PAN Bukan Lagi Partai Reformis Bisa Jadi Ketum Partainya Seumur Hidup

Minggu, 25 Agustus 2024 08:27 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tidak ada lagi rasa malu menjadikan parpol untuk alay membangun sebuah kerjaan atau Dinasti. Bangunan ini akan melahirkan kekuatan politik struktural yang kuat. Caranya menjadikan dirinya sebagai pemimpin partai seumur hidup.

Kongres PAN, diduga hanya untuk legalkan status quo menjadi kembali berkuasa. Sebuah Keterpurukan Ideologi Reformis jatuh dan pecah berkeping-keping. Kekuatiran PAN ambruk dan akhirnya hanya menjadi kendaraan politik menjadi kenyataan. 

Dalm dinamika politik nasional, Pakem politik PAN bergeser cepat sejak PAN jatuh dalam pelukan Zulkifli Hasan paska Kongres Kendari 2020. Saat ini PAN di nahkodai oleh seorang Mantan Pedagang PANCI dari Lampung. Zulkifli Hasan Berhasil meniti karier puncak pimpinan partai berlogo matahari terbit selama dua periode. Kongres PAN Ke VI konon alam menobatkankan kembali Menteri Perdagangan RI ini untuk jabatan yang ke-3 kalinya ( 2025-20230).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Kongres PAN tersebut harusnya dilakukan tahun depan yakni 2025 dan dipercepat hinga pelaksaan nya disetujui tanggal 23-24 Agustus 2024 di Jakarta. Situasi politik dan dinamika yang sedang berjalan panas dan hangat di tanah air, diduga menjadi alasan percepatan Kongres dilaksanakan. Isi hangat yang berhembus Kongres PAN dipercepat sebagai penyesuaian dinamika politik terbaru. 

 

Kongres dan Pesta 

 

Salah satu agenda besar dalam Kongres PAN VI adalah pemilihan ketua umum partia. Kongres menjadikan kekuatan dan juga kedaulatan penuh untuk menentukan dan memilih ketua umum. Ajang untuk kader dan elite partai berpesta mendengarkan dan sekaligus melihat ajang kontestasi para calon ketum beradu gagasan, ide dan juga melihat berbagai atraksi manuver, lobby para kandidat merebutnya tiket suara paling banyak . 

 

Kecerdasan serta loyalitas dan juga kemampuan bermanuver seorang calon menjadi bekal untuk bersaing dan juga bargaining dengan peserta Kongres. Kongres hadir dan mempertontonkan pencapaian dan dinamika partai terbaru dari PAN. 

 

Tentunya Kongres tersebut menjadi orkestrasi politik yang menarik, menewan, elegan serta layak untuk dipertontonkan bukan hanya untuk kader elite politik PAN namun menjadi tontonan politik yang bernilai jual mahal. Menjual estetika dan etika serta moralitas politik. Yang lebih penting lagi PAN melakukan legacy politik sebagai aset bangsa yang berharga tinggi dan bermartabat. 

 

Kongres Bancaan

 

Sangat disayangkan sekali jika pada akhirnya tercium bau tidak sedap jika Kongres PAN mengalami sebuah proses titik balik proses politik yang buruk dan kritis. Kemeriahan dan juga semangat para calon ketum partai yang bersaing dalam Kongres terbatas hanya mimpi, atau disebutkan hanya halusinasi.  

 

Kongres PAN hanya dilakukan untuk memperoleh fantasi demokrasi yang hanya menghasilkan ejakulasi dini sebuah proses delusi politik. Kongres PAN tidak lebih sebagai Party atau Pesta kemenangan kaum delusi. Hanya memfasilitasi kaum atau golongan partisan elite, bukan individu atau kelompok militan ideologis. Kongres yang sudah terkontraksi dan terdistorsi. 

 

Ideologis Reformis Mati

 

Kembalinya Zulkifli Hasan menjadi Ketua Umum PAN di Kongres PAN VI menjadi preseden paling buruk dan norak dalam kemelekatan vdan juga kelembagaan partai politik yang berideologi reformis. Zulkifli Hasan ditenggarai satu-satunya calon internal PAN yang mendaftarkan diri ketum partai.

 

 Bagi PAN sebagai partai moderat berhaluan reformis, calon tunggal ketum partai sebagai kecelakaan ideologis, organisasi dan juga segala manifestasinya politik. Kongres PAN VI ditenggarai mengalami polemik karena legalisasi pencalonan Zulkifli Hasan harus terlebih dahulu merubah AD/ART partai untuk meloloskan dipilih kembali yang ke-3 kali. 

 

Keterangan Zulkifli Hasan sebagai calon tunggal datang dari Ketua Steering Comiittee (SC) Kongres ke-VI PAN Viva Yoga Mauladi mengatakan Zulkifli Hasan akan diterapkan sebagai ketua umum PAN periode 2024-2029 secara aklamasi dalam Kongres ke-VI PAN hari ini, Jumat-Sabtu (23-24/8).

Hal ini ia sampaikan usai Zulhas mendaftarkan diri sebagai caketum PAN periode 2024-2029 di kawasan Widya Chandra, Jakarta, Jumat.

 

Viva Yoga memberikam informasi jika Saudara Bang Zulhas telah tanda tangan di atas materai, dengan demikian sah sebagai calon ketum yang nanti akan dipilih secara aklamasi, secara mufakat, bulat tidak lonjong. 

 

Kemenangan Kaum Destruktif

 

Jika gambaran buruk yang akan terjadi dalam Kongres PAN di atas terjadi, artinya Kongres PAN VI hanya sekedar Kongres buatan dan tidak layak disebutkan sebagai pesta demokrasi dan pengesahannya. Kongres hanyalah legacy politik kolektif dari entitas-entitas partai meraih benefit politik serta ekonomi.

 

 Melalui Kongres elite dan gerbongnya akan mengesahkan dirinya sebagai kelompok / persekutuan legal yang diamanatkan. Karena elite kepentingan terselamatkan dan juga secara aman dan terkendali penguasaan pantai dan wewenangnya secara keseluruhan dan berkelanjutan. 

 

Elite Politik Tersandera

Kongres PAN akan menjadi pengesahan kaum elite tertentu. Akan semakin parah dan jorok ketika elite tersebut nyata-nyata atau berafa dalam radar berwajib, bermasalah dengan hukum hingga partai dijadikan bumper pengamanan dan bargaining politik dengan penguasa.

 

Masih gada toleran ketika Ketum Partainya adalah sentral kekuatan ideologi dan dijadikan magnet kekuatan selamanya untukmu mengurusi batua memiliki partainya seumur hidup. Namun demikian, Ketum partai tersebut sudah melekat vdan dijadikan sebagai pemimpin ideologis yang diyakini dapat menjadi pusaran kekuatan, persatuan dan juga merupakan utusan Tuhan yang suci. 

 

Jika bebar, PAN dijadikan benteng sandera, artinya saat ini sedang menjadi tawanan. Entitas partai sangat berharga untuk mengulur atau mengukur waktu penyanderaan. Karennya Kongres PAN adalah fenomenologi destruktif politik yang tidak bisa dihindari karena adanya kartel dan simbiosis politik. 

 

Ketikan PAN entitas nya tersandera, organisasi akan diam, stagnan dan mati. Pada akhirnya PAN secara utuh dan menyeluruh menceburkan diri dalam keseriusan rusaknya mental serta ideologi partai.

Yang lebih mengerikan lagi ketika sandera politik dipelihara oleh rejim dan kemudian Ketum partai berupa mengesahkan dirinya sebagai ketua partai seumur hidup. Artinya  ketidaknyamanannya dan tidak beraninya harus menerima dan menanggung dosa politik di dunia dan dialihkan pengadilan di alam lain. 

 

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Heru Subagia

Penulis, Pengamat Politik dan Sosial

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler