Sebilah Pisau Dari Tokyo - Derita Keturunan Exile 1965
Selasa, 3 September 2024 15:15 WIBKumpulan Cerpen Naning Pranoto yang menggambarkan derita keturunan exile 1965.
Judul: Sebilah Pisau Dari Tokyo
Penulis: Naning Pranoto
Tahun Terbit: 2003
Penerbit: Grasindo
Tebal:v + 124
ISBN: 979-732-125-8
Ada dua cerpen yang menarik perhatian saya dari buku kumpulan cerpen berjudul ”Sebilah Pisau Dari Tokyo” karya Naning Pranoto. Cerpen pertama yang menarik perhatian saya adalah ”Kisah Sebuah Oasis” yang ditempatkan sebagai cerpen kedua. Sedangkan cerpen kedua yang menarik perhatian saya adalah cerpen berjudul ”Kepada Tiankong, Langit yang Jauh,” yang diletakkan sebagai cerpen ketujuh di buku ini. Kedua cerpen ini menarik perhatian saya karena keduanya bersinggungan dengan masalah Tionghoa. Dan saya adalah pemerhati fiksi bertema Tionghoa. Jadi bukan berarti cerpen lain tidak menarik.
Cerpen ”Kisah Sebuah Oasis” bercerita tentang mahasiswa Indonesia yang sedang melakukan studi di Tiongkok. Ia bertemu dengan seorang gadis yang sangat menarik. Bahkan gadis itu mampu mengobati patah hati yang dibawanya ke Tiongkok. Sayang sekali pernyataan cinta sang mahasiswa kepada gadis tersebut tak mendapatkan sambutan yang sepadan. Padahal gadis tersebut mempunyai hubungan dengan Indonesia. Kakek-neneknya pernah tinggal di Semarang. Kakek-neneknya pulang ke Tiongkok karena peristiwa 1965. Si gadis yang bernama Mei Lian juga sangat tertarik dengan PKK. Sebab menurutnya PKK bisa memberi pelayanan yang luar biasa kepada para perempuan dan anak-anak di Indonesia. Ia ingin mempelajari PKK supaya suatu saat nanti bisa mengabdi di pedesaan dengan menerapkan pelajaran yang didapatnya dari PKK.
Bima – demikian nama mahasiswa asal Indonesia tersebut menduga bahwa Mei Lian tidak menanggapi cintanya karena pada umumnya perempuan-perempuan Tiongkok sangat berhati-hati menjalin hubungan asmara dengan orang asing. Tapi ternyata, dugaan Bima salah. Bima baru tahu bahwa dugaannya salah saat membaca berita koran bahwa Mei Lian mati dibunuh. Mei Lan mati dibunuh karena jatuh cinta kepada pemuda lain. Ia dibunuh oleh kekasihnya Si Kakek Gaek yang membiayai kuliahnya.
Cerpen ”Kepada Tiankong, Langit yang Jauh” berkisah tentang pertemuan sang penulis dengan seorang perempuan muda dengan gaya pakaian yang modern dan sedikit berani di sebuah pesawat yang menuju Indonesia. Perempuan yang ternyata duduk di kursi sebelahnya itu bercerita tentang keinginannya mengunjungi sebuah tempat di Tiankong. Gadis yang bernama Peony Wu itu membuat sang penulis bingung. Sebab dalam bahasa Mandarin Tiankong bisa berarti langit, bisa juga berarti sorga.
Ternyata Peony sedang mengemban amanat neneknya yang ingin kembali ke tempat yang sangat dirindukan. Sang nenek ternyata berasal dari Indonesia dan terpaksa kembali ke Tiongkok karena peristiwa menjelang 1965. Sang nenek pernah tinggal di Batu – Malang. Sang nenek dipulangkan ke Tiongkok tahun 1962 karena keluar Peraturan Pemerintah Nomor 10 (PP-10).
Sang nenek merasa asing dengan kehidupan di Tiongkok. Sebab kehidupan barunya di Tiongkok sangat berbeda dengan kehidupannya di Batu - Malang. Sang nenek bahkan pernah gila karena disiksa oleh tentara merah gara-gara sang nenek menganut Agama Kong Hu Cu. Itulah sebabnya sang nenek sangat merindukan pulang, atau setidaknya berkunjung ke Batu.
Keinginan sang nenek untuk kembali ke Batu, atau setidaknya berkunjung ke Batu tidak pernah terlaksana sampai sang nenek meninggal, karena alasan politik. Maka Peony Wu membawa abu sang nenek dalam sebuah guci kecil untuk dibawa ke Batu. Ke Tiankong, Langit yang jauh.
Kedua cerpen tersebut mempunyai hubungan dengan novel pendek karya Naning Pranoto yang berjudul ”Miss Lu – Putri Cina yang Terjebak Konflik Etnik dan Politik.” Tokoh utama perempuan bernama Miss Lu digambarkan berdarah campuran Tiongkok – Portugis. Miss Lu mempunyai ikatan dengan Indonesia melalui neneknya yang sudah meninggal. Sang Nenek pernah tinggal di Indonesia dan sangat ingin kembali ke Indonesia. Tetapi sayang sekali hanya abu sang nenek yang bisa dikembalikan di tempat dimana sang nenek pernah hidup bahagia.
Kedua cerpen ini juga berhubungan erat dengan novel ”Musim Semi Lupa Singgah di Shizi.” Dalam novel ini dijelaskan bahwa nenek Teddy, tokoh lelaki dalam novel tersebut berasal dari Indonesia. Sang nenek terpaksa pulang ke Tiongkok karena keluar PP 10.
Saya menduga bahwa kedua cerpen yang telah dipublikasikan lebih dulu dari ”Miss Lu” dan ”Musim Semi Lupa Singgah di Shizi” adalah cikal bakal dari kedua novel tersebut. Sebab penggambaran tokoh utama dan tema cerita secara umum adalah sama. Kedua cerpen dan kedua novel ini menceritakan penderitaan seorang perempuan yang pernah tinggal dai Indonesia dan terpaksa pulang ke Tiongkok karena PP 10. Cerpen ”Sebuah Oasis” terbit tahun 2001 dan cerpen ”Kepada Tiankong, Langit yang Jauh” terbit tahun 2002. Sedangkan novel ”Musim Semi Lupa Singgah di Shizi” terbit tahun 2023 dan ”Miss Lu” terbit tahun 2004. 863
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Sebilah Pisau Dari Tokyo - Derita Keturunan Exile 1965
Selasa, 3 September 2024 15:15 WIBPerjuangan Anak Tionghoa dalam Mencintai Indonesia Sebagai Tanah Airnya
Senin, 2 September 2024 06:48 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler