Besarnya Pengorbanan Golkar demi Jokowi; Sebuah Pertaruhan Politik
Senin, 12 Agustus 2024 14:12 WIBGolkar melakukan pertaruhan berani dengan mendukung Dedi Mulyadi di Pilgub Jawa Barat dan akan mencalonkan RK di Jakarta. Padahal, RK sangat mendominasi puncak survei Pilgub Jawa Barat dan beluam menandingi Anies dan Ahok di akarta.
Pemilihan Gubernur Jakarta sudah di depan mata, dan beberapa sosok potensial telah mencuat untuk maju dalam Pilgub kali ini. Di antaranya adalah mantan calon presiden sekaligus petahana, Anies Baswedan, mantan Gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok/BTP), dan mantan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil (RK). Ketiga nama ini tidak hanya mendominasi pembicaraan di media sosial tetapi juga memiliki elektabilitas tinggi di berbagai lembaga survei.
Ridwan Kamil memiliki elektabilitas tinggi tidak hanya di Jakarta, tetapi juga di Jawa Barat. Bahkan, RK memuncaki hasil survei di Jawa Barat dengan elektabilitas nyaris menembus 50 persen, terlepas siapapun lawannya nanti.
Uniknya, partai Golkar tempat RK bernaung justru mendeklarasikan dukungannya kepada Dedi Mulyadi, mantan kadernya yang sekarang merupakan kader Gerindra, sebagai calon gubernur di Jawa Barat. Ini membuat RK semakin dikaitkan untuk maju ke Pilgub Jakarta, mengingat sudah banyak partai politik yang siap mencalonkannya di Jakarta.
Pertaruhan Golkar di Pilgub Jakarta
Ini tentu saja akan menjadi pertaruhan besar bagi RK dan Golkar. Meski elektabilitas RK lebih mumpuni di Jawa Barat, jika berhasil menang di Jakarta, peluang RK untuk maju pada Pilpres 2029 akan semakin besar, seperti yang dialami oleh dua Gubernur Jakarta sebelumnya, Joko Widodo dan Anies Baswedan.
Namun, melihat gejolak politik sejak kontestasi Pilpres hingga Pilkada, banyak pengorbanan besar dari partai Golkar sering dikaitkan dengan Presiden Jokowi, yang dianggap sebagai sosok yang menggerakkan Golkar melakukan berbagai tindakan tersebut.
Membentuk Koalisi Indonesia Bersatu (KIB)
Pada Mei 2022, Partai Golkar, PAN, dan PPP membentuk Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang digadang-gadang akan mengusung capres-cawapres untuk Pilpres 2024. Meski banyak pihak berpendapat pembentukan KIB merupakan "sekoci untuk Ganjar" karena masih belum mendapat dukungan dari PDIP.
Selain itu, ada yang berargumen KIB membuka kesempatan bagi kader Golkar, terutama Ketum Airlangga Hartarto (waktu itu), untuk menjadi capres, mengulang Pilpres 2009 ketika Golkar mengusung Jusuf Kalla sebagai capres. Namun, KIB tidak bertahan lama. Pada Mei 2023, PPP resmi mendukung Ganjar yang akhirnya diusung PDIP, sementara Golkar dan PAN justru mengusung Prabowo Subianto pada Agustus 2023, sekaligus mengakhiri perjalanan KIB yang sangat singkat.
Pengorbanan Golkar demi Bobby Nasution
Golkar bahkan pernah di-"PHP" oleh menantu Presiden Jokowi, Bobby Nasution. Awalnya, Bobby dikabarkan akan masuk Golkar dan mendapat dukungan partai beringin ini untuk maju menjadi calon gubernur di Sumatera Utara.
Namun, pada Mei 2024, Bobby justru resmi menjadi kader Gerindra, yang membuat beberapa elit Golkar kaget. Terlebih, sebelumnya sudah muncul rumor bahwa Presiden Jokowi dan Gibran juga akan menjadi kader Golkar, tetapi sampai sekarang kedua tokoh tersebut belum terlihat ingin memasuki partai baru setelah berkonflik dengan PDIP.
Melepas Jawa Barat dan Bertarung di Jakarta
Terakhir, Golkar melakukan pertaruhan yang berani dengan mendukung Dedi Mulyadi di Pilgub Jawa Barat dan kemungkinan besar akan mencalonkan RK di Jakarta. Padahal, RK sangat mendominasi puncak survei Pilgub Jawa Barat dan masih kalah di Jakarta dengan Anies dan Ahok. Masuknya RK tentu membuat Koalisi Indonesia Maju mendapatkan sosok yang kuat yang mampu menandingi Anies dan Ahok di Jakarta.
Bahkan, bisa menjegal kedua calon itu bila wacana KIM plus bisa terwujud yang membuat RK melawan kotak kosong. Meskipun itu terlihat sulit terwujud melihat PDIP dan beberapa partai lain ingin merebut kursi DKJ-1 untuk kepentingan elektoral mereka di kemudian hari.
Keuntungan bagi Golkar
Dengan semua pengorbanan yang dilakukan Golkar, bukan berarti partai ini tidak mendapatkan keuntungan sama sekali. Setidaknya, keuntungan Golkar terlihat dari hasil Pileg 2024 yang membuat Golkar meraup banyak kursi di DPR maupun DPRD.
Banyak orang percaya bahwa penyebab melonjaknya suara Golkar selain banyaknya tokoh-tokoh yang dekat dengan kaum muda seperti RK, juga karena banyaknya loyalis Jokowi yang dulunya memilih PDIP mengalihkan suara mereka ke partai lain dan Golkar meraup limpahan yang paling banyak.
Ini menjadi modal bagus bagi Golkar untuk daya tawar di pemerintahan berikutnya sekaligus untuk pertarungan di Pemilu yang akan datang. Namun, untuk Pilkada 2024 ini, sepertinya keberhasilan Pileg 2024 gagal dimanfaatkan Golkar untuk menempatkan kadernya menjadi calon gubernur di provinsi penting seperti Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatera Utara.
Akan menarik melihat hasil Pilkada 2024 nanti, apakah Golkar dengan berbagai pengorbanannya bisa membuat banyak kadernya menjadi pemimpin di berbagai daerah di Indonesia atau justru mereka gagal yang membuat keuntungan yang diraih pada Pileg 2024 sirna begitu saja.
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Zaken Kabinet Hanya Merupakan Utopia?
2 hari laluSaatnya Anies Buat Partai Baru
Rabu, 21 Agustus 2024 18:52 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler