim, ia menampilkan foto dan identitas diri di bagian akhir novel. P B8 adalah seorang lelaki yang mempunyai darah Tionghoa, Dayak dan Melayu.
Dalam novel ini P B8 secara terang-terangan menunjukkan kesombongan keluarga Tionghoa yang tidak mau menikahkan anak-anaknya dengan suku lain – yang dalam novel ini disebut pribumi. Keluarga Afuk yang tinggal di sebuah desa di Nanga Pinoh, Kalimantan Barat sangat kolot dalam memandang perjodohan. Terutama Acen, ibu Afuk. Acen takut dibuli oleh orang-orang Tionghoa lain apabila anaknya menikah dengan suku lain. Dalam buku ini P B8 mencantumkan beberapa kisah pembulian Acen oleh para perempuan Tionghoa yang bertandang ke rumah Acen atau sekadar bergunjing di antara mereka.
Afuk adalah anak pasangan Aliu dan Acen. Aliu seorang tukang bangunan. Sedangkan Acen adalah seorang ibu yang bekerja keras untuk membantu ekonomi keluarganya dengan berjualan kue talam. Afuk mempunyai saudara perempuan bernama Aling.
P B8 tidak mereduksi kualitas kerja keras keluarga ini. Meski miskin, Aliu dan Acen tidak malu untuk bekerja apa saja demi keluarganya. Ini adalah salah satu kualitas orang Tionghoa yang patut dibanggakan. Mereka ingin anak-anaknya sukses dan tidak mengalami kesulitan hidup seperti yang dihadapinya.
Afuk adalah anak yang suka bergaul dengan semua suku. Sekolahnya yang adalah sekolah negeri di Nanga Pinoh yang berisi anak-anak dari berbagai suku membuat Afuk mempunyai teman yang beragam sukunya. Kemiskinan membuat Afuk harus bersekolah di sekolah negeri. Berbeda dengan keluarga-keluarga Tionghoa yang lebih kaya, mereka menyekolahkan anaknya ke sekolah swasta yang mayoritas siswanya adalah anak-anak Tionghoa.
Pergaulannya sehari-hari dengan teman-teman dari suku lain membuat Afuk mencintai seorang perempuan bernama Kartika. Namun cinta mereka saat SMA ini kandas karena orangtua Afuk melarang. Saat Afuk merantau ke Jakarta, sekali lagi ia menjalin hubungan cinta dengan seorang gadis Jawa bernama Ningsih. Kisah cinta Afuk dengan Ningsih inilah yang menjadi inti cerita novel ini.
Afuk yang telah lulus SMA tidak mempunyai biaya untuk lemanjutkan sekolah. Oleh sebab itu ia dititipkan ke keluarga bibimnya di Jakarta untuk suatu saat nanti bisa kuliah. Sementara belum kuliah, Afuk membantu bekerja di bengkel milik sang paman. Afuk bertemu Ningsih saat mobil Ningsih macet. Pertemuan antara pemilik mobil dan montir yang membatulkan mobil yang macet tersebut berlanjut ke hubungan cinta yang serius.
Mendengar bahwa Afuk sangat mencintai Ningsih, Acen menderita. Ia bahkan sakit. Afuk yang mendengar mamanya sakit, berupaya untuk pulang ke Nanga Pinoh untuk menolong ibunya. Saat keluarga ini kebingungan karena harus mencari darah golongan AB untuk tranfusi sang Ibu, tiba-tiba Ningsih yang mempunyai golongan darah AB muncul. Melihat betapa Ningsih sangat mencintai Afuk dan keluarganya, Acen akhirnya luluh dan menerima Ningsih sebagai calon menantu.
Di novel ini P B8 secara menarik menghiasi alur ceritanya dengan suasana kebinekaan yang muncul dalam kehidupan seharihari. Perkenalan Afuk dengan Pak Sabran, seorang kuli pelabuhan yang menolong Afuk yang tidak pernah pergi jauh dari kampungnya. Persahabatan Afuk dengan Pak Sabran ini sangat memperkuat nuanasa kebinekaan di novel ini.
Sayang sekali pemilihan sebutan hubungan keluarga dalam novel ini kurang tepat. Sebagai keluarga Tionghoa yang masih kolot agak aneh jika mereka memakai sebutan Ibu, Bapak, Paman dan Bibi. Akan lebih sesuai apabila menggunakan sebutan apa, ame, apak, akiu, ajin yang mengacu kepada panggilan suku Hakka yang banyak menghuni Naga Pinoh. 850
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Sebilah Pisau Dari Tokyo - Derita Keturunan Exile 1965
Selasa, 3 September 2024 15:15 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler