Pensiunan PT Chevron Pacific Indonesia. Menjadi Pemerhati aspal Buton sejak 2005.

Swasembada Aspal, Ide Gila yang Menyala?

Senin, 2 September 2024 09:55 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Swasembada aspal pertama kali digagas oleh seorang Wakil Ketua DPR RI Bidang Koordinator Bidang Industri dan Pembangunan (Korinbang), yang bernama Bapak Rachmat Gobel, pada tanggal 27 September 2024. Beliau mengatakan, \x201cKita sudah dianugerahkan kekayaan alam aspal, tapi malah disia-siakan. Kita justru jadi salah satu importir aspal terbesar di dunia. Indonesia harus memiliki target khusus untuk berswasembada aspal\x201d.

Sekarang, 2 tahun setelah gagasan “Swasembada Aspal” tersebut disampaikan oleh pak Rachmat Gobel kepada publik, ternyata tidak ada tanggapan sama sekali. Baik dari pihak pemerintah, masyarakat, maupun dari para akademisi dan cendekiawan. Dan kelihatannya, gagasan “Swasembada Aspal” ini telah dianggap aneh, dan tidak masuk akal. Bahkan mungkin gagasan ini telah dinilai sebagai sebuah ide “gila”. Bagaimana mungkin Indonesia akan mampu berswasembada aspal? Bukankah Indonesia adalah salah satu negara pengimpor aspal terbesar di dunia?

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada tanggal yang sama, 27 September 2022, Pak Jokowi telah berkunjung ke Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Pak Jokowi telah memutuskan dengan tegas Indonesa akan stop impor aspal pada 2024. Lho, kok tidak ada orang yang berani mengatakan, bahwa keputusan ini adalah sebuah ide “gila”. Bagaimana mungkin Indonesia akan mampu stop impor aspal pada 2024? Bukankah Indonesia adalah salah satu negara pengimpor aspal terbesar di dunia?

 

Sekarang, 2 tahun setelah gagasan “Swasembada aspal” dan keputusan “Indonesia stop impor aspal pada 2024” telah disampaikan kepada publik, apa tindak lanjutnya? Kok, sepi-sepi saja? Kok, tidak ada tanggapan dari para menteri terkait? Kok, tidak ada komentar dari para akademisi dan para profesor? Khususnya dari para anggota DPR RI yang katanya wakil rakyat? Apakah mereka tidak mengetahui mengenai adanya berita yang viral ini? Atau mereka lebih memilih aman dengan mengambil sikap untuk cuek dan tidak peduli? Apakah karena kedua pernyataan tersebut telah dianggap sebagai ide “gila”? Sehingga, oleh karena itu lebih baik diabaikan saja, dan tidak perlu ditanggapi.

 

Apakah betul gagasan “Swasembada aspal”, dan keputusan “Indonesia stop impor aspal pada 2024” merupaka ide “gila”? Bagaimana cara kita sebagai orang awam memahami fenomena ini? Apa yang salah dengan gagasan “Swasembada aspal”?  Dan apa yang salah dengan keputusan “Indonesia stop impor aspal pada 2024”?. Tidak ada yang salah bukan? Tetapi mengapa pihak pemerintah, masyarakat, dan para cendekiawan dan pakar aspal Buton membisu seribu bahasa mengenai adanya kedua pernyataan ini? Kalau kedua pernyataan ini sejatinya salah, maka katakanlah salahnya dimana?. Dan kalau pernyataan ini benar, maka dukunglah untuk mewujudkannya!. Mengapa masalah yang seharusnya mudah ini, kok sekarang menjadi sedemikian sulitnya?

Sehubungan tidak adanya tanggapan terhadap kedua pernyataan di atas, baik oleh pihak pemerintah, masyarakat, maupun para akademisi dan cendekiawan, maka sebagai seorang pemerhati aspal Buton, penulis akan mencoba untuk memberikan ulasannya.

Gagasan “Swasembada aspal” yang disampaikan oleh Bapak Rachmat Gobel, Wakil Ketua DPR RI Bidang Koordinator Industri dan Pembangunan (Korinbang) muncul setelah beliau pulang dari kunjungannya ke Sulawesi Tenggara, dan berbincang-bincang dengan pak Ali Mazi, Gubernur Sulawesi Tenggara. Oleh karena itu, gagasan “Swasembada aspal” bukanlah sebuah pemikiran yang kaleng-kalengan. Ini merupakan pemikiran dari seorang patriot bangsa.

Pak Rachmat Gobel menyampaikan Buton sebagai salah satu pulau di provinsi Sulawesi Tenggara memiliki cadangan aspal yang sangat besar, dimana potensinya sekitar 663 juta ton dan setelah dimurnikan akan bisa menghasilkan sekitar 150 juta ton. Cadangan aspal tersebut dinilai sudah cukup untuk Indonesia mampu berswasembada aspal hingga 125 tahun.

Orang-orang yang sebelumnya telah meremehkan, dan mengatakan bahwa gagasan “Swasembada aspal” ini adalah ide “gila”, setelah mendapatkan penjelasan dari pak Rachmat Gobel ini, apakah bersedia untuk mau menarik kembali pemikirannya tersebut? Dan menggantikan dari pemikiran ide “gila” menjadi ide cemerlang? Adapun mengenai teknologi ekstraksi aspal Buton, pak Rachmat Gobel telah mengatakan, bahwa teknologi ekstraksi aspal Buton sekarang sudah ada. Indonesia tinggal menggunakannya saja, karena sudah ditemukan oleh negara lain.

Gagasan “Swasembada aspal” itu sejatinya memang benar sebuah ide “gila”. Lho, kok ide “gila”? Mengapa? Karena gagasan yang sangat cemerlang ini hanya diucapkan kepada wartawan untuk disampaikan kepada publik. Dan setelah publik membaca informasi ini, dan tidak ada tanggapan, maka gagasan yang cemerlang itu telah berhenti hanya sampai di sini saja. Gagasan itu telah mati. Mati suri. Apakah hal ini tidak gila? Coba kita bayangkan. Seandainya saja gagasan “Swasembada aspal” ini bisa terwujud, berapa besar keuntungan bangsa, negara, dan rakyat Indonesia? Mengapa kita harus takut untuk mengucapkan sebuah kebenaran sejati demi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia? Bukankah seharusnya gagasan cemerlang ini diampaikan secara pribadi langsung kepada pak Jokowi, sebagai seorang presiden RI?

Di sisi lain, keputusan pak Jokowi untuk stop impor aspal pada 2024 adalah memang ide “gila”. Bagaimana mungkin Indonesia akan mampu stop impor aspal, apabila Indonesia sendiri selama ini masih belum mampu berswasembada aspal?. Mengapa para menteri terkait tidak ada yang berani menyampaikan pendapat dan pemikirannya kepada pak Jokowi? Akibatnya kita telah kehilangan momentum emas selama 2 tahun, karena gagasan “Swasembada aspal” yang seharusnya keluar dari mulut pak Jokowi, ternyata kalah cepat dari pak Rachmat Gobel.

Sekarang kita sudah tahu bahwa gagasan “Swasembada Aspal” adalah ide “gila”. Dengan pendekatan yang komprehensif, ide “Swasembada aspal” yang awalnya mungkin tampak memang gila akan dapat menjadi nyata dan menyala, membawa manfaat besar dalam bentuk kemandirian ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan pertumbuhan industri lokal.

Ini adalah sebuah contoh bagaimana visi yang berani dan inovatif dari seorang patriot bangsa akan dapat mengubah tantangan zaman menjadi peluang emas, membuat sesuatu yang tampak mustahil menjadi kenyataan yang menyala dan cemerlang.  

Mungkin sekarang sudah tiba saatnya yang paling tepat bagi pak Rachmat Gobel untuk memberanikan diri untuk menyampaikan gagasannya yang cemerlang; “Swasembada aspal”, secara pribadi dan langsung kepada pak Prabowo, presiden baru terpilih periode 2024-2029.

Kalau beliau masih merasa kurang percaya diri, sungkan, bimbang, dan ragu, mohon ajaklah Gubernur Sulawesi Tenggara dan Bupati Buton yang baru terpilih berdasarkan Pilkada 2024 untuk bersama-sama menghadap pak Prabowo. Sampaikan gagasan “Swasembada aspal” dengan mantap demi untuk menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia. Dengan berharap dan berdoa, semoga saja pak Prabowo tidak akan menertawakan ide “gila” ini sambil menggebrak-gebrak meja.   

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler