Warga Negara Indonesia, Pembaca Buku, Penonton Film, Pendengar Musik, Pemain Games, Penikmat Kopi, Senang Tertawa, Suka Berimajinasi, Kadang Merenung, Mengolah Pikir, Kerap Hanyut Dalam Khayalan, Mengutamakan Logika, Kadang Emosi Juga, Mudah Menyesuaikan Diri Dengan Lingkungan, Kadang Bimbang, Kadang Ragu, Kadang Pikiran Sehat, Kadang Realistis, Kadang Ngawur, Kondisi Ekonomi Biasa-Biasa Saja, Senang Berkorban, Kadang Juga Sering Merepotkan, Sering Ngobrol Politik, Senang Dengan Gagasan-Gagasan, Mudah Bergaul Dengan Siapa Saja, Namun Juga Sering Curiga Dengan Siapa Saja, Ingin Selalu Bebas, Merdeka Dari Campur Tangan Orang Lain. Kontak : 08992611956

Rahasia di Balik Pintu Terkunci

Rabu, 14 Agustus 2024 14:30 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Arga, seorang pemuda yang baru saja pindah ke desa itu, merasa sangat tertarik dengan Rumah Terkunci. Sebagai seorang penulis, misteri rumah itu memancing rasa penasarannya.

Arga mendengar, bahwa cerita paling terkenal adalah tentang sebuah rumah tua di tepi desa, yang dikenal sebagai "Rumah Terkunci." Nama itu bukan tanpa alasan, pintu depan rumah ini selalu terkunci rapat, dan tidak ada yang tahu apa yang tersembunyi di dalamnya. Penduduk desa telah lama menghindari rumah itu, menganggapnya sebagai tempat angker yang menyimpan rahasia kelam. Rumah itu berada di desa dengan lembah pegunungan yang hijau, desa kecil yang tersembunyi itu bernama Arumbaya, dikelilingi oleh hutan lebat yang menyimpan banyak cerita misteri.

Arga, seorang pemuda yang baru saja pindah ke desa itu, merasa sangat tertarik dengan Rumah Terkunci. Sebagai seorang penulis, misteri rumah itu memancing rasa penasarannya. Dia mendengar berbagai cerita dari penduduk desa, ada yang mengatakan bahwa rumah itu berhantu, sementara yang lain percaya bahwa ada harta karun tersembunyi di dalamnya. Namun, cerita yang paling menarik perhatian Arga adalah tentang ilmuwan yang pernah tinggal di sana dan menghilang secara misterius.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Arga mulai menyelidiki sejarah rumah tersebut. Dia mendatangi perpustakaan desa dan menemukan beberapa artikel lama tentang rumah itu. Dari artikel-artikel tersebut, dia mengetahui bahwa rumah itu dulu milik seorang ilmuwan bernama Dr. Arman, dikenal sebagai seorang jenius eksentrik yang tertarik pada ilmu pengetahuan yang tidak konvensional. Namun, suatu hari, dia menghilang tanpa jejak, meninggalkan rumahnya dalam keadaan tertutup rapat.

Arga merasa bahwa cerita ini adalah awal yang bagus untuk sebuah novel misteri. Namun, dia tahu bahwa untuk menulis cerita yang otentik, dia perlu menggali lebih dalam. Suatu sore, dia bertemu dengan seorang wanita tua bernama Bu Ratna, yang dikatakan sebagai satu-satunya orang yang pernah bekerja di rumah itu. Bu Ratna adalah seorang wanita tua dengan mata tajam dan senyum yang ramah. Dia bersedia berbagi beberapa cerita tentang Dr. Arman, tetapi dengan peringatan bahwa Arga harus berhati-hati.

"Dr. Arman orang yang sangat baik, ramah, dan cerdas sekali," kata Bu Ratna. "Tapi dia terobsesi dengan hal-hal yang tidak bisa dipahami orang biasa. Dia sering berbicara tentang portal ke dimensi lain dan kehidupan di luar bumi. Kami yang bekerja di sana hanya berpikir bahwa itu hanya omong kosong. Namun, ada sesuatu yang aneh terjadi di malam hari. Suara-suara aneh dan cahaya yang berkelap-kelip sering keluar dari laboratorium bawah tanahnya."

Arga merasa bahwa dia semakin dekat dengan rahasia rumah itu. Dia bertanya kepada Bu Ratna apakah dia tahu apa yang terjadi pada malam Dr. Arman menghilang. Bu Ratna menggelengkan kepala, tetapi dia ingat satu hal. "Sebelum dia menghilang, Dr. Arman menyuruh kami semua pulang lebih awal dan mengatakan bahwa dia memiliki eksperimen penting. Itu adalah terakhir kali saya melihatnya."

Dengan informasi ini, Arga merasa terdorong untuk mengeksplorasi rumah itu lebih lanjut. Suatu malam, dengan hanya berbekal senter dan keberanian, dia memutuskan untuk menyelinap masuk ke dalam rumah tua tersebut. Dia berhasil membuka jendela di belakang rumah dan masuk ke dalam. Udara di dalam rumah terasa dingin dan lembab, dengan bau debu dan kayu tua yang mengisi ruangan.

Arga berkeliling di dalam rumah, mencoba mencari tanda-tanda eksperimen yang diceritakan Bu Ratna. Dia menemukan sebuah ruang tamu dengan perabotan tua yang tertutup debu, dapur dengan peralatan yang berkarat, dan kamar-kamar tidur yang kosong. Namun, tidak ada yang tampak mencurigakan. Saat dia hampir putus asa, dia menemukan sebuah pintu besi di bawah tangga menuju ke lantai bawah tanah. Pintu itu tampak lebih baru dibandingkan dengan bagian rumah lainnya, seolah-olah dipasang belakangan.

Arga mencoba membuka pintu itu, tetapi pintu itu terkunci. Dia mencari-cari di sekitar, berharap menemukan kunci atau alat yang bisa digunakan untuk membukanya. Setelah beberapa saat, dia menemukan sebuah kotak kecil tersembunyi di dalam lemari. Di dalamnya terdapat kunci yang terlihat cocok dengan pintu besi tersebut. Dengan jantung berdebar, Arga membuka pintu itu dan menemukan sebuah tangga yang menuju ke bawah tanah.

Di ujung tangga, Arga menemukan sebuah ruangan besar yang penuh dengan peralatan ilmiah. Ada meja-meja dengan tabung reaksi, mikroskop, dan alat-alat lain yang tidak dikenal oleh Arga. Di tengah ruangan, ada sebuah mesin besar dengan panel kontrol yang tampak rumit. Mesin itu tampak seperti sesuatu yang keluar dari film fiksi ilmiah, dengan kabel-kabel yang berserakan dan lampu-lampu yang berkedip-kedip.

Arga merasa ngeri dan kagum sekaligus. Dia mendekati mesin itu dan melihat panel kontrolnya. Ada beberapa tombol dan layar kecil yang menampilkan angka-angka yang tidak bisa dia pahami. Namun, ada satu tombol besar berwarna merah yang menarik perhatiannya. Di atas tombol itu ada label yang bertuliskan "Aktifkan Portal".

Tiba-tiba, Arga mendengar suara langkah kaki di belakangnya. Dia berbalik dan melihat seorang pria tua dengan janggut putih yang lebat berdiri di ujung tangga. Pria itu memperkenalkan dirinya sebagai Pak Gunawan, penjaga rumah tersebut. Dia tampak tidak terkejut melihat Arga di sana, seolah-olah dia sudah menunggu kedatangannya.

"Anda pasti Arga," kata Pak Gunawan. "Saya telah mendengar tentang Anda. Saya tahu Anda tertarik dengan rumah ini dan sejarahnya."

Arga mengangguk, merasa sedikit malu telah tertangkap basah. Pak Gunawan menghela napas dan melanjutkan, "Rumah ini menyimpan banyak rahasia, dan tidak semuanya indah. Dr. Arman adalah seorang ilmuwan brilian, tetapi dia terobsesi dengan gagasan tentang dimensi lain. Mesin yang Anda lihat di sini adalah hasil dari eksperimen terakhirnya. Dia percaya bahwa dia bisa membuka portal ke dunia lain, tetapi sesuatu berjalan tidak sesuai rencana."

Arga merasa semakin penasaran. "Apa yang terjadi pada malam itu? Mengapa Dr. Arman menghilang?" tanyanya.

Pak Gunawan menatap mesin itu dengan pandangan yang sedih. "Dr. Arman mengaktifkan mesin ini, dan portal itu terbuka. Tapi portal itu tidak stabil. Ketika dia mencoba menutupnya, dia tersedot ke dalamnya. Sejak saat itu, tidak ada yang berani mencoba membuka portal itu lagi."

Arga merasakan kegelisahan yang mendalam. Dia tahu bahwa dia harus berhati-hati, tetapi rasa penasarannya terlalu kuat untuk diabaikan. Dia memandang mesin itu, lalu berbalik kepada Pak Gunawan. "Apakah Anda mengetahui bagaimana cara untuk menutup portal itu dengan aman?" tanyanya.

Pak Gunawan menggelengkan kepala. "Tidak ada yang tahu. Dr. Arman tidak pernah meninggalkan catatan tentang bagaimana cara menutup portal itu. Yang kita tahu hanyalah bahwa portal itu adalah pintu menuju dunia yang kita tidak tahu."

Arga berpikir sejenak, lalu memutuskan untuk mengambil risiko. "Saya sangat ingin melihat apa yang sebenarnya ada di sisi lain portal itu," katanya dengan suara tegas. "Saya sangat tahu ini mungkin berbahaya sekali, tetapi ini adalah kesempatan bagi saya untuk menemukan kebenaran."

Pak Gunawan menatap Arga dengan cemas. "Saya tidak bisa menghentikan Anda," katanya. "Tapi ingatlah, Anda mungkin tidak bisa kembali."

Arga mengangguk dan mendekati mesin itu. Dia menekan tombol "Aktifkan Portal," dan mesin itu mulai berdengung keras. Cahaya terang mulai memancar dari pusat mesin, dan sebuah lingkaran bercahaya muncul di depan Arga. Udara di sekitar mereka bergetar, dan Arga merasa dirinya tersedot ke dalam lingkaran cahaya itu.

Dalam sekejap, Arga menemukan dirinya berada di tempat yang benar-benar berbeda. Dia berada di tengah-tengah sebuah kota yang aneh, dengan arsitektur yang tidak pernah dia lihat sebelumnya. Gedung-gedungnya tampak seperti terbuat dari kristal, dan jalan-jalannya bersinar dengan cahaya yang lembut. Orang-orang di kota itu tampak seperti bayangan, bergerak tanpa suara, seolah-olah mereka adalah hantu yang tidak sadar akan kehadirannya.

Arga merasa takut dan bingung. Dia berjalan di sekitar kota, mencoba memahami di mana dia berada. Setiap sudut kota itu dipenuhi dengan teknologi yang canggih dan aneh. Arga melihat kendaraan yang melayang di udara tanpa suara, dan layar holografik yang menampilkan gambar-gambar yang bergerak. Namun, yang paling mengejutkan adalah perasaan bahwa kota itu sepi, meskipun tampaknya penuh dengan kehidupan.

Saat Arga menjelajahi lebih jauh, dia menemukan sebuah gedung besar yang tampak lebih kuno dibandingkan dengan yang lain. Gedung itu memiliki pintu besar yang terbuka lebar, seolah-olah mengundangnya masuk. Dengan perasaan campur aduk, Arga memasuki gedung itu dan menemukan sebuah ruangan besar dengan mesin yang mirip dengan yang ada di rumah Dr. Arman.

Di tengah ruangan itu, ada seorang pria yang duduk di depan mesin tersebut. Pria itu berbalik dan Arga terkejut melihat bahwa itu adalah Dr. Arman. Namun, dia tampak lebih tua dan lelah, seolah-olah bertahun-tahun telah berlalu sejak kepergiannya.

Dr. Arman melihat Arga dengan pandangan yang penuh pengertian. "Akhirnya, saya tahu bahwa Anda akan datang," katanya dengan suara serak. "Saya telah menunggu seseorang yang bisa membantu saya menutup portal ini."

Arga merasa bingung. "Apa yang terjadi di sini? Bagaimana Anda bisa terjebak di sini?"

Dr. Arman menghela napas panjang. "Saya membuat kesalahan. Saya terlalu ambisius dan ingin menemukan sesuatu yang tidak seharusnya saya ketahui. Portal ini membuka jalan ke dunia lain, tetapi dunia ini bukanlah tempat yang seharusnya kita kunjungi. Di sini, waktu berjalan berbeda, dan orang-orang yang Anda lihat hanyalah bayangan dari diri mereka yang sebenarnya."

Arga merasa gemetar. "Apakah ada cara untuk kembali?"

Dr. Arman mengangguk. "Ada, tetapi itu berisiko. Mesin ini bisa membuka portal kembali ke dunia kita, tetapi Anda harus siap menghadapi konsekuensinya. Portal itu tidak stabil, dan bisa menyebabkan kerusakan pada kedua dunia."

Arga merasa bahwa dia tidak punya pilihan lain. Dia tahu bahwa dia harus mencoba kembali, tetapi dia juga tahu bahwa dia harus menutup portal itu untuk selamanya. Bersama dengan Dr. Arman, mereka mulai bekerja pada mesin itu, mencoba menstabilkannya untuk membuka portal yang aman.

Setelah beberapa jam bekerja, mereka akhirnya berhasil. Portal terbuka lagi, dan Arga merasakan udara yang familiar dari dunia aslinya. Dr. Arman memandang Arga dengan senyuman lelah. "Anda harus pergi sekarang," katanya. "Saya akan tetap di sini dan memastikan portal ini tertutup setelah Anda pergi."

Arga merasa berat untuk meninggalkan Dr. Arman, tetapi dia tahu bahwa dia harus melakukannya. Dengan perasaan campur aduk, dia melangkah ke dalam portal dan merasakan dirinya ditarik kembali ke rumah tua di desa Arumbaya.

Ketika dia kembali, dia disambut oleh Pak Gunawan yang menunggu dengan cemas. "Anda berhasil kembali!" katanya dengan lega.

Arga mengangguk, masih merasa bingung dengan apa yang baru saja dia alami. "Portal itu harus ditutup," katanya. "Itu terlalu berbahaya untuk dibiarkan terbuka."

Pak Gunawan mengangguk dan mengambil kunci dari tangan Arga. "Saya akan selalu memastikan pintu ini tetap terkunci rapat," katanya. "Dan saya akan menceritakan kepada orang-orang desa bahwa rumah ini tidak boleh disentuh."

Arga merasa lega, tetapi juga merasa bahwa beban rahasia ini terlalu berat untuk ditanggung sendiri. Dia memutuskan untuk menulis pengalamannya sebagai novel, tetapi dengan nama samaran dan tanpa menyebutkan lokasi rumah tersebut. Dia berharap bahwa cerita ini bisa menjadi peringatan bagi orang-orang untuk tidak bermain-main dengan hal-hal yang tidak mereka pahami.

Di desa Arumbaya, rumah tua itu tetap berdiri dengan pintu terkunci rapat. Rahasianya tetap terjaga, dan hanya sedikit yang tahu tentang apa yang sebenarnya terjadi di dalamnya. Namun, bagi Arga, pengalaman itu menjadi titik balik dalam hidupnya.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Ervan Yuhenda

Berani Beropini Santun Mengkritisi

5 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler