Sublim
Selasa, 13 Agustus 2024 19:55 WIBPanorama cerpen, imaji mengurai sel-sel otak agar tetap sehat walafiat. Tak ada pembaca tak ada seni susastra. Jelajah imajinasi
Awan di langit hari ini ataupun lampau tak pernah sama. Kenapa ya. Rasanya ingin membenahi komposisi awanawan deh. Mengkomposisikan awanawan itu sesungguhnya tak terlalu sulit. Panggil saja imajinasi, lalu bilang padanya. Menjawab atau tidak lakukan saja. Anda kenalkan imajinasi.
Beres. Lantas biarkan tubuh merasakan kehangatan, mengalir di selsel darah secara saksama bertahapan dalam alur sketsa mimpimimpi sebagaimana diperlukan inteligensi sesuka pemiliknya. Terbanglah. Boleh. Berlarilari juga boleh. Asal jangan mabuk kepayang karena cinta atau dicintai oleh imaji.
Bertemulah warnawarna superior tak terduga, saling menjalin asa kinanti telah dinanti berabad di zaman berlari di peraduan kekasih peradaban, selalu saling mencintai, berpagutan estetika kasmaran kidung senja berayunayun menabrak angin sepoisepoi sembari bilang "I love you", kalau nyata benar ada.
Kalaupun mimpi imajinasi, mensyukuri hakikat sekalipun di antara hidup matinya kefanaan. Ada waktunya bertemu keabadian. Memasuki taman tak serupa taman apapun pernah melintas sekalipun terlintas di alam dunia imajinasi. Mungkin ini kesadaran sublim, barangkali pula di antara alam semesta transendental tak pernah ada dimanapun.
"Apakah masih perlu bilang cinta?"
"Setelah sampai di semesta imajinasi?"
"Kenapa kamu juga bertanya."
"Karena kita imajinasi."
"Artinya, kita, spirit dari nilai imajinasi?"
"Aku tak punya jawaban untuk itu."
"Bertanya pada siapa?"
"Senantiasa dengan imajinasi."
"Mungkin atau barangkali."
"Bisa keduanya. Bisa juga tidak."
Keduanya berawang ngawang di awangawang lebih ringan dari kapas selembut itu imajinasi menyayangi, multiwarna cahaya berlanjut peraduan terhampar kerlap kerlip. Blink!
***
Jakarta Indonesiana, Agustus 13, 2024.
Salam NKRI Pancasila. Banyak kebaikan setiap hari.
Baca Juga
Artikel Terpopuler